Chapter 47 BAB 47

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Sore hari Ricko dan Intan keluar dari ruangan kantor dengan rambut basah karena tidak ada pengering rambut di ruangannya. Romi melihatnya hanya geleng - geleng kepala karena hanya dia yang tahu apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Lia tercengang dan bertanya - tanya apa yang sudah terjadi? Apakah susu tadi tumpah sehingga mengharuskan mereka mandi. Semua karyawan melihat ke arah Ricko dan Intan mulai dari lantai atas hingga lantai dasar. Ricko tidak menghiraukannya. Sedangkan Intan merasa sangat malu sehingga ia tidak mau ikut ke kantor Ricko lagi nantinya.

Setelah mengeluarkan mobilnya dari parkiran perusahaan Ricko melajukan mobilnya ke mall. Ia ingat kalau belum membelikan Intan cincin kawin. Ia pun berniat membelikan Intan cincin.

"Mau ngapain Mas?" Tanya Intan saat mobil Ricko memasuki parkiran mall.

"Mau beli sesuatu." Jawab Ricko lalu membuka pintu mobil dan keluar.

"Nonton yuk Mas." Ajak Intan saat memasuki mall sambil menggandeng lengan Ricko.

"Boleh..." Jawab Ricko setelah melihat jam tangannya. Intan senang mendengarnya.

Ricko mengajak Intan naik ke lantai 3 dimana toko perhiasan berada. Ia masuk ke dalam toko lalu duduk di sofa dan Intan mengikutinya. Pelayan toko menghampirinya.

"Ada yang bisa kami bantu Pak?" Tanya pelayan toko.

"Keluarkan cincin kawin terbaik toko ini!" Perintah Ricko pada pelayan itu.

"Baik Pak." Jawab pelayan itu lalu pergi.

"Kamu mau beli cincin Mas?" Tanya Intan tak percaya.

"Iya. Kita kan belum punya cincin kawin? Pernikahan kita mendadak waktu itu." Jawab Ricko.

Tidak berapa lama 2 pelayan toko keluar dengan membawa 5 pasang cincin kawin yang paling bagus dan paling mahal di toko itu.

"Pilihlah sesuai seleramu!" Perintah Ricko pada Intan.

"Aku tidak bisa Mas. Aku tidak suka perhiasan." Jawab Intan jujur. Ia masih pelajar jadi belum punya jiwa emak - emak yang suka perhiasan dan uang.

"Hmmm... Bungkus saja yang paling mahal!" Perintah Ricko pada pelayan toko itu.

"Baik. Silahkan melakukan pembayaran ke kasir Pak..." Ucap pelayan toko itu.

"Panggilkan menejermu sekarang!" Perintah Ricko pada pelayan toko itu. Pelayan toko itu pun merasa takut dan masuk memanggil menejernya.

Tidak berapa lama menejer toko perhiasan itu keluar dan kaget saat melihat Ricko.

"Pak Ricko? Ada apa Pak Ricko tiba - tiba datang kesini? Maaf jika kami kurang dalam pelayanan menyambut Pak Ricko." ucap menejer itu sedikit takut.

"Bungkus perhiasan tadi secepatnya!" Perintah Ricko pada menejer itu.

"Baik Pak. Tunggu sebentar." Ucap menejer itu pada Ricko.

"Hei cepat bungkus perhiasan itu dan bawa kesini!" Ucap menejer itu pada pelayan tokonya.

"Tapi bapak ini belum melakukan pembayaran Pak." Jawab pelayan toko itu.

"Kamu tahu siapa dia? Dia pemilik toko ini." Ucap menejer itu. Pelayan itu pun membelalakkan matanya terkejut. Selama ini tidak ada yang tahu wajah asli pemilik toko perhiasan itu termasuk pelayan tokonya. Karena Ricko orangnya sangat low profile.

"Maafkan saya Pak. Maafkan saya. Saya benar - benar tidak tahu." Ucap pelayan toko itu. Ia segera membungkus cincin kawin itu dan menyerahkannya pada Ricko.

"Berikan pada istriku!" Perintah Ricko pada pelayan itu. Pelayan itu pun memberikan perhiasan itu pada Intan dan Intan menerimanya dengan canggung.

"Pak Ricko akan menikah?" Tanya menejer itu.

"Saya sudah menikah. Hanya saja belum membeli cincinnya." Jawab Ricko dengan tenang.

"Selamat atas pernikahan Pak Ricko. Saya belum mendengar beritanya Pak. Bahkan pestanya pun saya tidak tahu." Ucap menejer itu sambil mengulurkan tangannya pada Ricko memberi selamat.

"Terima kasih. Kami memang belum mengadakan pesta karena papa masih sakit. Sudah senja saya pamit dulu Pak." Pamit Ricko pada menejer toko.

Setelah keluar dari toko perhiasan Intan menyeret Ricko ke bioskop di lantai 4. Ricko menurut saja di seret Intan. Karena sekarang malam minggu bioskop sangat ramai pengunjung. Sehingga mereka mendapatkan kursi paling belakang. Intan memilih film ber genre romantis berjudul "MERINDING BULU ROMAKU."

Intan dan Ricko masuk dan duduk di dalam bioskop bangku paling belakang pojok. Ricko sangat lelah, mengantuk dan bosan. Ia pun mencolek bahu Intan. Intan menoleh ke arah Ricko dan Ricko mencium serta melumat bibir Intan. Intan membelalakkan matanya karena terkejut. Bisa - bisanya Ricko menciumnya di tempat umum seperti ini. Untungnya posisi duduk mereka di pojok belakang jadi tidak ada yang melihat mereka.