Chapter 382 - 383. Club De Luxe bag3. Serangan!

Barang yang di lelang kali ini rupanya cukup menyita banyak perhatian, terutama para pengusaha dunia bawah yang tergiur dengan keterangan Host yang mengatakan bahwa itu adalah dokumen yang berisi penelitian yang sedang di kembangkan.

Harganya di buka mulai 1M RMB atau setara dengan 140 jt Dollar untuk sebuah chip yang saat ini di lelangkan. Untuk sebuah penemuan, harga 140 jt dollar adalah awal yang sangat murah. Namun, karena sudah mendapat peringatan dari Bianca, Zain tidak akan buru-buru menawar, tapi itu juga membuatnya menjadi ragu dan akhirnya lebih mengirim pesan suara pada Ludius,

["Ludius, baru saja ada sebuah chip yang di gadang-gadang berisi dokumen rahasia berisi penelitian projek MHD 103 seperti yang kau katakan waktu itu? Langkah apa yang harus di ambil, karena aku masih ragu kalau ini bisa jadi sebuah jebakan."]

SEND..

Pesan suara terkirim, dan tidak lama mendapat balasan pesan suara dari Ludius.

["Jangan buru-buru, aku akan segara kesana untuk melihat situasi. Kemungkinan isi chip itu benar hanya 30% sisanya pasti adalah sebuah jebakan. Awasi keadaan sekitar, dan terus laporkan keadaannya saat ini."]

Karena sudah mendapat jawaban yang jelas, Zain langsung mengaktifkan kamera pengawas serta penyadap suara yang terpasang pada topengnya. Kamera pengawas yang di gunakan Zain bisa di katakan online, atau langsung terhubung dengan perangkat lunak dan dapat di buka melalui ponsel menggunanakan sandi tertentu.

Zain langsung memberitahu pada Ludius mengenai hal ini melalui pesan.

[Aku sudah mengaktifkan kamera pengawas serta penyadap suara, kau bisa membukanya dengan kode 6658. Akan aku perlihatkan siapa saja yang hadir malam ini]

Send..

Pesan terkirim. Selanjutnya Zain menepuk tangan Bianca membuat wanita itu terkejut karena sedang memperhatikan lelangnya.

"Kau mengagetkanku, apa yang akan kau lakukan Tuan kaku?" bisik Bianca.

"Kau tetaplah disini dan pantau jalannya lelang, aku akan keluar sebentar." Kata Zain tanpa mengatakan tujuannya yang sebenarnya.

"Baiklah, jangan lama-lama meninggalkanku sendirian disiini, atau aku akan di ambil oleh orang lain." Canda Bianca.

"..."

Zain tanpa menjawab langsung pergi dari tempat duduknya, melangkah perlahan sambil mengawasi dan memperhatikan keadaan sekitar. Ia melihat banyak Direktur dari berbagai Perusahaan datang, meski mereka menggunakan topeng sekalipun, tetap saja tidak akan luput dari penglihatan Zain, analisisnya takkan pernah salah.

Tujuan Zain adalah untuk memantau situasi dan keadaan agar terlihat di camera pengawasnya yang terhubung langsung dengan ponsel milik Ludius. Di saat penyelidikannya, ia bertemu dengan salah satu pemilik Perusahaan ternama di Hongkong. Zain mencoba mendekati pria tersebut meski ia tahu tidak akan mendapatkan banyak informasi dari orang sepertinya.

"Selamat malam, Tuan.." sapa Zain.

Orang itu sedang duduk memperhatikan lelang nya langsung berdiri menyahut sapaan Zain. "Selamat malam, Tuan. Apakah anda mengenal saya sebelumnya. Maaf saja, ini lelang gelap bukankah tidak baik untuk saling sapa di depan orang banyak?" ujarnya langsung menepis keniatan Zain. Tapi itu tidaklah benar...

"Sorry Tuan, anda sepertinya salah memahami niat saya. Saya menyapa anda karena saya melihat kursi di samping anda masih kosong. Bolehkah saya tempati?" tanya Zain membalikkan keadaan.

Wajah si pria paruh baya tersebut terlihat geram, merasa di permainkan oleh Zain dengan kata-katanya. "Duduklah! Kau tak perlu meminta persetujuanku, anak muda.."

