Chapter 48 BAB 48

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Pulang dari mall Intan tertidur di dalam mobil. Lagi - lagi Ricko menggendongnya ke dalam kamar lantai bawah. Setelah membaringkan Intan di ranjang dan menyelimutinya Ricko ke kamarnya di lantai atas lalu mandi. Setelah itu ia kembali ke kamar lantai bawah dan tidur sambil memeluk Intan.

Ke esokan paginya seperti biasa Intan bangun pagi untuk memasak. Ini sudah kedua kalinya Intan tertidur di mobil dan ketika bangun ia sudah berada di kamar. Ia melihat Ricko yang sedang tidur di sampingnya dengan sangat nyenyak. Intan menatap wajah tampan Ricko lalu tersenyum.

"Terima kasih..." Ucap Intan lalu mengecup kilas bibir Ricko. Setelah itu ia menguncir rambutnya dan keluar kamar menuju dapur.

Setelah selesai memasak Intan ke kamar lantai atas untuk mandi karena semua barang - barang dan pakaiannya sudah di pindahkan di kamar atas.

Saat Intan melepas pakaiannya, ia melihat noda darah di celana dalamnya. Haidnya telah datang. Ia segera mandi dan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebelum Ricko bangun dan naik ke kamar atas. Ia mencari sisa stok pembalutnya. Ia membuka almari dan laci serta membuka lipatan baju - bajunya tapi tidak menemukan 1 pun.

Tiba - tiba Ricko membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar. Ia melihat Intan hanya menggunakan handuk di tubuhnya. Ricko tersenyum nakal. Pikiran mesumnya mulai aktif. Intan panik saat melihat Ricko mendekatinya dan memeluk pinggangnya.

"Mas tolong aku." Pinta Intan.

"Apa?" Tanya Ricko sambil mencium bahu Intan yang terbuka.

"Tolong belikan pembalut. Aku sedang datang bulan." Ucap Intan pada Ricko.

"Apa? Kamu datang bulan?" Tanya Ricko terkejut.

"Iya. Ayo Mas tolong belikan..." Rengek Intan.

"Nggak mau. Itu memalukan." Tolak Ricko sambil duduk di tepi ranjang.

"Ayolah suamiku sayang..." Rayu Intan sambil duduk di pangkuan Ricko dan bergelayut di lehernya. Ricko memikirkannya. Kalaupun Intan membeli sendiri itu tambah tidak mungkin.

"Baiklah. Aku mandi dulu." Balas Ricko mengalah.

"Terima kasih sayang. Muach..." Ucap Intan lalu mencium pipi Ricko dengan semangat.

Setelah mandi Ricko ke swalayan terdekat menggunakan motornya. Di dalam swalayan ia bingung membeli pembalut yang merk apa. Ia lupa tidak menanyakannya pada Intan. Ia pun memegang pembalut satu persatu dan menekannya. Ia memilih pembalut yang paling lembut. Karena ia berpikir itu yang paling nyaman. Ricko membeli 10 bungkus besar pembalut. Ia tidak mau Intan kehabisan stok lagi dan menyuruhnya membeli lagi.

Sesampainya di depan kasir, semua mata melihat ke arah Ricko. Mereka melihat ketampanan Ricko dan yang lebih menonjol adalah keranjang belanjaan Ricko yang berisi 10 bungkus besar pembalut. Ricko benar - benar geram menahan malu.

Sesampainya dirumah Ricko memberikan kresek belanjaan berisi pembalut pada Intan. Intan ingin tertawa tapi ia menahannya. Bisa - bisanya Ricko membelikan pembalut sebanyak itu. Setelah memakai pembalutnya Intan menghampiri Ricko di meja makan lalu sarapan bersama.

"Terima kasih Mas..." Ucap Intan pada Ricko.

"Hmmm. Mulai besok aku akan memakai pembantu di rumah ini. Supaya ada yang membantu memenuhi keperluanmu. Aku tidak mau membeli barang itu lagi." Ucap Ricko pada Intan di sela - sela makannya.

"Iya Mas..." Balas Intan sambil tersenyum.

Seperti biasa setelah makan Intan mencuci piring. Karena ini hari minggu Ricko menghabiskan waktunya untuk berolahraga di lantai atas ruangan samping kamarnya. Setelah mencuci piring Intan bersantai sambil menonton televisi.

Karena tidak ada acara yang menarik Intan ke kamarnya di lantai atas dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia mulai merasakan nyeri haid di perutnya. Ia berbaring miring sambil memegangi perutnya. Keringat dingin membasahi dahinya.

Setelah berolahraga Ricko merasa haus dan hendak turun mengambil air minum di dapur. Saat melewati kamarnya yang pintunya terbuka ia melihat Intan sedang berbaring di ranjang dan hendak menyuruhnya untuk mengambilkan minum di dapur. Tapi saat Ricko mendekat, ia melihat wajah Intan pucat dan berkeringat.

"Kamu kenapa?" Tanya Ricko pada Intan.

"Sakit perut." Jawab Intan singkat.

"Kamu salah makan? Sudah minum obat?" Tanya Ricko khawatir.

"Ini nyeri haid Mas..." Jawab Intan sambil meringis menahan sakit. Ricko pun ikut naik ke ranjang berbaring di belakang Intan dan memasukkan tangannya ke dalam kaos Intan lalu mengelus perutnya.

"Gimana rasanya?" Tanya Ricko sambil mengelus perut Intan.

"Geli." Jawab Intan.

"Maksudku sakitnya. Berkurang nggak?" Tanya Ricko memperjelas.

"Ya... lumayan Mas." Jawab Intan sambil tersenyum.

Ricko pun memposisikan tubuh Intan telentang. Sambil mengelus perut Intan, Ricko mencium dan melumat bibir Intan. Intan pun membalas ciuman Ricko tak mau kalah.