Chapter 224 - 224. Membangunkan Singa yang tengah tertidur bag 2

Tatapan mata itu kembali seperti dulu, tatapan yang terlihat dingin nan kelam dengan aura membunuh yang pekat kembali menyelimuti Ludius. Kilatan lirikannya yang tajam bahkan mampu menenggelamkan kepercayaan diri seseorang.

Sedangkan dari pihak musuh yang melihat perubahan emosi drastis dari Ludius tercengang, bukan karena takut, mereka hanya tak memyangka Ludius akan berubah secepat itu. Beberapa dari mereka yang menerima tatapan dingin Ludius bahkan tidak berani mengarahkan senjata kearah Ludius.

Bang Bang Bang

3 tembakan mereka arahkan pada Ludius demi mencegah Ludius membuat serangan balik, namun dengan mudah Ludius menghindari peluru tanpa bergeming. Seolah ia telah membuang seluruh perasaannya.

"Kalian telah membangunkan singa yang tengah tertidur, jadi jangan salahkan aku melakukan hal ini pada kalian". Perkataan Ludius yang datar namun dingin itu seketika membekukan suasana.

Dengan pistol yang sudah berada di tangan kanan nya, Ludius tidak segan lagi mengarahkannya pada mereka.

Bang Bang Bang

Sraash..

Daamm..

Satu persatu musuh tumbang dengan luka yang di derita cukup fatal. Ludius terus menembak dengan kaki melangkah lurus kedepan tanpa menghiraukan peluru yang mengarah kepadanya, membuat musuh kehilangan kepercayaan diri dan hasilnya peluru selalu meleset.

Dalam sekejap, 6 musuh yang tersisa tergeletak tak berdaya seakan sedang menghadapi sebuah ajal yang mendekat dengan darah segar keluar menggenangi jalan yang masih sunyi itu.

Klang..

Pistol yang Ludius pegang seketika lepas dari genggamannya dan terjatuh begitu saja. Ia menatap satu persatu musuh yang tidak sadarkan diri hasil dari perbuatannya. Sejenak dalam relung hati Ludius merasa bersalah karena telah kehilangan kontrol atas dirinya sendiri jika itu menyangkut Silvia.

'Maafkan aku sayang, aku selalu menempatkan mu dalam bahaya dan melumuri tanganku kembali dengan darah'. Batin Ludius bersalah,

Lama Ludius berdiri terpaku memandangi hasil perbuatannya, tiba-tiba terdengar suara sapaan dari belakang.

"Suamiku.. ". Panggilan tersebut terdengar serak namun masih terdengar jelas bahwa yang memanggil Ludius adalah Silvia,

"Uhm.. ". Ludius menoleh dan berbalik arah dengan senyum getir yang ia tunjukkan pada istrinya. Namun melihat Silvia baik-baik saja Ludius akhirnya merasa tenang. "Syukurlah kamu baik-baik saja Sayang". Perkataan Ludius terdengar parau,

Dengan langkah cepat Silvia menghampiri Ludius lantas memeluknya. Meski Silvia merasa mual dan tubuhnya gemetar hebat melihat manusia tergeletak dengan darah berceceran, namun ia harus menenangkan rasa bersalah Ludius.

"Sayang, apakah kamu takut? ". Tanya Ludius yang merasakan dengan pasti tubuh gemetar Silvia, "Maafkan aku.. " lagi-lagi kata maaf keluar dari mulut Ludius dengan mengeratkan pelukannya. Air matanya begitu saja jatuh membasahi pundak Silvia. Tergambar jelas betapa Ludius merasa bersalah tidak bisa melindungi Silvia dengan baik, apalagi di tengah kehamilan Silvia, ia justru melumuri tangannya dengan darah.

"Tidak ada yang perlu mengatakan maaf atau memaafkan. Kamu tidak perlu merasa bersalah Suamiku". Kata Silvia menenangkan, ia menepuk lembut punggung Ludius.

"Kau tidak perlu khawatir Ludius, sebentar lagi bantuan medis akan datang untuk memeriksa mereka. Dari luka yang terlihat, sepertinya kau tidak mengarahkan pelurumu di organ dalam mereka, seharusnya mereka tidak mati". Sahut Wangchu yang datang bersama Zain dan Emilia,

"Terima kasih kalian mengerti dengan keadaanku, aku benar-benar lepas kendali saat melihat peluru memecahkan kaca mobil tidak hanya sekali. Tapi bagaimana Silvia dan Emilia bisa menghindari peluru tersebut? ".

"Selang beberapa saat sejak anda melawan musuh, Zain diam-diam datang menyelamatkan kami di saat musuh teralihkan oleh anda". Ujar Emilia mewakili Zain berbicara,

Di tengah perbincangan mereka beberapa mobil ambulans datang dengan beberapa perawat dan dokter untuk menangani mereka. Karena sebelumnya Wangchu diam-diam membuat kesepakatan dengan Aliansi Kedokteran Militer. Mereka dengan suka rela bersedia menampung musuh dan merawat mereka untuk di tindak lanjuti.

Pada perawat mulai membawa satu persatu musuh yang terluka ke dalam mobil, dan salah satu dari Dokter yang datang menghampiri Ludius. "Tuan Lu, terima kasih atas kerjasamanya. Saya akan membawa mereka untuk di tindak lanjuti". Kata Dokter tersebut tegas

"Sama-sama Dok, ini sudah menjadi tugas saya sebagai bagian dari pihak yang bekerja sama dengan Aliansi Kedokteran untuk mematuhi nya".

"Kalau begitu saya harus pergi. Permisi.. ". Dokter tersebut pergi berlalu dari hadapan Ludius.

"Hei.. Apakah dari kalian tidak ada yang ingin menjelaskan kepadaku bagaimana Aliansi Kedokteran Militer bisa datang kemari?". Tanya Ludius, ia yang melihat hal ini merasa seperti dipermainkan perasaannya. Bayangkan saja, ia tengah putus asa karena perbuatannya tapi mereka dengan tenang memanggil Dokter seolah ini memang biasa terjadi..

'Tapi sejak kapan? Mengapa aku tidak menyadarinya? '. Batin Ludius kesal,

"Maafkan aku BOSS aku lupa belum mengatakan hal ini padamu. Itu semua aku yang melakukannya. Beberapa waktu yang lalu aku telah membuat kesepakatan dengan Aliansi Kedokteran Militer China jika mereka bersedia menampung musuh yang terluka, mereka berhak menggali informasi musuh. Tentu saja aku terima, lagi pula dengan hal ini akan mempermudah penyelidikan kita". Ujar Wangchu serius

"Sudahlah, lupakan masalah kali ini. Dan untuk Putri Emilia dan yang lainnya. Aku akan membawa kalian untuk makan bersama meski kali ini sempat tertunda". Kata Ludius, ia melepaskan pelukan Silvia "Ayo sayang, kita makan".

"Uhm.. ". Jawab Silvia meski ia tahu pasti tidak akan mudah menelan makanan setelah melihat kejadian ini.