Kedua orang di belakang pria paruh baya tersebut langsung menargetkan pandangan mereka pada Zainn. Sudah jelas bahwa mereka adalah anak buah pria paruh baya itu yang sedang menyamar sebagai anggota lelang. Zain menoleh ke belakang sambil melebarkan senyumnya.

"Hei, tenang boss.. kalian tidak perlu menargetkanku seperti itu."

Dari mimbar Host membuka suara. "Chip ini sudah di tawar oleh Tuan dari Kota Tiongkok dengan harga 2M RMB, adakah yang berani menawar lebih dari 2 M RMB?. Jika tidak ada yang berani menawar lebih tinggi lagi, maka keputusan final."

Tok tok tok..

Palu di ketuk, tanda transaksi sudah final.

Kedua anak buah yang ada di belakang Zain diam setelah mendengar suara host yang mulai mengetuk palu. Dua wanita cantik keluar membawa kotak kaca berisi chip tersebut. Zain langsung memperhatikan hal tersebut dan menyambungkan panggilannya dengan Ludius.

Drrt.. drrt..

["Ludius, kau ada di mana? Lelang chip sudah selesai dan kini berada di tangan seseorang!"] kata Zan dengan suara berbisik, agar tidak ada yang menyadap pembicaraan mereka.

["Aku akan segera sampai. Kau selidiki saja siapa yang membeli chip itu, kita akan melihat perkembangannya, apakah ada pergerakan dari mereka (Orang yang bersangkutan dengan yang  memberikan chip pada pihak lelang)."]

["Baiklah, untuk lelang selanjutnya adalah mind control. Kau pasti akan tertarik dengan hal satu ini."]

Zain kembali memutus panggilannya. Setelah ia merekam semua orang yang datang ke lelang menggunakan camera pengawas. Ia beranjak dari duduknya dan kembali ke tempatnya semula, yaitu di samping Bianca.

"Apa kau menungguku, Nona Bianca?" tanya Zain yang sudah ada di depan Bianca.

"Tidak juga, sayang sekali. Lelang chipnya sudah selesai, kau lambat." Ejek Bianca.

"Bukankah kau juga tahu apa yang aku rencanakan, tidak perlu pura-pura tidak tahu. Kau adalah wanita misterius Nona Bianca." Ujar Zain. Ia kembali duduk di samping Bianca.

"Bagaimana dengan penyelidikannya. Kau sudah merekam semua tamu yang datang?" tanya Bianca berbisik.

"Sudah, lalu bisakah kau membantuku untuk menyelidiki siapa yang membeli chip tadi?" balas Zain masih dengan berbisik.

"Kau akan segera mengetahuinya.." jawab Bianca dengan senyum seringai.

'Wanita licik ini, dia pasti sudah mengetahui sesuatu. Senyumnya benar-benar seperti wanita bermuka dua.' Batin Zain.

Seorang pria maju kedepan untuk mengambil barang lelang yang sudah jatuh di tangannya. Namun baru saja ia berdiri di atas mimbar dan belum menyentuh kotak kaca tersebut, dari arah yang tidak di ketahui sebuah peluru yang di temmbakkan senjata laras panjang yang menggunakan peredam suara sehingga tidak terdengar suaranya menembus jantungnya.

Gubrak..!!

"Kyaaaa...." seketika para wanita pendamping berteriak histeris ketika melihat pria yang baru maju kedepan terjatuh dengan dadanya bersimbah darah.

"Mereka bergerak lebih cepat dari dugaanku!" ujar Bianca.

Zain langsung menoleh kearah Bianca, "Apa maksudmu, apa kau sudah mengetahui hal ini sebenlumnya?" tanya Zain.

"Tidak juga, aku hanya mencoba memahami situasi saat ini." Bianca menoleh kearah atas dan melihat ada snipper yang menargetkan mereka.. ia langsung menarik Zain pergi dari tempat mereka duduk.  "Jangan diam saja pria kaku, kita sedang dalam bahaya! Siapkan senjatamu, atau jangan-jangan kau meninggalkan semua senjatamu di mobil?" tebak Bianca. Melihat reaksi Zain, Bianca sudah menebak bahwa tebakannya benar.