Chapter 139 - 139. Tragedi Apartemen

"Lepaskan istriku!! Jangan coba-coba memancing kemarahanku. Aku beri waktu 1 menit, jika kalian tidak melepasnya aku tidak akan menahan diri. Aku tidak main-main dengan ucapanku!". Ancam Ludius dengan tatapan yang mematikan.

"Sebaiknya kamu sadar diri Tuan, istrimu sudah ada ditangan kami. Mudah saja kami membunuhnya didepan matamu". Salah satu dari dua orang itu menodongkan senjata api pada Silvia. Sudah jelas mereka bukan orang biasa. Karena di Negara ini sangat melarang keras penggunaan senjata api tanpa sertifikasi.

'Mereka mengancam balik dengan menodongkan pistol pada Silvia. Cukup berani juga!!'.

"1 menit sudah berlalu, aku tidak akan segan lagi!". Kebetulan saat itu didepan mereka ada sebuah meja dan kursi. Untuk mengalihkan perhatian mereka, Ludius menendang kursi ke arah pria yang menodongkan pistol pada Silvia.

Braaakkk.. Sraakk..

Kursi itu tepat mengenainya pria yang memegang pistol hingga terpental. Ini kesempatan Ludius untuk mengambil Silvia dari pria yang satunya lagi. Ludius mengambil pistol yang ada di dalam jasnya.

Dor..! Srasssh..

Ludius mengincar kaki pria itu dan mengenai sasaran, membuat pria itu melepas Silvia dan tersungkur kebelakang. Dengan segera Ludius berlari untuk menangkap Silviaagar tidak jatuh ke tanah.

"Kurang ajar!! Berani kamu melepaskan pelurumu padaku!". Umpat si pria yang tersungkur.

"Matilah kau bersama istrimu!!". Teriak pria yang memegang pistol, dia yang berada tidak jauh di belakang Ludius mengambil pistolnya yang terpental.

Ludius menoleh ke belakang dan melihat pria itu sudah mengambil pistolnya dan hampir menembak Ludius. Dengan cepat Ludius berbalik arah dan mundur dengan melepaskan satu tembakan.

Dorr..! Srasssh..

Peluru yang Ludius tembakan melesat mengenai lengan pria itu.

"Ini kesempatanku untuk membawa Silvia keluar dari sini. Setelah di halayak umum mereka pasti tidak akan berani mengeluarkan senjata". Karena kedua pelaku sedang terluka, Ludius segera menggendong Silvia keluar dari Apartement.

Sedangkan pelaku yang memegang pistol tahu Ludius sedang menggendong Silvia. pelaku itu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu dan melepaskan tembakan.

Dorr.. Dorr.. Dorr..

Sraaash..

Tidak segan-segan pelaku melepaskan 3 tembakan, Ludius yang menyadarinya langsung menghindar. Tapi menghindari 3 peluru sekaligus dengan membawa seorang wanita pinsan sedikit mustahil, pada akhirnya salah satu peluru mengenai lengan Ludius.

Ludius yang melihat pelaku bersenjata masih memberi perlawanan membalas dengan menembak pundaknya.

Dorr…!

Ludius keluar dari Apartementnya dia menyimpan kembali pistolnya dalam saku jas. Dan tidak jauh dari depan Apartemen. Wangchu kembali untuk melihat kondisinya

"Ludius, apa kamu baik-baik saja?". Tanya Wangchu.

"Aku hanya luka ringan, cepat urus mereka. Segera ke bagian CCTV dan bagian keamanan di Apartement untuk klarifikasi apa yang terjadi. Aku tidak ingin memperpanjang masalah di Negara ini. Satu hal lagi, Bagaimana dengan pesawatnya, apakah sudah siap?".

"Pesawat sudah menunggumu di bandara, tapi sebaiknya kamu obati dulu lukamu".

"Aku hanya terkena tembakan di lengan, itu tidak akan membunuhku. Sebaiknya aku segera ke bandara, lagi pula semua barang Silvia sudah berada di pesawat. Semakin lama aku disini, itu akan semakin membuat Rossman Nero bebas bergerak".

"Baiklah.. Aku memang tidak bisa mencegahmu kalau sudah begini. Berhati-hatilah, aku titip salam untuk Longshang karena belum bisa kembali". Kata Wangchu dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Wajah menyedihkanmu itu, jangan perlihatkan padaku! Menjijikan!".

"Haisst.. Ludius, perkataanmu kejam sekali. Benar-benar mirip seperti Kakak ipar". Ledek Wangchu.

Ludius menggendong Silvia keluar dari gedung Apartement dengan tangan terluka menyita banyak perhatian. Apalagi setelah terdengar beberapa suara tembakan membuat orang-orang yang melihat semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Didepan gedung Apartement sudah ada mobil beserta sopir yang dipersiapkan Wangchu untuk membawa Ludius ke bandara.

"Tuan.. Saya di perintahkan Tuan Wangchu untuk mengantar anda ke bandara, silahkan masuk". Sang sopir membukakan pintu.

Ludius masuk dan membaringkan Silvia disampingnya. Setelah Ludius masuk, sopir menyalakan mesin dan mengemudikan mobil membawa mereka menuju Bandara.

"Ludius.. Apakah itu kamu?". Tanya Silvia dengan suara yang samar. Dia melihat ke sekeliling dan teringat kembali kalau sebelum ini dia ada di tangan orang jahat. "Ludius, dimana mereka?".

"Sayang, kamu sudah siuman? Jangan khawatir, Mereka sudah pergi. Kamu ini baru aku tinggal sebentar sudah terjadi hal seperti ini. Maafkan aku yang lengah dan membuatmu terancam untuk kesekian kalinya". Ludius menyandarkan kepala Silvia di bahu kirinya.

"Tidak perlu minta maaf, jika aku ingin tetap berada disisimu. Hal seperti ini aku memang harus terbiasa untuk sementara waktu. Karena suamiku adalah seorang Ketua Mafia. Jiika aku terus merengek dan cengeng, Aku takkan bisa aku disandingkan dengan suamiku yang kuat dan gagah sepertimu".

Perkataan Silvia ternyata mampu membius hati Ludius, seketika Ludius merasa tidak berdaya dengan perkataan Silvia.

"Ekhemm.. Sayang, ternyata Kamu bisa bicara manis juga ya!. Aku kira kamu cuma bisa berbicara sadis dan pedas seperti yang di katakan Wangchu padaku".

Perkataan Ludius ternyata membuat Silvia jengkel, dia beranjak dari bahu Ludius dan menatap Ludius tajam. "Apa kamu bilang!! Aku cuma bisa berbicara sadis dan kejam?. Kalian pria sama saja! Tidak tahu bagaimana memuji seorang wanita. Jauh.. Jauh.. Dariku!". Silvia duduk bergeser dari samping Ludius.

"Sial.. Darahnya terus keluar". Gumam Ludius, Perlahan Ludius melepas Dasinya agar Silvia tidak menyadari dengan luka di lengannya.

"Ludius,kamu mengatakan apa? Darah..!! Darah apa maksudnya?".