Chapter 177 - 177. Kenakalan Suami

Ludius masih dikamar Silvia, ia yang masih basah kuyup tidak memperdulikan dirinya dan justru mencoba membuka pakaian Silvia yang basah.

"Mengapa resleting ini susah sekali dibuka? Siapa sebenarnya yang mendisain pakaian ini?! Lain kali aku akan meminta desainer untuk membuat pakaian mudah untuk di lepas!". Gerutu Ludius.

"Sayang.. Kamu memakai pakaian seperti ini tiap hari apakah tidak merasa kesulitan ketika melepasnya? Wanita memang aneh!!".

Dua pelayan masuk membawa pakaian dan bubur untuk Silvia. Kedua pelayan tersentak dan hanya bisa menahan tawa ketika melihat Tuan mereka Ludius yang sedang membuka pakaian Silvia. Terlihat Ludius begitu kesulitan membuka pakaian yang memiliki resleting di bagian samping.

"Permisi Tuan, kami sudah membawa pakaian, air kompres dan bubur hangat untuk Nyonya. Biarkan kami yang mengganti pakaian Nyonya". Tegur Pelayan yang merasa Ludius tidak meemperhatikan kedatangan mereka.

Ludius yang sadar di perhatikan dua pelayannya seketika melepas resleting yang sedari tadi tidak terlepas juga. Ia beranjak dari samping Silvia dengan mengalihkan pandangannya, berharap kedua pelayannya tidak melihat tingkah konyolnya.

"Kalian masuklah! ganti pakaian Nyonya. Aku akan disini menunggu sampai kalian selesai membantu Nyonya berganti pakaian". Perintah Ludius. Ia mengambil setelan baju tidur yang ada dilemari pakaian yang terjajar rapi didalam kamar.

"Tapi Tuan…! Mengapa Tuan tidak mengganti pakaian Tuan dulu di luar . Baru Tuan kembali menemani Nyonya". Sela pelayan keberatan. Mereka yang sudah lebih dari setahun menjadi pelayan Silvia tahu bahwa Nyonya mereka paling membenci jika sedang mengganti pakaian ada seseorang yang melihatnya meski itu suaminya sendiri.

"Tidak ada tapi-tapian! Aku tidak akan melihat. Lagi pula semua pakaianku juga ada dilemari kamar ini. Kalian tenang saja dan yang terpenting jangan katakan ini pada Nyonya kalian". Dengan santainya Ludius duduk di sudut shofa meski ia tahu seluruh pakaiannya basah.

Meski kedua pelayan tidak senang dengan sikap Tuan Ludius, karena mereka tahu apa yang akan terjadi kalau sampai Silvia mengetahuinya pasti tidak akan berhenti berbicara!.

"Kedua majikan yang sungguh merepotkan!!". Desah salah satu pelayan.

Kedua pelayan yang datang mulai menggantikan pakaian Silvia, salah satu dari mereka diam-diam mengawasi Ludius yang sedang duduk diam membelakangi mereka.

Ludius sendiri yang duduk masih jengkel diam-diam mengamati bagaimana pelayan membuka pakaian Silvia. Kejengkelannya membuatnya terus berfikir ,"Bagaimana bisa pakaian yang jelek seperti itu bisa sangat sulit untuk dilepaskan??".

Beberapa menit berlalu, Silvia sudah diganti pakaiannya dengan yang baru. Pelayan menghampiri Ludius yang masih pura-pura duduk diam membelakangi mereka. "Tuan, Nyonya sudah diganti pakaiannya".

"Kalian keluarlah! Lain kali jika Nyonya membutuhkan pakaian, pilihkan desain yang mudah untuk dilepas. Pakaian jelek seperti tadi sungguh merepotkan!".

"Baik Tuan. Adalagi yang Tuan perlukan?". Tanya pelayan dengan senyum menahan tawa sebelum kedua pelayan keluar dari kamar.

"Tanyakan pada Bibi Yun, apakah Dokternya belum sampai?".

Ludius yang masih memegang kemeja di tangannya menaruhnya di shofa. Ia beranjak kesisi Silvia, di meja sudah ada kain. Ludius mencelupkannya kedalam air yang berada dibaskom dan memerasnya lalu menempelkannya di kening Silvia.

"Demammu tinggi sekali sayang". Ludius menarik selimut dan menutupi tubuh Silvia hingga menutupi belahan dadanya. "Aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu".

Ludius membiarkan Silvia untuk sementara waktu sampai Dokter datang. Ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Silvia yang masih memejamkan mata perlahan mulai tersadar, ia merasakan tubuhnya menggigil kedinginan terasa sedikit hangat dengan tubuh berselimut tebal.

'Sepertinya aku drop lagi. Pasti aku sudah membuat Ludius khawatir'.

Silvia membuka matanya, ia melihat kesekeliling matanya tertuju pada jam yang menunjukkan pukul 09.00 malam. Perlahan ia mendengar suara air shower yang menyala. "Siapa yang sedang mandi di kamarku malam-malam begini?".

Sebuah kain kompres masih menempel di keningnya. Ia mengambilnya dan tersenyum simpul. "Apakah Ludius yang melakukan semua ini? Sepertinya aku benar-benar merepotkannya kali ini".

Krek..

Pintu kamar mandi terbuka, buru-buru Silvia menaruh kembali kain dikeningnya dan memejamkan mata.

Ludius yang hanya memakai handuk di bagian perut kebawah berjalan ke arah shofa untuk mengambil kemeja yang sudah dipilihnya.

Silvia yang diam-diam mengintip kearah Ludius ingin sekali berteriak. Siapapun tidak akan bisa menahan matanya jikaelihat sesuatu yang spesial.

Tubuh bidang dengan dadanya yang berbentuk bak pahatan, air yang menetes dari rambut yang masih basah. Wajah tampan dengan ekspresi dingin yang masih terlihat basah. Tidakkah itu menggairahkan??

Silvia menghirup nafas dalam-dalam, ia tidak dapat mengekspresikan perasaannya melihat keadaan Ludius yang begitu menggoda.

Hasyuh…

Tiba-tiba Silvia bersin yang membuat Ludius berbalik melihat kearahnya.

"Sayang.. Kamu sudah siuman. Apakah kamu baik-baik saja?". Tanya Ludius, ia sudah mengganti pakaiannya dengan baju tidur dengan desain kimono.

Silvia tidak menyahut, ia masih tetap berpura-pura memejamkan mata. Ia tidak ingin jika Ludius sampai tahu ia memperhatikannya.

Ludius mengambil kain kompres dan mencelupkan kembali kedalam air lalu meletakkannya kembali di kening Silvia. "Sepertinya demamnya mulai turun. Ini sudah terlalu malam, lebih baik tidak perlu memanggil dokter. Dan membiarkan Silvia untuk istirahat". Ludius naik keatas ranjang, ia membuka selinut dan tidur di samping Silvia.

Sedikit senyum seringai, ludius yang melihat Silvia menggigil kedinginan memeluk Silvia dan merapatkan tubuhnya. 'Sayang.. Biarkan aku memelukmu agar demammu cepat turun. Jangan salahkan aku jika kau terbangun suamimu masih setia di sampingmu'. Batin Ludius.

Kening Silvia mengerut, ia yang merasa kondisinya tidak baik-baik saja mendapat pelukan dari Ludius yang telanjang dada membuatnya tidak bisa memejamkan mata.

'Ya Tuhan.. Aku sedang sakit, tidak bisakah Engkau membiarkanku istirahat dengan tenang?'.