Chapter 97 BAB 97

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Pagi hari Intan terbangun karena mendengar suara burung – burung yang berkicau. Ia pun bangkit dari tempat tidur lalu membuka jendela. Ia menghirup udara segar pegunungan yang melewati hidungnya.

Di tempat ini semuanya serba alami. Udaranya segar dan bersih tidak ada polusi. Bahkan listrik pun tidak bisa menjangkau tempat ini. Yang terdengar hanya suara burung dan jangkring.

“Segar sekali udaranya. Nggak ada kebisingan, suasananya sangat tenang, indah dan damai.” Gumam Intan sambil memandang pantulan sinar matahari yang di pantulkan air danau dan air embun yang menetes dari dedaunan.

Ricko masuk ke dalam kamar dan melihat Intan sedang berdiri di depan jendela. Ricko pun mendekat dan tiba – tiba memeluk Intan dari belakang.

“Apa kamu menyukainya?” Tanya Ricko. Intan menganggukkan kepalanya.

“Sangat. Aku sangat menyukainya Mas.” Balas Intan sambil tersenyum.

“Apa kamu sudah lapar?” Tanya Ricko pada Intan.

“Sedikit.” Jawab Intan.

“Minumlah susumu dulu. Aku sudah membuatkannya untukmu. Sebentar lagi ayo kita ke danau untuk memancing ikan.” Ujar Ricko lalu menarik tangan Intan ke luar kamar menuju meja makan di dapur.

Intan duduk di meja makan lalu meminum susu hangat yang di buatkan Ricko untuknya. Ricko juga duduk di samping Intan untuk menghabiskan kopi yang ia seduh tadi.

“Aku mau mandi dulu Mas...” Ujar Intan seraya berdiri setelah menghabiskan susunya.

“Kamu yakin? Di sini airnya sangat dingin dan tidak ada mesin pemanas airnya. Aku akan merebus air untukmu.” Ujar Ricko lalu bangkit untuk merebus air. Intan pun kembali duduk di meja makan sambil menunggu air mendidih.

‘Enak juga kalo hamil gini. Mas Ricko jadi ekstra perhatian. Hehehe.’ Batin Intan.

Tidak berapa lama air pun mendidih. Ricko membawanya ke dalam kamar mandi dan mencampurnya dengan air dingin.

“Airnya sudah siap. Mandilah mumpung belum dingin.” Ujar Ricko setelah ke luar dari dalam kamar mandi.

Intan pun segera mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Sambil menunggu Intan selesai mandi, Ricko menyiapkan peralatan memancingnya.

Setelah Intan selesai mandi dan berganti pakaian, kini mereka sudah duduk di tepi danau. Ricko sedang memegangi pancingnya dan menunggu ikan memakan umpannya. Sedangkan Intan memakai topi pantai sambil berfoto – foto menggunakan ponselnya.

“Emang di sini ada ikannya Mas?” Tanya Intan ragu karena dari tadi Ricko belum juga mendapatkan ikan 1 ekor pun.

“Tentu saja ada. Ketika pertama kali membangun danau ini, aku memasukkan beberapa jenis ikan di sini. Harusnya sekarang mereka sudah beranak pinak menjadi banyak.” Jawab Ricko.

“Memangnya ikan apa saja Mas?” Tanya Intan penasaran.

“Gurami, mujair, lele, patin, dan...” Ucapan Ricko terputus yang membuat Intan penasaran.

“Dan apa???” Tanya Intan sambil mengerutkan dahinya.

“Piranha...” Jawab Ricko sambil berbisik dan melirik Intan lalu menunggu reaksinya.

“APA??? PIRANHA?! KYAAAAK!” Teriak Intan terkejut dan segera mengangkat kakinya yang ia ceburkan ke dalam air.

“Hwahahahaha. Kenapa?” Tanya Ricko sambil tertawa.

“Aku tidak mau kakiku jadi makanan mereka. Bisa – bisa pulang dari sini aku tidak bisa berjalan.” Jawab Intan sewot sambil memeriksa kakinya.

Tidak berapa lama pancing Ricko bergerak, ia pun segera mengangkat pancingnya dan tampaklah ikan gurami yang sangat besar di ujung kailnya.

“Horeee!!! Akhirnya dapat ikan juga. Yeeiy!” Seru Intan senang.