Chapter 32 Kemelut Riko dan Siska

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
"Riko apa yang kamu lakukan, kenapa kamu bertindak bodoh seperti ini?

Lihatlah tanganmu terluka"

Dia berlari untuk mengambil kotak p3k dan mengobati tangan Riko

"Benar bu, aku bodoh. Aku bodoh karena meninggalkan Gina untuk bersama Siska. Aku bodoh mempercayai semua perkataan Siska selama ini"

Riko tertunduk dan air matapun jatuh seketika

"Bu apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku benar-benar tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan dengan Siska atau tidak"

"Aku menyayanginya tapi aku marah letika melihat wajahnya. Apa yang harus kulakukan bu?

Kesedihan yang terlihat diwajah putranya membuat ibu Riko pun sedih dan prihatin.

"Riko, kamu seorang pewaris keluarga ini. Kamu tidak bisa lemah dan menarik semua kata-katamu. Kamu yang memilihnya dan kamu yang bersikeras untuk bersamanya"

"Kamu harus menghadapi ini bersama tunanganmu. Ibu yakin dia melakukan ini karena mencintaimu. Dan ingat pernikahan mu dengan putri keluarga Atmaja sudah direncanakan dan kamu telah memilih Siska sebagai pendampingmu"

Dengan mengelus pundaknya sang ibu mencoba menghibur Riko. Memberikan semangat dan ketenangan pada putranya.

"Tenangkanlah dirimu dulu, pikirkan semua ini baik - baik"

Setelah selesai mengobati tangan sang anak dia pergi meninggalkannya sendiri..

Mencoba bangkit dari penyesalannya dia bergegas untuk pergi kekantor.

Dengan langkah yang lesu dan seperti dipaksakan dia tiba dikantornya. Belum sempat dia masuk keruangannya, asistennya Andi sudah berdiri didepannya sambil menganggukkan kepal dia menyapa, kemudian mengikuti Riko masuk ke ruangan.

"Tuan, nona Siska tadi menghubungi saya dan berkata ingin bertemu tuan untuk memberikan penjelasan"

Riko sempat berhenti sejenak dari aktifitasnya melepaskan jas dan hendak menggantungnya dibagian belakang kursi.

Wajah tampannya suram, pandangannya kosong, menyiratkan kehampaan dan kekosongan dihatinya. Tak lama dia pun mengeluarkan suara

" Baiklah kamu boleh pergi "

Tak berselang lama, Siska pun datang ke kantornya. " Nona tolong jangan masuk tuan sedang tidak ingin diganggu!"

Andi mencoba melarangnya masuk.

"Minggir Andi, aku hanya ingin bertemu dan bicara langsung dengan Riko. Kami sudah beberapa hari tidak bertemu, aku ingin menjelaskan semuanya!"

Siska berhasil menerobos masuk.

Riko pun memandangnya dan menghela nafas. " Biarkan saja Andi. Kamu boleh pergi!"

"Riko ada apa dengan tanganmu?

apa yang terjadi?

bagaimana bisa terluka seperti ini?"

Pandangan Siska tertuju pada tangan Riko, dia mendekatinya dan meraih tangan yang terluka dan dibungkus kain perban

"Aku tidak papa. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Riko menarik tangannya dan berkata dengan dingin

"Riko kumohon jangan seperti ini. Aku tahu aku salah, tapi aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu"

"Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu Riko. Kita saling mencintai dan kita bisa lupakan itu semua dan mulai semua dari awal"

Siska berkata dengan derai air mata yang terdengar memilukan sambil memegang tangan Riko

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang"

"Tapi yang pasti sekarang aku butuh ketenangan. Lebih baik kita tidak bertemu dulu sekarang ini"

Riko melepaskan tangan Siska dan memalingkan wajah menatap keluar jendela.

"Baiklah aku tidak akan mengganggumu sekarang ini. Aku akan berhenti menjadi aktris dan akan fokus diperusahaan. Agar nanti kita bisa bekerja bersama"

"Kumohon Riko pikirkan lagi semuanya. Semua yang telah kita lewati bersama selama ini. Jangan menyerah dengan hubungan kita, Jika itu terjadi, Gina akan tertawa melihat kehancuran hubungan kita"

Siska dengan berat hati meninggalkan Riko.

"Gina aku tidak akan membiarkanmu bahagia. Kamu telah menghancurkanku. Dan kamu juga akan hancur ditanganku"

Siska mengepalkan tangannya menahan kemarahanya pada Gina..

Dan Riko, mendengar Siska menyebut nama Gina, pikirannya seketika melayang mengingat masa lalunya bersama Gina

Ada perasaan hangat yang ia rasakan. " Gina, kenapa dulu aku tidak menyadari kebaikanmu, perhatian dan sikap pengertian yang kamu berikan. Yang kurasakan dulu hanya keraguan terhadapmu. dan sekarang setelah semuanya terjadi, aku sungguh merasa bersalah padamu. Maafkan aku Gina" Riko memejamkan mata dan bersandar dikursi