Chapter 411 - 411. Kembali ke Kantor bag 2

Di tengah pembicaraan mereka, dari arah pintu luar terdengar seseorang mengetuk pintu masuk. Segera Ludius mengakhiri pembicaraan mereka sebelum ada mata – mata yang mulai bergerak.

"Aku serahkan masalah Mr. ZK padamu. Ada orang mengetuk pintu di luar, lebih baik segera akhiri pembicaraan kita kali ini. kau! Segera siapkan dokumen yang harus aku pelajari. Aku tidak ingin membuang – buang waktu". Kata Ludius mengakhiri pembahasan mereka.

"Baik Tuan ku. Aku akan menyerahkan beberapa dokumen terakhir yang harus anda pelajari dan  tanda tangani. Kalau begitu, permisi!". Bianca beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan.

Pintu ruang Direktur utama di buka, dan di depan pintu sudah berdiri Leerin yang membawa beberapa map dan dokumen dengan tatapan tenang. Bianca yang melihat pertama kali wanita yang bernama Leerin langsung memiliki firasat tidak baik dengan wanita yang ada di depannya.

"Apa yang sedang kau lakukan di depan ruang Direktur Utama?!". Tanya Bianca tegas.

"Saya hanya ingin menyerahkan laporan mengenai proyek yang sedang berjalan bulan ini untuk segera Direktur tinjau lebih jauh." Balas Leerin dengan cukup santai dan tenang padahal sudah mendapat gertakan keras dari Bianca.

Menurut pengamatan dari Bianca Luze, seseorang pegawai atau karyawan biasa jika mendapat  gertakan dari bawahan langsung direktur seharusnya hal pertama kali yang di rasakan adalah gugup dan ada rasa takut karena khawatir akan hal yang salah dalam penanganannya. Tapi wanita yang bernama Leerin Alseif ini, dia terlalu tenang dalam menghadapi gertakan keras Bianca dengan statusnya yang masih sebagai pegawai baru.

"OH. Baiklah! Aku harap kau melakukan pekerjaanya dengan baik. INGATLAH AKU SELALU MENGAWASIMU!!" ancam Bianca, ia melangkah keluar dari ruang Direktur dan melewati Leerin dengan menatap wanita itu tajam.

Dari dalam Ludius yang memperhatikan Bianca begitu memperhatikan seseorang, di lihat dari tabiat Bianca yang selalu acuh dan tidak peduli dengan karyawan di kantor pasti ada sesuatu yang Bianca ketahui.

'Aku jadi penasaran, apa yang Bianca ketahui dan pikirkan mengenai wanita yang ada di depan pintu? Adakah hal menarik yang belum aku ketahui?!' batin Ludius.

"Kau yang ada di depan, masuklah!". Perintah Ludius.

Leerin yang masih ada di depan pintu langsung menyahut. "Baik Presdir, saya akan masuk.." jawab Leerin dengan tenang.

Ludius saat ini sedang mempelajari dan melihat satu – persatu dokumen menumpuk yang ada di depannya. "Apa yang membawamu datang ke ruanganku, Nona Leerin?!". Ludius mengangkat kepalanya. "Benarkan, bahwa namamu Leerin alseif?!".

"Benar Presdir Lu, maaf mengganggu waktu pagi anda, ini saya ada dokumen yang harus anda tanda tangani." Kata Leerin, ia mengacungkan dokumennya dan menaruhnya di meja samping laptop.

Ludius tidak langsung menggubris apa yang Leerin berikan, ia masih mencoba mengacuhkan pekerjaannya dan ingin tahu apa reaksi dari Leerin. Namun sesuai dugaan, wanita yang bernama Leerrin dengan sabar menunggu Ludius melihat apa yang sedang di bawanya.

"Kau keluarlah! Aku akan memeriksanya nanti." Kata Ludius,

"Baiklah Presdir Lu. Saya permisi dahulu". Leerin beranjak dari tempatnya. Bagai tak mempunyai emosi, Bianca keluar dari dalam ruang Direktur dalam keadaan tenang tanpa beban atau raut wajah kesal, seolah emosinya  di latih untuk tidak mudah goyah.

