Chapter 217 - 217. Hanya Fashion, mengapa harus memperdebatkannya?!

Begitu langkah kaki Ludius dan Silvia memasuki kantor, sontak semua karyawan menyambut dengan antusias. "Selamat datang kembali Tuan dan Nyonya Lu". Sapa para karyawan kompak

Ludius menghentikan langkah kakinya, "Terima kasih karena kalian sudah menyambut kedatangan istri saya di kantor ini. Sebagai ungkapan terima kasih, saya akan mengundang semua karyawan disini untuk menghadiri party malam nanti di bar Angel " Seru Ludius,

Seketika beberapa karyawan riuh mendengar sebuah party yang diselenggarakan Ludius. Bayangkan saja, Ludius yang terkenal loyal terhadap orang yang lain selagi mereka tidak mengusiknya ini mengundang satu kantor. Pesta wine di bar adalah impian para pasangan muda di kantor.

"Ludius.. Kau tidak sedang bercanda kan mengajak mereka party di bar?". Bisik Silvia dengan nada penolakan,

"Tentu saja tidak, kenapa Sayang? ".

"Kau tidak lupa bukan dengan status istrimu? Kalau kau mau pergi. Pergi saja sendiri! Aku tidak ikut". Kata Silvia merajuk lalu pergi meninggalkan Ludius yang masih di kerumuni karyawannya,

"Tap.. Tapi Sayang..". Panggil Ludius namun Silvia tetap melanjutkan langkahnya, dan itu mengundang gelak tawa beberapa karyawan yang melihat,

"Ludius, sepertinya kau memang sudah diperbudak cinta". Ujar Longshang yang ada di belakangnya

"Diam kau". Balas Ludius, ia menatap karyawannya satu persatu. "Kalian kembalilah bekerja! Bubar.. ". Tegas Ludius menutupi rasa malunya.

(contoh bucin yang sudah akut )

***

Ruang Direktur Utama,

Di ruang Direktur Utama Silvia duduk di sofa dan memperhatikan ruangan Ludius yang memang terlihat luas, 'Sudah lama aku tidak kembali ke ruangan ini, rasanya seperti dejavu'. Batin Silvia,

TOK.. TOK.. TOK..

Dari luar terdengar suara ketukan pintu. "Permisi.. Tuan Lu, Saya datang membawa laporan mengenai keuangan bulan ini". Ujar seorang wanita di luar pintu,

"Masuk.. ", Balas Silvia,

Begitu pintu dibuka terlihat seorang wanita yang memakai pakaian kantor yang seksi dengan rok pendek yang hanya sejengkal dari paha. Silvia yang melihat sontak terkejut, wanita yang selalu ada disamping suaminya ternyata bertubuh sintal dan indah.

"Nyonya Lu?! ", Sepatah kata keluar dari mulut Bianca yang masih di ujung pintu,

"Iya, apakah kau sekretaris SUAMIKU? ". Tanya Silvia dengan menekankan kata SUAMI. Setengah tidak terima melihat wanita berpakaian seksi selalu mengekor suaminya,

"Benar Nyonya Lu, perkenalan saya adalah Bianca Luze,Sekretaris kedua Tuan Lu. Kalau boleh tau Tuan Lu sedang berada dimana? ", Tanya Bianca wajar, tapi menanyakan Ludius ada dimana itu..

'Apakah wanita ini sengaja memanas-manasi hatiku? Dia dengan mudahnya bertanya Tuan Lu ada dimana?! '. Gerutu Silvia dalam hati,

"Suamiku sedang ada di luar, sebentar lagi dia akan masuk. Kalau ada berkas atau Dokumen penting kau bisa serahkan padaku". Tegas Silvia, ia yang masih duduk di sofa beranjak dan mendekati Bianca. Dengan senyum ramah Silvia menadahkan tangan kanannya. "Mana dokumennya? ". Pinta Silvia dengan sopan, ia tahu jika berurusan dengan wanita sepertinya memanglah harus perlahan namun pasti,

"Ini dokumen penting Nyonya, saya harus serahkan ini secara langsung pada Tuan Lu". Bianca enggan untuk memberikan dokumennya pada Silvia,

"Nona Bianca Luze, saya tahu anda adalah Sekretaris pribadi Ludius. Tapi asal anda tahu, saya sebagai istrinya juga memiliki otoritas yang sama di Perusahaan ini. Apakah anda ingin saya keluar kan sekarang juga dari Perusahaan?! ". Tegas Silvia yang mulai geram, ia tahu itu hanya akal-akalan Bianca saja. Setahu Silvia Ludius bukanlah tipe orang yang akan memberikan dokumen penting pada staff apalagi yang hanya berpangkat sekretaris kedua.

"Maafkan saya Nyonya Lu, ini Dokumen yang Tuan Lu butuhkan, kalau begitu saya permisi". Bianca memberikan dokumen tersebut dengan tangan kiri mengepal menahan emosi. Dengan tanpa menunggu balasan dari Silvia ia langsung keluar dari Ruangan Direktur.

Silvia memeriksa dokumen yang Bianca berikan, sebuah dokumen berisi laporan keuangan bulanan. "Sekretaris Ludius cukup kompeten, sepertinya dia bisa dipercaya berada disisi Ludius meski sedikit ganjen (penggoda)".

"Siapa yang kompeten sayang, dan apa itu ganjen? ". Tanya Ludius yang sudah ada didepan Silvia, kedatangan Ludius yang tiba-tiba membuat Silvia semakin kesal.

"Ludius, tidak bisakah kalau datang itu bersuara? Setidaknya itu tidak membuatku jantungan karenamu". Oceh Silvia,

"Baik-baik maafkan aku Sayang. Tadi kamu sedang membicarakan apa? ". Tanya Ludius kembali, ia duduk di sofa disamping istrinya yang merajuk.

'Betapa menggemaskannya wajah Istriku ketika sedang merajuk. Ingin sekali aku gigit tapi sepertinya aku harus menahan hasrat ini sampai malam tiba'.

"Sekretaris mu, dia cukup kompeten". Kata Silvia yang masih melihat isi dokumennya,

"Maksudmu Bianca? ",

"Tentu saja, memang siapa lagi sekretaris wanita yang ada disampingmu selain dia". Kata Silvia, ia mengalihkan pandangannya pada Ludius yang sudah duduk disampingnya,

"Sayang, jangan bilang kau juga cemburu pada Bianca? ". Tebak Ludius, kesenangan Ludius yang lain ialah menjahili istrinya yang memang cemburuan dan pemarah.

"Aku tidak cemburu, hanya saja.. Apa itu harus bagi seorang karyawan kantor memakai pakaian seksi?". Tanya Silvia dengan tatapan serius,

"Itu fashion mereka Sayang, apakah kamu ingin aku membatasi kebebasan dalam berpenampilan mereka?". Tanya Ludius balik dengan santainya, tanpa melihat dan mengerti siapa yang ia ajak bicara.