Chapter 338 - 338. Perjalanan Bersama bag 2

Zain yang sedang memperhatikan foto pernikahan, begitu mendengar suara Ludius langsung saja mengalihkan pandangannya. Secepatnya Zain mengambil ponsel di sakunya untuk mengalihkan perhatian Ludius.

Sesaat Zain melihat kearah Ludius dan tetap berusaha bersikap tenang didepan pria tempramen seperti Ludius. "Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan, ini juga salah satu alasan aku menghilang beberapa hari ini. 3 hari yang lalu, Markas pusat SSIA menghubungiku, ini mengenai Dark Phantom yang sudah mulai melakukan transaksi sampai ke Indonesia. Mereka masuk melalui pelabuhan Banyu biru" Ucap Zain serius. Ia memang sedang di desak Ketua SSIA untuk kembali ke Markas Pusat.

"Mereka sudah mulai melakukan transaksi sampai Indonesia? Menurutmu siapa yang menjadi backing mereka hingga berani mengabaikan Pasukan Elit SSIA dan memasuki wilayah Indonesia melewati Pelabuhan Banyu Biru?," tanya Ludius penasaran. Ia memang tidak bisa tinggal diam jika Dark Phantom atau Black Emperor sampai ke Indonesia dan membuat kekacauan disana.

"Aku dengar Pemilik serta penguasa pelabuhan Banyu biru saat ini adalah seorang Ketua dari The Darkness yang terkenal dengan sebutan Mr. ZK. Kemungkinan orang itu yang membiarkan pasokan senjata Dark Phantom dapat melewatinya."

"Aku baru tahu ada orang yang berani mengekploitasi sebuah Pelabuhan besar. Hahaha.. uang memang mampu mengalahkan segalanya." Ludius yang baru masuk langsung duduk di meja kerjanya dan membuka laptop yang tergeletak didepannya, serta mengambil sebuah kartu akses yang ada di sebuah laci dan melemparkannya pada Zain.

"Kartu apa ini Ludius?." Tanya Zain bingung sambil memperhatikan kartunya, ia memang belum bisa menebak jalan pikiran Ludius yang selalu misterius.

"Gunakan kartu akses tersebut untuk masuk kedalam pelelangan yang selalu di adakan sebulan sekali di BAR casino 'The Angel'. Kebanyakan dari mereka berasal dari daerah Eropa timur yang memiliki banyak informasi mengenai keadaan di daerah Eropa. Siapa tahu ada informasi penting mengenai siapa Mr. ZK."

"Untuk apa kau mencari tahu Identitas Mr. ZK Ludius? Apa kau ingin menambah musuh?."

"BODOH! Tentu saja menjalin relasi dengan Mr. ZK, dan mengorek informasi darinya mengenai Dark Phantom."

"Cih! Kau selalu saja membuatku menjadi umpan para buaya yang kelaparan. Lagi pula, tugasku di China sebentar lagi akan di cabut oleh Komandan tertinggi dan digantikan oleh pasukan Elit yang lain."

"Aku tidak menanyakan seberapa lama kau akan di China, lebih cepat pergi itu lebih bagus! Setidaknya kau tidak akan mengganggu Silvia. Aku hanya ingin kau pergi ke lelang gelap di casino 'The Angel' lusa nanti dan melaporkan informasinya padaku. Sisanya terserah, kau pergipun aku tidak peduli."

"Baiklah, aku akan pergi ke lelang gelap dan mencari informasi penting mengenai Mr. ZK disana. Kalau begitu aku akan pergi dan tidak akan mengganggu waktumu dengan istrimu."

Setelah Zain menerima kartu akses masuk ke lelang gelap, ia langsung pergi dari ruang kerja.

"Kau harus sabar Ludius! Semua masalah ini pasti akan segera menemukan titik terangnya. Meski harus memakan waktu bertahun-tahun lamanya, aku harus menghentikan mereka mendapatkan apa yang mereka mau, atau akan berakibat pemicu perang dunia. Pada saat itu tiba, aku sudah tidak bisa ikut campur." Gumam Ludius. Ia memegang kepalanya yang terasa berat.