Di dalam ruang Direktur Ludius melihat kepergian Leerin dengan jelas, ia mulai menyadari ada yang salah dengan wanita itu.

Braak!

Ludius membanting dokumen yang sedang ia pelajari di meja dengan emosi.  Tatapannya terlihat bengis dan juga penuh amarah yang membludak. "Brengsek! Siapa yang berani membawa mata – mata masuk ke dalam Perusahaanku. Bagaimana bisa seorang yang di curigai sebagai mata – mata berkeliaran bebass di dalam perusahaan?!" gerutu Ludius. Segera ia mengambil tindakan untuk mengawasi Leerin alseif lebih intensif.

Sepertinya keadaan mulai keluar dari kendali Ludius, mulai dari penyerangan, Longshang yang terluka, masuknya mata – mata dalam Perusahaan. Itu membuat Ludius harus berpikir 10 kali lipat lebih kerass dari biasanya.

***

#Mansion Lu

Pagi ini setelah sarapan bersama dan Ludius pergi ke kantor, Silvia mulai membereskan beberapa pakaian kotornya agar pelayan mencucinya. Di kamar, Silvia sedang membersihkan kamarnya, anggap saja ini keisengannya karena terlalu membosankan di dalam mansion tanpa melakukan apapun. Di sela membersihkan kamarnya, ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar.

Bzzt Bzzt..

Silvia menghengtikan pekerjaannya, ia melangkah ke arah meja rias dan menyambar ponselnya. Di lihat dari pemberitahuan, terdapat panggilan masuk dari Lingling.

"Ada apa Ling ling menelponku pagi – pagi sekali?!". Gumam Silvia, ia segera mengangkat telepon dari Ling ling tersebut.

["Halo Ling ling, ada apa kau sepagi ini menelponku?"]

["He he.. kau kok bertanya seperti itu sih, Silvia?! Aku kan rindu padamu. Sudah lama kita tidak jalan bareng buat belanja. Yuk mumpung aku massih di China, kita belanja bareng"] kelihatannya Ling ling sedang mencoba untuk keluar dan menjadikan Silvia sebagai tameng. Tapi kita lihat saja nanti.

["Haolah (Baiklah!) kita akan belanja bareng, aku juga sudah lama tidak shopping ke Mall. Rasanya kangen juga ingin belanja bareng. Trus, kamu mau datang kemari untuk menjemputku?"]

["Uhm, kita akan berangkat dari mansionm saja. Sekalian aku ingin bertemu Ibumu. Ku dengar Ibumu sudah ada di China.."]

["Ya, Ibu ku sudah ada di China 2 hari yang lalu. Ngomong – ngomong senior Bryan sedang ada di mana? Tumben saja kau meminta ku menemanimmu belanja, pasti senior Bryan sedang ada tugas di luar kota lagi yah"]

["He eh.. hiks, dia beberapa hari ini sibuk kerja di luar kota. Kan berasa rindu.."]

["Ah lebay kau Ling, resiko punya suami status tinggi ya emang gini. Ludius saja hari ini akan melakukan perjalanan bisnis ke Kerajaan Hardland. Sayang banget aku lagi hamil, jadi tidak di bolehkan ikut"]

["Wk wk wk.. ternyata ada yang bernasib sama. Aku kira Cuma aku yang suka jengkel kalau tahu suami lagi kerja di luar kota dan jarang ada waktu dengan kita.."]

["Tapi senior Bryan sedang tidak mencari wanita lain, bukan? Dia kerjanya sering di luar kota loh! Ugh.. kalau aku langsung curiga deh."] ledek Silvia di ujung teleponnya pada Ling ling,

["Mana mungkin lah! Jangan samakan suamiku dengan Ludius yah! Wk wk wk.. Senior Bryan meski kerja di luar kota, dia setiap ada kesempatan pasti hubungi aku kokk."]

["Wah.. wah.. ada yang marah nih seniornya di bicarain. Baiklah, aku tidak akan menanyakannya lagi padamu. Kalau begitu, aku tunggu kau datang yah.."]

["Ok! Aku akan on the way untuk datang"]

Tut tut tut

Telepon terputus, Silvia langsung bersiap mengganti pakaian yang lebih formal dan mengambil tasnya di dalam lemari