Chapter 29 BAB 29

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah masuk Intan menutup pintu tanpa menguncinya untuk berjaga - jaga kalau terjadi sesuatu ia bisa melarikan diri dengan cepat. Intan duduk di sofa lalu membuka buku dan membacanya.

Sudah satu jam berlalu. Intan merasa bosan dan mengantuk. Buku yang ia baca sebenarnya sudah sering ia baca dan ia sudah menghafalnya.

'Kenapa Mas Ricko belum tidur juga sich?' Batin Intan. Ia mengintip Ricko dari balik bukunya dan Ricko tahu itu.

Ricko sudah tahu kalau Intan hanya berusaha menghindarinya. Mulai dari pintu kamarnya yang di kunci. Akhirnya Ricko pun berinisiatif mengajak Intan tidur di kamarnya. Karena sudah malam dan lelah Ricko menaruh ponselnya di nakas lalu menghampiri Intan.

"Sampai kapan kamu mau membaca buku terus?" Tanya Ricko sambil mengambil buku Intan lalu menutupnya dan menaruhnya di sofa.

"Eeeh besok aku ujian. Aku harus belajar Mas." Ucap Intan menolak bukunya di ambil Ricko.

"Ayo tidur!" Ajak Ricko sambil menggendong tubuh Intan ala bridal style. Setelah itu membaringkannya di ranjang dan menyelimutinya. Intan pun pasrah. Ia menarik slimut itu hingga menutupi dadanya.

Setelah membaringkan Intan, Ricko mematikan lampu utama lalu tidur di samping Intan. Ia memasukkan tubuhnya ke dalam selimut yang sama dengan Intan. Ia bisa melihat Intan sangat tegang dengan pencahayaan lampu tidur.

"Kenapa kamu tegang sekali? Bukankah kita sudah sering tidur bersama? Kamu harus terbiasa mulai sekarang." Ucap Ricko pada Intan.

"Iya Mas..." Balas Intan lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Ricko. Ricko pun menggeser tubuhnya ke arah Intan lalu memeluknya dari belakang. Intan tersentak kaget. Jantungnya berdetak lebih kencang.

"Mas... Lepas aku gerah!" Ucap Intan berusaha melepas pelukan Ricko.

"Kalau gerah lepas bajumu!" Ucap Ricko dengan entengnya dan tetap memeluk Intan. Intan pun semakin ngeri. Ia menyesal telah memakai piyama tebal.

Ricko menghirup aroma tubuh Intan yang selalu wangi menurutnya. Tanpa komando junior Ricko mulai menegang. Intan bisa merasakannya karena tubuh Ricko menempel pada tubuhnya. Jantung Intan semakin berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia benar - benar takut. Ia merasa tidak nyaman dan gelisah. Ricko bisa merasakan debaran jantung Intan. Ia sendiri juga gugup.

"Tidurlah. Tidak akan terjadi apa - apa. Percayalah!" Ucap Ricko berbisik di telinga Intan. Intan pun mengangguk dan memejamkan matanya.

Ke esokan harinya Intan bangun kesiangan lagi karena tadi malam tida bisa tidur dengan nyenyak. Motornya juga belum di bawa ke tukang tambal ban. Akhirnya Intan pun membangunkan Ricko.

"Mas... bangun! Ini sudah siang. Tolong antar aku ke sekolah!" ucap Intan sambil menggoyang tubuh Ricko.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Ricko sambil berusaha membuka matanya..

"Setengah enam." Jawab Intan. Ricko pun segera membuka matanya lalu duduk di tepi ranjang.

"Mandilah dulu! Aku akan bersiap - siap." Perintah Ricko. Intan pun segera keluar dari kamar Ricko lalu menuruni tangga dan masuk ke kamarnya.

Setelah siap Intan menyantap roti dengan selai di meja makan dan meminum susu. Namun Ricko belum juga turun. Intan pun menyusul Ricko ke kamar atas. Karena terburu - buru Intan lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kamar Ricko. Untungnya Ricko sudah memakai celana dan kemejanya. Intan pun menyambar dasi di ranjang lalu mengikatnya di leher Ricko. Ricko pun tersenyum senang. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Intan dan akan menciumnya. Sayangnya Intan memundurkan tubuhnya ketika sudah selesai mengikat dasi di leher Ricko.

'sial!' Batin Ricko geram.