Chapter 347 - 347. Kabar yang begitu cepat tersebar

-Mansion Lu

Pagi ini Silvia yang terbangun tanpa ada suami di sampingnya langsung keluar dari kamar menyusuri setiap ruangan dengan memanggil nama suaminya. "Ludius, kau dimana?." Teriak Silvia bagai orang yang kehilangan sesuatu.

Bibi Yun yang mendengar panggilan Nyonya nya langsung menghampiri Silvia yang masih mondar mandir di lantai atas.

"Nyonya, anda sedang mencari Tuan Lu?." Tanya Bibi Yun dari arah tangga.

Silvia langsung berbalik kebelakang, dengan setengah berlari ia menemui Bibi Yun. "Bi, sepagi ini Ludius  pergi kemana? Tidak biasanya dia pergi tanpa mengatakan apapun."

Keliihatannya Silvia sedikit kecewa karena Ludius tidak mengatakan kemana dia akan pergi. 'Dasar suami menyebalkan. Pergi tanpa bilang-bilang. Senang amat sih bikin aku khawatir..'

"Begini Nyonya, Tua Lu tadi malam mendapat kabar dari markas di Nanjiang, bahwa ada penyusup yang memasuki wilayah laboratorium. Maka dari itu Tuan Lu dan Tuan Longshang langsung ke Nanjiang dengan beberapa penjaganya." Kata bibi Yun menerangkan dengan sangat hati-hati. Pasalnya ia tahu sekali bagaimana kondisi Silvia saat ini.

Meski Silvia kaget, tapi ini bukan pertama kali baginya mendengar hal seperti ini, Silvia hanya bisa menelan rasa khawatirnya dalam-dalam karena memang itu pekerjaan suaminya.

"Huffft.. bagaimana keadaannya saat ini Bi? Dia baik-baik saja kan?." Tanya Silvia antusias, tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan perasaan cemasnya walau sudah mencobanya.

"Maafkan Bibi, Nyonya. Menurut keterangan Tuan Zhenyi tadi malam, Tuan Lu terkena ledakan granat dan terpental menuju bibir jurang. Tim pencari saat ini sedang melacak keberadaan Tuan Lu dan hasilnya masih nihil." Ucap Bibi Yun dengan mencemaskan keadaan Silvia yang cukup labil emosinya akhir-akhir ini.

"Apah..!." Silvia yang kaget, tubuhnya langsung kehilangan keseimbangan,

"Nyonya.." seru Bibi Yun, ia langsung menangkap tubuh Silvia yang hampir terjatuh.

"Lalu bagaimana dengan keadaan Longshang saat ini, Bi? Dia baik-baik saja kan?," tanya Silvia sambil memijat keningnya yang pening.

"Tuan Longshang juga dalam keadaan luka berat, Maafkan atas kelalaian anggota kami Nyonya." Ujar bibi Yun. "Mari, saya antar Nyonya ke kamar."

"Tidak Bi, Ludius belum di temukan, Longshang dalam keadaan kritis sedangkan Wangchu masih berada di Indonesia. Saat ini Perusahaan sedang tidak ada yang mengawasi, aku harus datang ke Kantor sekarang juga."

"Tapi Nyonya, kondisi anda sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mengapa anda tidak meminta Tuan Lian untuk menggantikan Tuan Ludius sementara waktu sampai salah satu Tuan ada yang kembali ke Perusahaan?."

"Aku tidak ingin merepotkan Kakak ipar, bagaimanapun kakak ipar sudah memiliki Perusahaan Jiang yang harus di kelolanya. Bibi kembali saja bekerja, aku akan ke kamar untuk bersiap-siap." Ujar Silvia, ia melepas pegangan Bibi Yun dengan senyuman.

"Tapi Nyonya.." Bibi Yun tidak rela melihat Silvia memaksakan diri.

"Tidak apa-apa Bi, lagi pula aku di kantor juga hanya duduk manis sambil mengawasi laporan masuk dari para karyawan."

"Baiklah kalau begitu, selagi Nyonya bersiap, Bibi akan siapkan susu dan roti bagaimana?."

"Boleh.. terima kasih Bi."

Silvia yang masih syok dengan keadaan semuanya saat ini hanya bisa terus melangkah maju. Perasaan sedih dan cemas yang menyelimuti hatinya saat ini harus ia pendam dalam-dalam demi kelangsungan Perusahaan yang saat ini tidak ada orang satupun dari orang-orangnya Ludius di dalamnya.

