Chapter 194 - 194. Azell dan kenakalannya bag 2

Silvia yang sedang melamun tersentak melihat kedatangan Azell, pemikiran egoisnya sesaat musnah dan membuatnya menyadari atas kesalahannya.

'Ya Tuhan.. Mengapa aku menjadi sangat EGOIS? Padahal jelas-jelas masih ada Azell yang membutuhkan Ludius untuk tempatnya kembali. Jika aku egois bukankah akan merusak hubungan mereka Ayah dan anak?. Maafkan Bibi Azell, Bibi sempat berpikiran untuk memonopoli Papamu tanpa memikirkan bagaimana tentang perasaanmu'. Batin Silvia. Ia membelai wajah mungil Azell dan mencubit pipinya gemas.

"Ughh.. Bibi Silvia usil". Rengek Azell.

"Azell tenang yah.. Mamamu baik-baik saja kok, dia saat ini sedang bersama Paman Julian". Jawab Silvia dengan senyum lembutnya.

"Oh gitu.. Lalu mengapa Bibi Silvia menangis?".

Tanya Azell.

Azell menengadah dan melihat mata Silvia yang basah, ia berjinjit dengan tangan yang menggapai wajah Silvia mencoba untuk menghapus air matanya.

"Tidak Azell, mata Bibi hanya perih karena kurang tidur tadi malam". Ujar Silvia beralasan.

Silvia yang melihat tingkah Azell tersenyum sambil menundukkan setengah badannya agar tangan Azell dapat meraih wajahnya.

Azell yang sudah dapat meraih wajah Silvia mengusap mata Silvia yang basah dengan ujung jemarinya yang kecil.

"Bibi jangan bohong dong, kata Papah Bibi selalu ajarin Papa untuk jangan berbohong, Tapi mengapa sekarang Bibi bohong sama Azell?".

"Azell yang baik.. Sejak kapan kamu jadi pandai berbicara?". Tanya Silvia sambil mensentil kening anak Ludius yang nakal itu.

"Azell kan putra Papa, tentu harus pintar seperti Papa dong". Jawab Azell polos layaknya anak seumurannya.

"Sini Azell duduk sama Bibi sambil menunggu Mamamu pulang". Silvia mengangkat Azell dan memangkunya. "Azell.. Sambil menunggu Mamamu pulang, bagaimana kalau Azell mendengarkan cerita Bibi?". Usul Silvia,

"Cerita??". Katanya heran. "Apa itu seperti dongeng sebelum tidur?".

"Benar Azell, Azell mau mendengarnya?".

"Mau.. Mau, sejak kecil Azell belum pernah mendengar dongeng sebelum tidur dari Mama". Kata Azel antusias,

Silvia yang melihat sikap Azell terbuka padanya membuatnya semakin bersemangat untuk memenangkan hati Azell yang keras.

"Baiklah.. Bibi akan ceritakan sebuah kisah Pangeran dan Kelembutan Hati".

"Pangeran dan Kelembutan Hati?". Tanya Azell mengulangi perkataan Silvia.

"Iya.. Kisah tentang bagaimana Pangeran berhati dingin menemukan Cintanya di sepucuk kelembutan hati Gadis Kecil". Jawab Silvia semangat.

"Ayok dong Bi.. Cepat, ceritakan pada Azell bagaimana Pangeran jatuh cinta pada gadis kecilnya.. ". Wajah Azell berbinar, ia antusias dan bersemangat untuk mendengar ceritanya. Dalam sekejap Azell merasa seperti mempunyai seorang IBU..

Sebelum bercerita Silvia memanggil Nadia. "Putri Nadia, Mbak minta tolong boleh". Kata Silvia menggunakan Bahasa Indonesia agar Azell tidak mencuri dengar pembicaraannya.

"Ada apa Mbak?".

"Gini Loh.. Mumpung Azell disini sama Mbak. Kamu bisa bantuin Mbak nyari Informasi keadaan Julian sama Ludius nggak?. Soalnya Mbak rasanya masih belum tenang kayak ada yang Longshang sembunyiin dari Mbak".

"Oh baik Mbak".

Silvia mengambil ponsel yang ada dimeja lalu memberikannya pada Nadia. "Nah coba kamu cari mama Wangchu di kontak panggilan, kata Longshang tadi si Wangchu udah kembali dari Indonesia dan langsung ikut menjemput Ludius".

"Ok deh Mbak, aku coba hubungi Wangchu dulu yah. Mbak sini ajah jagain dia".

Setelah mengambil ponsel Silvia, Nadia pergi menjauh untuk menanyakan keadaan para pria yang sedang di cemaskan oleh Silvia.

Nadia pergi ke taman samping Mansion yang sunyi untuk menghindari Azell mencuri dengar pembicaraannya. Nadia menelpon nama Wangchu yang berada di kontak panggilan.

Tut... Tut.. Tut..

"Mengapa telefonnya tidak di angkat, apa mereka masih belum menyelesaikan permasalahannya".

Bagi Nadia yang belum pernah mengenal kejamnya dunia MAFIA berfikir kasus Shashuang hanya sebatas penculikan yang menginginkan tebusan dan cukup dengan panggilkan Polisi atau Petugas keamanan maka semuanya terselesaikan.

Ia yang tidak mengerti dengan situasi yang sebenarnya, semakin di buat penasaran dan muncul pemikiran aneh dalam benaknya.

"Ada apa sih sebenarnya dengan mereka, ini tidak seperti yang di fikirkan Mbak Silvia kan?". Fikir Nadia. Ia mencoba menelpon nomor Wangchu kembali,

[ "Hallo Nyonya Silvia, ada apa kau menelfonku?". ]

[ "Ini bukan Mbak Silvia, saya Nadia temannya Mba Silvia. Saya disuruh Mbak Silvia tanya keadaan disitu bagaimana? ".]

["Keadaan disini sudah terkendali, dan Tuan Lu sedang dalam perjalanan bersama Longshang".]

[ "Oh kalau begitu terima kasih, aku akan tutup telefonnya… "]

[ "Tunggu..! Jangan di tutup dulu, katakan pada Silvia aku akan segera kesana untuk memberitahu kalau semua baik-baik saja".]

[ "Oh.. Baiklah!".]

TUT.. TUT..

Nadia masih belum paham apa yang terjadi, ia hanya berfikir… Yang di katakan pria itu seperti tidak terjadi apa-apa, tapi mengapa Mbak Silvia terlihat begitu cemas? Inikah yang di sebut insting seorang istri?

"Hmm… Sayang sekali Mas Cakra telat untuk mendapatkan hati Mbak Silvia. Jika saja Mas Cakra yang menikahi Mbak Silvia mungkin Mbak Silvia tidak akan sesulit ini". Gumam Nadia berpendapat.

Nadia kembali ke ruang tamu, ia masih melihat Azell yang serius mendengarkan cerita dari Silvia. "Nih Mbak ponselnya". Nadia menaruh ponsel kembali ke atas meja.

Silvia yang sedang menceritakan kisah pada Azell berhenti sesaat. "Nadia, bagaimana..? Apa kata Wangchu?"

"Kata pria yang bernama Wangchu semuanya baik-baik saja dan memang benar Tuan Lu kembali dahulu dengan sekretarisnya Longshang".

"Oh syukurlah, berarti itu hanya perasaanku saja".

Tapi tetap saja Silvia merasa ada yang aneh, ikatan dan kehidupan yang Silvia jalani bersama Ludius tidaklah mudah dan singkat. Banyak hal yang telah mereka lalui hingga membuat hati satu sama lain saling terhubung.