Chapter 40 BAB 40

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Ujian hari terakhir akhirnya berjalan dengan lancar. Intan merasa puas dengan hasil belajarnya yang tidak sia - sia. Kini ia merasa lega akhirnya ia akan segera lulus SMA. Tapi sekarang yang membuatnya takut adalah kedatangan Ricko. Ia takut Ricko akan menepati janjinya. Beberapa hari yang lalu memang ia mengharapkan Ricko segera kembali. Tapi sekarang ia berharap Ricko di luar negri lebih lama lagi.

"Intan..." Sapa Adit saat bertemu di parkiran.

"Iya Dit, ada apa?" Tanya Intan.

"Jalan yuk? Kan ujian sudah berakhir?" Ajak Adit. Ia masih ingin mengejar Intan karena ia memang belum tahu kalau Intan sudah menikah.

"Maaf Dit nggak bisa. Keluargaku sudah menunggu di rumah." Tolak Intan beralasan. Ia tidak mau memberikan harapan palsu pada Adit.

"Kamu kenapa? Setiap aku ajak jalan selalu menolak? Kamu tahu kan aku menyukaimu sejak lama Ntan. Tapi aku terus bersabar karena bapak kamu nggak ngijinin kamu pacaran. Sebentar lagi kita lulus Ntan. Apa salahnya kalau kita semakin dekat?" Ujar Adit sedikit emosional.

"Maaf Dit. Mending kamu lupain aku. Lagian aku nggak ada perasaan apa - apa sama kamu. Aku hanya menganggap mu teman." Balas Intan lalu melajukan motornya ke luar gerbang sekolah.

Dulu memang Intan sempat ada perasaan dengan Adit karena berulang kali Adit menyatakan perasaannya pada Intan. Tapi Intan tidak bisa menerimanya karena larangan orang tuanya. Namun setelah ia dinikahkan paksa dengan Ricko, Intan membuang semua perasaannya terhadap Adit. Ia berusaha menerima Ricko sebagai suaminya. Meskipun kadang - kadang Ricko itu baik. Dan kadang - kadang menakutkan.

Sesampainya di rumah seperti biasa Intan berganti pakaian. Setelah itu menonton televisi di ruang tengah karena sudah selesai ujian jadi ia tidak perlu belajar lagi.

Ia menyalakan televisi secara acak dan tiba - tiba Intan melihat berita kecelakaan pesawat dari luar negri menuju Indonesia. Ia menjadi teringat Ricko. Ia segera ke kamarnya mengambil ponsel dan menghubungi Ricko. Berharap Ricko tidak menjadi korban dalam pesawat itu. Tapi sayangnya ponsel Ricko tidak bisa di hubungi. Intan semakin cemas. Di rumahnya sepi tidak ada orang. Intan bingung harus ngapain.

"Ibu kemana sich? Kok belum pulang juga?" Gumam Intan. Yang Intan tahu Ricko pergi ke luar negri tapi ia tidak tahu luar negri yang mana karena Ricko tidak memberi tahu nya dan juga tidak mengabarinya sama sekali.

"Mas Ricko... Hiks hiks" Intan menangis di kamarnya.

"Apa?" Tiba - tiba terdengar suara Ricko di ambang pintu. Intan pun melongok ke arah pintu dan melihat sosok Ricko disana. Intan mengucek matanya. Ia kira ia sedang berhalusinasi.

"Kenapa?" tanya Ricko heran melihat tingkah Intan. Ia pun mendekat dan duduk di tepi ranjang. Intan menyentuh pipi Ricko untuk membuktikan bahwa Ricko yang di hadapannya adalah nyata. Ia pun langsung memeluk Ricko sambil menangis.

"Mas... Aku khawatir. hiks hiks." Ucap Intan menangis sambil memeluk Ricko.

"Aku sudah di sini. Ayo pulang!" Ucap Ricko mengajak Intan pulang ke rumahnya.

"Di rumah nggak ada orang. Aku belum pamit." Ucap Intan.

"Ibu ada di depan." Ucap Ricko dengan tenang. Intan pun melepas pelukannya lalu keluar mencari ibunya.

"Bu... Intan mau pulang sama Mas Ricko." Ucap Intan pada ibunya.

"Iya pulanglah. Kalian sudah lama nggak ketemu. Pasti kangen." Ucap ibunya pada Intan. Intan pun tersenyum.

Setelah Intan mengepak barang - barang miliknya, ia pun kembali pulang bersama Ricko.