Chapter 94 BAB 94

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah Ricko memarkirkan mobilnya di dalam garasi, Intan segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Ricko mengejarnya dan menarik tangannya supaya Intan menghentikan langkah kakinya. Intan pun menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh ke belakang. Matanya sudah berkaca - kaca.

![](http://up.pic.mangatoon.mobi/contribute/fiction/130912/markdown/4951927/1579343711644.jpg-original600webp?sign=3b485f974c2c8350eedf692ae06b28e9&t=5e72b600)

"Kamu kenapa?" Tanya Ricko pada Intan.

"Mas Ricko senang kan sekarang?" Tanya Intan masih belum memalingkan wajahnya ke Ricko.

"Tentu saja. Akhirnya aku tidak perlu bohong lagi sama papa." Jawab Ricko lalu mendekati Intan.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya Ricko sambil mengusap airmata Intan yang mulai jatuh.

"Aku... nggak siap untuk semua ini Mas. Gimana kuliahku nanti? Aku malu kalo kuliah dengan perut besar. Hiks" Jawab Intan sambil menangis.

"Kamu mau kuliah apa tidak?" Tanya Ricko serius pada Intan setelah mengajaknya duduk di sofa ruang tengah.

"Tentu saja. Itu cita - citaku dari dulu Mas. Semuanya hancur gara - gara aku menikah sama Mas Ricko!" Balas Intan kesal.

"Hey... dengarkan aku. Aku tidak pernah menghancurkan hidupmu. Aku membiarkanmu melanjutkan sekolah dan kuliahmu. Maaf jika aku membuatmu hamil terlalu dini. Tapi aku melakukannya demi papa. Kalau kamu malu untuk datang ke kampus, kamu bisa kuliah secara online atau privat di rumah. Aku akan mengaturnya. Jangan bersedih lagi. Kasihan anak kita. Okey?" Ujar Ricko sambil membelai pipi Intan. Intan pun mengangguk.

"Oh iya kemasi barang - barang kita untuk 2 hari. Kamu ingin piknik kan? Kita berangkat besok." Ujar Ricko sambil tersenyum.

"Benarkah? Iya Mas aku mau." Balas Intan. Ricko mengangguk dan tersenyum. Ia tidak ingin Intan stres dan merasa terbebani dengan kehamilan di usianya yang masih muda. Ia akan melakukan apapun asalkan Intan tidak menyalahkannya karena sudah menghamilinya.

Ke esokan harinya setelah sarapan pagi, Ricko memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobilnya. Setelah itu ia membopong Intan berjalan ke arah mobilnya.

“Aku bisa jalan sendiri Mas.” Ujar Intan menepis tangan Ricko.

“Ya sudah. Obat mual dan vitaminmu sudah dibawa kan?” Tanya Ricko. Intan mengangguk lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.

‘Sabar - sabar... mungkin ini efek dari hormon kehamilannya. Untung saja hamil anakku. Kalau tidak sudah aku...” Batin Ricko terputus karena di panggil Intan.

“Cepetan dong Mas...” Ujar Intan dari dalam mobil.

“Iya...” Balas Ricko lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya.

“Kita mau kemana sih Mas?” Tanya Intan pada Ricko ketika mobil sudah melaju menjauh dari rumah mereka.

“Nanti kamu juga akan tahu sendiri.” Jawab Ricko sambil tetap fokus mengemudi.

“Tinggal bilang aja pake rahasia segala.” Ujar Intan sambil cemberut karena kesal.

Sebelum menuju ke lokasi, Ricko membelokkan mobilnya ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan.

“Kenapa kita kesini Mas?” Tanya Intan bingung.

“Kamu tunggu di mobil saja. Biar aku yang belanja.” Ujar Ricko pada Intan lalu turun dari mobilnya. Intan memonyongkan bibirnya karena Ricko tidak menjawab semua pertanyaannya dari tadi.

Setengah jam kemudian, Ricko sudah kembali dengan membawa 2 keresek besar belanjaan di masing – masing tangannya. Setelah duduk di kursi kemudi, Ricko memberikan ice cream cup pada Intan. Tentu saja Intan menerimanya. Karena ice cream juga salah satu makanan favoritnya.

“Wuaaahh... makasih ya Mas. Tahu aja sich kalo aku lagi kepanasan.” Ujar Intan setelah menerima ice cream dari tangan Ricko dan membuka tutupnya.

“Iya. Cepat habiskan sebelum meleleh.” Balas Ricko.

‘Huft. Padahal aku belikan dia ice cream supaya hati dan pikirannya adem. Gak marah dan ngambek mulu.’ Batin Ricko.

Setelah itu Ricko menyalakan mesin mobilnya lalu melajukannya keluar dari parkiran supermarket.