Chapter 8 BAB 8

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Siang hari Intan merasa lapar. Ia pun keluar ruangan dan melihat ke meja sekretaris tapi tidak ada orangnya. Ia menengok ke ruangan sebelah pintunya masih belum terbuka. Ricko masih belum selesai dengan meetingnya.

"Gimana ini?" Gumam Intan sambil memegangi perutnya.

"Ada yang bisa di bantu Mbak?" Tanya seseorang dari belakang Intan. Intan pun menoleh dan tampaklah Romi asistent Ricko.

"Aku lapar. Bisa kah aku mendapatkan makanan? Atau pinjamkan aku uang nanti aku akan menggantinya." Ucap Intan terus terang tanpa malu - malu karena dia memang sudah sangat lapar.

"Ikutlah denganku ke kantin. Aku akan mentraktirmu makan. Mmm aku Romi asistennya Pak Ricko. Kamu siapa?" Tanya Romi sambil mengulurkan tangannya kepada Intan.

"Intan. Sepupunya Mas Ricko." jawab Intan sambil membalas uluran tangan Romi dan tersenyum.

Romi pun berjalan ke kantin. Intan mengikuti di belakangnya. Intan memesan nasi soto dan es jeruk begitu juga Romi memesan menu yang sama.

Sementara itu Ricko keluar dari ruangan meeting dan masuk ke dalam ruangan kantornya. Ia tidak menemukan Intan di ruangannya. Ia pun memanggil Lia sekretarisnya dan menanyakan dimana Intan.

"Dimana Intan? Gadis yang di ruangan ku tadi pagi?"

Tanya Ricko pada Lia.

"Saya tidak tahu Pak. Tadi saya fotokopi di lantai bawah sebentar." Jawab Lia jujur.

"Cari dia sampai ketemu!" Perintah Ricko. Lia pun pergi ke luar ruangan Ricko. Ricko pun mengeluarkan ponsel nya berniat mau menelpon Intan, sayangnya mereka belum bertukar nomor hp sejak kemarin.

"Kemana anak ini? Sudahlah lagian dia sudah dewasa. Nanti juga balik sendiri." Gumam Ricko. Ia pun menelpon OB untuk membelikan makanan dan mengantar ke ruangannya.

Setengah jam kemudian Intan masuk ke ruangan Ricko dan menemukan Ricko sedang bekerja di depan laptopnya. Intan pun tidak mau mengganggunya. Ia segera duduk di sofa dan membaringkan tubuhnya disana.

"Dari mana kamu?" Tanya Ricko tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.

"Makan siang di kantin." Jawab Intan jujur.

"Sama siapa? Bukankah tadi aku bilang kalau perlu apa - apa minta sama sekretarisku!" Ucap Ricko kali ini memandang ke arah Intan.

"Tadi aku sudah mencarinya tapi mejanya kosong. Terus ada laki - laki namanya Romi nawarin makan ke kantin ya udah aku ikut aja. Aku juga sudah sangat lapar." balas Intan sedikit takut. Suaranya semakin lirih karena ia tahu dari nada bicaranya Ricko sepertinya sedang marah. Ricko pun tidak membalas jawaban Intan. Tidak berapa lama OB masuk membawa makanan untuk Ricko. Ricko pun makan tanpa bersuara. Intan yang melihat Ricko makan merasa bosan dan mengantuk. Akhirnya ia tertidur di sofa. Ricko pun membiarkan Intan tidur sambil melanjutkan pekerjaannya.

Sore hari Intan bangun dan sadar kalo ia tertidur di kantor Ricko. Ia pun melihat ke sekeliling dan melihat Ricko masih bekerja di depan laptopnya.

"Masih lama mas? Maaf aku ketiduran." Tanya Intan lalu menutupi mulutnya yang sedang menguap.

"Ayo jenguk papa ke rumah sakit." Ajak Ricko sambil mematikan laptopnya lalu memakai jas nya yang ia lepas tadi.

"Oke." jawab Intan setuju.

Sesampainya di ruangan Pak Bambang, Intan dan Ricko mencium punggung tangan Pak Bambang dan Bu Sofi bergantian.

"Gimana keadaan Papa?" Tanya Ricko yang duduk di kursi samping ranjang Pak Bambang.

"Masih sama. Rick setelah papa meninggal berjanjilah kamu tidak akan menceraikan Intan!" Ucap Pak Bambang serius.

"Papa jangan berpikir yang tidak - tidak. Aku akan mengantar Intan pulang dulu. Papa istirahatlah!" Ucap Ricko berpamitan.

"Apa kamu sudah mengurus surat nikahmu Rick?" Tanya Pak Bambang.

"Ya. Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengurusnya Pa." Jawab Ricko. Pak Bambang pun merasa lega.

Sebelum mengantar Intan pulang, Ricko pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian sekalian mengambil barang - barang Intan.