Chapter 45 BAB 45

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah kepergian Romi, Ricko kembali ke kamarnya dan melihat Intan tengah tidur siang. Ia berbaring di samping Intan dan memeluknya lalu menciumi pipi dan lehernya. Intan pun terbangun karena di ganggu Ricko.

"Maaf untuk yang tadi malam." Ucap Ricko di telinga Intan. Intan pun mengangguk mengerti. Tidak seharusnya ia menolak Ricko yang sudah jelas menjadi suaminya.

Tangan Ricko mulai nakal masuk ke dalam kaos Intan dan memainkan gunung kembarnya. Intan masih merasa ngantuk sehingga ia memejamkan matanya hendak melanjutkan tidurnya. Karena tidak ada perlawanan dari Intan, Ricko pun melanjutkan aksinya. Tangannya menelusup ke dalam bra Intan dan memainkan pucuk payudara Intan. Intan merasa geli tapi ia lebih memilih cuek, melawan pun percuma.

Ricko semakin gemas. Ia memeluk Intan seperti guling. Menciumi wajah dan leher Intan. Tangannya menelusup ke dalam celana dalam Intan. Ricko merasakan kalau Intan ternyata sudah basah. Akhirnya Ricko menyetubuhi Intan lagi seperti tadi malam. Intan sudah tidak melawan lagi meskipun masih ada sedikit rasa perih. Ia ikhlas melayani suaminya lagian ia sudah tidak perawan lagi.

Ke esokan pagi nya tubuh Intan terasa remuk sakit semua. Ricko benar - benar tiada puasnya. Siang dan malam ia menunggangi Intan. Entah karena sudah 28 tahun belum tersalurkan atau ia lagi menikmati masa - masa pengantin barunya. Intan sudah tidak punya tenaga lagi untuk bangun.

"Selamat pagi istriku..." Ucap Ricko saat membuka matanyanya di pagi hari sambil mencium bibir Intan yang berada di bawah kungkungannya.

"Hmmm... Lepaskan aku Mas." Ucap Intan karena ia hendak ke pergi kamar mandi. Ricko pun melepaskan pelukannya pada Intan. Intan bangun dan berjalan ke kamar mandi terseok - seok dengan malas. Ricko melihatnya dan tersenyum.

Setelah mandi Intan memasak untuk sarapan seperti biasa. Setelah makanan siap di meja makan Ricko turun dengan pakaian kerjanya.

"Hari ini aku mau menjenguk papa. Apa kamu mau ikut?" Tanya Ricko pada Intan setelah duduk di meja makan.

"Iya Mas. Di rumah aku kesepian." Jawab Intan sambil duduk di samping Ricko. Setelah ujian Intan tidak pergi ke sekolah lagi.

Sesampainya di rumah sakit seperti biasa Ricko dan Intan langsung masuk ke ruangan Pak Bambang. Pak Bambang tampak semakin kurus dan pucat.

"Gimana keadaan Papa?" Tanya Ricko pada papanya.

"Seperti yang kamu lihat Rick papa semakin merasa lemah. Papa senang akhirnya kamu bisa menerima Intan menjadi istrimu." Jawab Pak Bambang sambil tersenyum bahagia. Pasalnya saat Ricko masuk tadi ia menggandeng tangan Intan tanpa beban.

"Ricko yang seharusnya berterima kasih sama papa karena sudah menikahkan Ricko sama Intan. Dia istri yang baik, ya... meskipun usianya masih sangat muda." Balas Ricko sambil tersenyum.

"Kamu sakit Ntan?" Tanya Bu Sofi pada Intan karena terlihat lemas.

"Enggak Ma..." Jawab Intan sambil tersenyum.

"Tapi kamu kelihatan lesuh dan sayu. Mama antar periksa ke UGD ya?" Saran Bu Sofi.

"Nggak usah Ma. Dia hanya kecapekan saja." Sahut Ricko yang mendengar percakapan mereka.

"Kecapekan apa? Memangnya Intan habis ngapain? Bukannya ujian sudah selesai?" Tanya Bu Sofi penasaran.

"Mmm... anu ma..." Jawab Ricko bingung mau bilang apa sambil menggosok tengkuknya yang tidak gatal. Intan diam saja tidak tahu harus berkata apa.

"Anu apa? Jangan - jangan... ya ampun papa... Sebentar lagi kita bakal punya cucu." Ucap Bu Sofi kegirangan. Pak Bambang pun ikut tersenyum bahagia. Ricko yang melihat orang tuanya bahagia jadi bersemangat untuk membuat Intan hamil secepatnya. Intan yang melihat kebahagiaan kedua mertuanya jadi tidak enak yang mau menunda kehamilannya.