-

30 menit telah berlalu, kini Silvia sudah memakai setelan pakaian kantor dengan bawahan sebuah rok panjang. Masih seperti Silvia yang biasanya, pakaian yang sederhana, rapih dan sopan tentunya. Karena kesopanan diri sendiri adalah hal utama bagi Silvia.

Ia yang kini sedang di ruang makan, sendiri, menyantap roti lapis selai dengan segelas susu. Benar-brnar terasa sangat kurang tanpa adanya Ludius si suami usil  dan jahilnya itu.

'Menikmati sarapan sendiri tanpamu benar-benar sebuah cobaan bagiku suamiku. Di saat-saat seperti ini, mengapa aku sangat merindukan kenakalan dan kejahilanmu Ludius?. Sebenarnya kamu ada dimana sekarang? Mengapa hanya dalam sejekap mata kau menghilang bagai di telan bumi Sayang.'

Rintihan hati seorang Silvia tidak ada seorangpun yang akan mendengarnya, karena hanya  Ludius seorang yang tahu bagaimana tangisan hati istri tercintanya. Saat ini Silvia hanya bisa menangis dalam hatinya tanpa bisa mengeluarkan air matanya, demi orang lain, juga demi kelangsungan Perusahaan.

"Kamu harus tegar Silvia." Gumamnya menyemangati diri sendiri.

Di tengah sarapannya, Bibi Yun datang menhadap. "Nyonya, ada tamu didepan." Ucap Bibi Yun lirih, takut mengganggu sarapan Silvia.

"Siapa Bi?" tanya Silvia balik, ia menghentikan sarapannya dan menoleh kearah Bibi Yun.

"Tidak tahu Nyonya, tamu itu hanya menyebutkan jika Nyonya menemuinya pasti mengenalnya."

"Baiklah, aku akan menemuinya terlebih dahulu. Tidak tahu juga siapa pagi-pagi seperti ini mengganggu dengan bertamu tanpa mengatakan namanya.."

Silvia menyudahi memakan rotinya, sebelum itu dia meminum susu yang sudah di siapkan Bibi  Yun lalu pergi ke ruang tamu.

-

"Permisi, apakah anda sedang mencari saya?." Tanya  Silvia pada pria yang duduk membelakangi Silvia saat ini.

Pria itu berdiri dan menoleh kearah Silvia dengan senyuman. "Selamat pagi Nyonya Silvia," sapanya.

"Pangeran Richard, bagaimana bisa kamu sepagi ini sudah ada di rumahku?."

"Tentu saja bisa, aku sedang dalam perjalanan dan kebetulan melewati jalan menuju Mansionmu. Ya sudah, aku mampir." Jawabnya santai, sangat santai sampai membuat Silvia hanya bisa mengelus dada dengan alasan klasiknya.

'Tidak bisakah membuat alasan yang lebih bagus sedikit?! Haisst.. pria ini memang selalu semaunya sendiri.' Batin Silvia.

Silvia langsung menghampiri Pangeran Richard dan duduk disofa bagian depan lawan bicaranya. "Dimana Putri Emilia? Sudah lama kami tidak bertemu. Apakah dia sehat?." Tanya Silvia mengalihkan perhatian pria di depannya itu.

"Emilia sedang ada di Mansion, aku tidak membawanya karena memang sedang dalam perjalanan bisnis."

"Oh." Jawab Silvia singkat sambil mengangguk-anggukan kepala.

Sejenak suasana ruang tamu menjadi hening, selain karena Silvia sedang dalam mood tidak baik, ia juga sangat malas membalas perkataan atau pertanyaan Pangeran Richard.

"Permisi.. Nyonya dan Tuan, silahkan dinikmati minumannya." Sela Bibi Yun yang datang membawa nampan berisi minuman dan menyajikannya di meja.

"Terima kasih Bi," ucap Pangeran Richard dengan melemparkan senyum mautnya.

"Katakan Pangeran Richard, apa yang membuatmu sepagi ini berkunjung ke Kediaman Lu?."

"Kedatanganku kemari untuk melihat bagaimana keadaanmu.  Syukurlah kamu baik-baik saja." Balasnya dengan suara lembut, sungguh berbeda dengan Pangeran Richard yang biasanya.

"Maksudmu apa mengatakan ini Pangeran Richard?."

"Maksudku adalah, aku sudah mendengar kejadian malam tadi dari orang-orangku. Mereka memberi kabar bahwa Longshang terluka parah dan Ludius belum di temukan sampai saat ini. Benarkan.."