Chapter 11 Undangan pertunangan

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
Gina pergi ke mall bersama bi Yatni, dia berkeliling mencari hadian untuk ibu juga kakeknya..

"Nyonya,, kita akan kemana lagi?"

"Kita kesebelah sana,, disana ada tempat penjualan benda antik,, kakek sangat menyukainya, kita juga akan membeli beberapa vitamin"

"Baik nyonya,,"

Mereka berjalan mengelilingi toko, sampai pandangan Gina beralih pada sebuah guci cantik yang sepertinya berusia ratusan tahun..

"Bi apakah guci ini cantik?

sepertinya kakek akan menyukai guci ini!"

"Iya nyonya, biar saya urus pembayarannya"

Bi Yatni antri untuk mengurus pembayaran guci itu, sedangkan Gina duduk di kursi tunggu sambil membaca majalah..

Disisi lain Siska juga ada di mall ini dan hendak mencari hadiah untuk calon ibu mertuanya. Dia ditemani dengan Amara, sepupu Riko.

"Siska coba lihat guci ini, cantik sejali bukan. Bibi pasti akan sangat senang jika kamu memberikan guci ini sebagai hadiah!"

"Apakah begitu?"

"Tentu saja" Amara mengangguk dan memanggil pramuniaga. "Tolong yang ini"

"Maaf nona, guci ini saya duluan yg pesan, lebih baik nona mencari barang lain saja" kata bi Yatni

"Tidak bisa, toh kamu belum membayarnya"

kata Amara dengan nada kesal

Ginapun menoleh kearah keributan. Dia mengenal suara itu. Dia hanya tersenyum sinis memperhatikan.

"Tapi saya sedang melakukan proses pembayaran nona"

"Sis,, kamu harus dapat guci ini, ibu mertuamu akan sangat menyukainya!"

"Maaf, bisakah saya memiliki guci ini?

saya akan bayar 2x lipat"

"Maaf tidak bisa"

"Kalau begitu 5x lipat"

"Maaf tetap tidak bisa, mas tolong cepat sedikit ya!"

Siska hendak pergi dari situ hingga langkahnya terhenti melihat Gina yang duduk dikursi. Diapun menghampirinya

"Kakak,,,"

Gina mendongakkan kepala melihat seseorang berdiri didepannya. Dia hanya diam tanpa merespon apapun dan menundukkan lagi kepalanya melihat majalah.

" Apa kakak baik - baik saja?

Tempo hari kakak terluka, apakah sudah lebih baik?"

Gina menutup majalah itu dan memandang Siska dengan dingin

"Kenapa? Kamu berharap aku mati karena luka itu, atau kamu berharap tangan ku cacat akibat luka itu" Kata Gina dengan nada ketus..

"Tidak kak, bukan itu. Aku benar-benar khawatir dengan luka kakak"

Siska dengan muka yang memelas berusaha mengambil perhatian Gina

"Sudahlah hentikan, tidak usah berakting lagi didepanku. Aku muak dengan aktingmu itu"

"Gina!

Jaga bicaramu, Siska tidak sedang berakting. Dia benar-benar khawatir padamu. Tapi kau.. cih.. benar-benar tidak tahu diri"

Kata Amara kesal

Siska berusaha menenangkan Amara

"Sudahlah, kebetulan aku bertemu denganmu disini. Aku ingin memberimu undangan pertunanganku dengan Riko".

Dari belakang bi Yatni yang selesai membayar guci melihat situasi nyonyanya, diapun datang dan menghampiri Gina

"Nyonya mari, semuanya sudah selesai"

Gina mengambil undangan itu dari tangan Siska dan memberikannya kepada bi Yatni, Kemudian dia mengenakan kaca mata hitamnya dan pergi dari toko itu.

Sementata Siska dan Amara masih mematung melihat kepergian Gina.

"Nyonya? apa aku tidak salah dengar? kenapa perempuan itu memanggil Gina nyonya? apa dia sudah menikah?"

Amara bertanya kepada Siska tentang kebingungannya. Sedangkan Siska hanya mengakat bahu.

"Bi, pulang duluan saja ya!

saya masih mau jalan-jalan sebentar"

"Tapi nyonya,,nanti tuan..."

"Tidak papa, nanti saya yang bilang sama dia. Barangnya bibi masukan saja ke bagasi. Bibi tidak papa kan kalau pulang naik taksi?"

"Iya nyonya, kalau begitu saya permisi dulu"

Tidak jauh dari tempat Gina berdiri ada seseorang yang dari tadi memperhatikan Gina. Setelah bi Yatni pergi diapun datang menghampirinya.

"Untuk apa kamu kesini, mau mengejek ku? belum puas kamu dengan apa yang sudah kamu lakukan padaku?"