***

-Soekarno-Hatta Internasional Airport

Pesawat pribadi yang dinaiki Wangchu dan Nadia mendarat pukul 17.00 sore di lanud Soekarni-Hatta. Sebuah bandara yang terletak di daerah Jakarta, dan memerlukan jarak tempuh 1 jam menuju kediaman Ibu Yuliana. Nadia yang saat itu tertidur dengan posisi bersandar pada bahu Wangchu, membuat Wangchu menjadi terkekeh menahan tawa.

"Pesawat sudah mendaratpun kau belum sadar juga." Ucap Wangchu dengan membelai lembut wajah kuning langsat Nadia.

Pilot dan pramugari sudah memberi pengumuman bahwa pesawat sudah mendarat dan pintu akan segera terbuka.

Wangchu perlahan memindahkan kepala Nadia agar bersandar ke kursi, sementara dirinya berbanjak dari duduknya. Karena cuaca cukup dingin, Wangchu melepas jasnya dan menyampirkannya di tubuh NAdia. Nadia yang masih tertidur, terpaksa Wangchu harus menggendongnya keluar secepatnya.

Sebelum itu, kedua tangan Nadia Wangchu tempatkan ke lehernya dan menautkan keduanya baru Wangchu mengangkat dan menggendongnya keluar dari pesawat dengan tangan kirinya membawa tas kecil milik Nadia.

"Ternyata kau cukup merepotkan Putri Nadia."

"Uhm.." Terdengar suara deheman Nadia dengan kedua alis saling terpaut dan tangannya saling menangkup erat.

Wangchu yang mendegar itu menoleh sedikit kearah wajah Nadia dan tersenyum kembali. "Kau sedang memimpikan apa sehingga mengigau seperti itu, putri jutek!."

Kini ia sudah ada di depan pesawat dengan para pramugari yang menurunkan barang bawaan miliknya dan Nadia sambil menunggu jemputan yang sudah di siapkan.

Dari arah selatan sebuah mobil pajero putih melesat kearah mereka dan berhenti tepat di depan Wangchu yang saat ini masih menggendong Nadia yang belum bangun juga dari tidurnya.

Begitu mobil berhenti, seorang pria paruh baya turun dari bagian kemudi dan menangkupkan tangan dengan setengah menunduk. "Selamat sore Tuan Wangchu. Saya sopir yang di utus oleh Tuan Tommy Alfarezi (Ayah Julian) untuk menjemput anda dan Putri Nadia ke kediaman beliau." Ucap pria tersebut yang ternyata sopir pribadi Keluarga Tuan Tommy.

"Terima kasih karena datang tepat waktu. Tolong masuk-masukkan barang bawaannya. Saya masuk terlebih dulu, atau Putri Nadia akan terserang flu karena terlalu lama berada di luar."

"Baik Tuan."

Sementara Pak sopir memasukkan barang bawaan mereka, Wangchu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu untuk menyamankan posisi tidur Nadia yang terlihat pulas.

Wangchu membaringkan tubuh Nadia di kursi yang memanjang dengan kepala bersandar di bahunya. Ia memperhatikan lekat-lekat wajah polos wanita yang bersandar padanya dengan sepenuh hati.

"Betapa berharganya waktu seperti ini yang ku habiskan denganmu, putri jutek!. Secantik apapun wanita di dunia ini, hanya kamu yang berkesan di hatiku. Bukankah itu lucu. Hahaha... ingin sekali aku mnertawakan nasibku yang terjebak perasaan pada Putri Keraton sepertimu."

Suara tawa Wangchu yang cukup nyaring rupanya mengusik ketenang Nadia yang tertidur pulas, sesekali Nadia menggeliat dan menyamankan posisi tidurnya. Namun ketika ia menyadari ada yang salah dengan posisi tidurnya, membuatnya memaksakan dirinya untuk bangun.

Kelopak matanya yang masih berat, Nadia paksakan untuk terbuka. Betapa kagetnya ia saat membuka mata dan hal yang pertama kali dilihat adalah sosok Wangchu dengan senyum nakalnya.

"Selamat malam Putri Nadia, bagaimana dengan tidur panjangmu?" tanya Wangchu dengan senyum lebarnya.

Nadia tersentak dan langsung bangkit dari posisinya yang bersandar di bahu Wangchu, "Eh.. sejak kapan kita ada di mobil?." Tanya Nadia bingung, dengan mata menjelajah memperhatikan sekelilingnya.