Chapter 31 - 31. Menjelang Pertunangan

Ludius mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi sembari melihat kearah spion, ia melihat ada celah pada mobil yang mengejarnya membuatnya melepaskan tembakan kebelakang,

Bang.. Bang..

Sraaak..

Salah satu mobil yang mengejar tertembak bagian ban depan hingga menabrak trotoar, tidak lama setelah itu terdengar suara ledakan mobil.

Duaar..!

Ludius melanjutkan fokus mengemudi, ia tersenyum seringai melihat keadaan musuhnya. "Kalian harus berfikir dua kali jika ingin bermain-main denganku". Gumam Ludius.

Ludius mengambil ponselnya, ia menelfon Wangchu untuk memberinya sebuah perintah.

???? "Wangchu..! Tidak ada banyak waktu, cepat cari dimana lokasi ku berada. Ada orang yang sedang mengejar ku. Aku tunggu kau dalam 10 menit. Tidak ada lebih".

???? "Baik.. Aku dan beberapa anggota akan segera menyusul mu".

Telepon terputus. Melihat ada bangunan tua, Ludius berencana untuk menjebak mereka. Ia memarkirkan mobilnya dan langsung memasuki bangunan.

Tidak lama mobil lain yang mengejar Ludius berhenti dan mengikuti Ludius memasuki bangunan.

"Permainan petak umpet akan segera dimulai. Kita lihat.. Siapa yang akan menemukan siapa. Menarik..". Gumam Ludius. Dengan pistol di tangannya, dia mengendap-endap memasuki bangunan yang gelap dan kumuh.

Ludius membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menunggu Wangchu datang. Ia sebisa mungkin mengulur waktu sampai mereka tiba.

Bang.. Bang..

Musuh mulai melepaskan tembakan, bangunan yang lumayan luas, cukup membuat mereka repot untuk menemukan Ludius.

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku..!". Ludius memancing mereka dengan beberapa pertanyaan..

"Kami hanya menjalankan perintah dari Tuan untuk mendapat kan gadis Lelang. Cepat katakan, dimana kau sembunyikan gadis lelang itu?!". Timpal musuh yang entah berada di mana karena kondisi ruangan yang gelap.

"Kalian fikir aku akan menyerahkannya pada Tuan kalian, Jangan bercanda..!. Jawab pertanyaan ku. Apa kalian dari organisasi Black Emperor?".

"Itu tidak ada urusannya denganmu Tuan Lu..! Serahkan Gadis itu atau wanitamu akan dalam bahaya". Gertak musuh.

"Kurang ajar, Kalian berani mengancam ku..!".

Entah apa yang sedang terjadi pada Silvia saat ini, tapi dari perkataan mereka. Sepertinya mereka memang mengetahui dimana Silvia berada dan mulai menargetkannya. Ludius terus melakukan perlawanan untuk menyingkat waktu.

***

Di Birthday Party Senior Bryan, Silvia dan Lingling menghampiri Senior Bryan untuk memberikan ucapan selamat. "Kak Bryan…" Sapa Ling Ling dan Silvia di ujung pintu.

"Akhirnya kalian datang, aku sudah menunggu kalian lama. Aku kira kalian tidak akan datang. Silvia silahkan nikmati party nya. Aku pinjam Ling Ling sebentar yah". Bryan yang memakai jas Texedo silver menghampiri menyambut kedatangan mereka.

"Silahkan senior Bryan, aku akan menyapa orang yang disana, Kalian tidak perlu khawatirkan aku". Balas Silvia. Ia tahu betul Lingling sedang mencoba menjalin hubungan dengan senior Bryan.

Silvia pergi ke bagian makanan, tersaji begitu banyak dessert, ia berdiri sendiri sambil menunggu Ling Ling atau anak lain yang mengenalnya.

"Hai Nona, bolehkah saya menemanimu minum?!" Sapa Pria yang tidak Silvia kenal memakai jas Tuxedo warna hitam dengan ramahnya menawarkan segelas jus.

"Terima kasih atas minumannya, kebetulan teman saya sedang bersama senior Bryan jadi saya menunggu disini". Silvia tanpa ragu meminum jus pemberian orang asing.

"Oh.. Kalau begitu aku akan menyapa yang lain, sampai jumpa Nona". Dia pergi begitu saja.

'Ternyata Party ini sangat membosankan, tidak ada hal yang menarik. Dan payahnya aku tetap ikut walau tahu harus berhadapan dengan Ludius nanti'. Gerutu Silvia.

"Silvia.. sedang apa kamu disini?! ". Sapa seseorang yang berada di sampingnya.

Silvia berjingkat kaget hingga hampir menumpahkan sisa jus yang ada ditangannya. "Li Thian, sejak kapan kamu berada disitu?". Silvia tidak tahu sedari tadi Li Thian memperhatikannya.

"Apa yang sedang kau fikirkan Silvia? Bukankah besok hari pertunanganmu, mengapa kamu memaksakan untuk hadir kemari?".

"Bukan apa-apa, hanya sedikit lelah. Aku adalah sahabat Ling Ling dia memintaku untuk menemaninya, dan aku tidak bisa menolak permintaannya. Aku akan pulang lebih awal, sepertinya Ling Ling masih butuh waktu untuk berdua dengan Senior Bryan".

Silvia tiba-tiba merasa lemah, semua organ di tubuhnya seperti ngilu. Sekujur tubuhnya terasa berat dan kaku. 'Ada apa denganku?'.

"Apa kamu sedang sakit Silvia?" Tanya Li Thian yang melihat keadaan Silvia tiba-tiba drop.

"Aku baik-baik saja, Li Thian tolong sampaikan permintaan maafku untuk senior Bryan dan Ling Ling karena harus pulang lebih awal". Kata Silvia dengan wajah yang mulai memucat.

"Baik, aku akan mengantamu pulang, dan tolong Jangan menolak untuk yang satu ini".

Silvia tidak bisa menolak permintaan Li Thian karena sejujurnya ia sudah tidak kuat untuk menahan tubuhnya lebih lama lagi.

Li Thian memapah Silvia keluar dari party dan mengantar Silvia ke Kediaman Ludius menggunakan mobil pribadinya.

***

Sesampainya di tempat yang tidak jauh dari rumah Ludius mobil berhenti. "Li Thian, cukup sampai disini. Aku tidak ingin membuat orang lain salah paham melihat kita saat ini. Terima kasih untuk tumpangan nya, lain kali aku akan membalasnya".

Silvia turun dan berjalan dengan keadaan setengah sadar menuju rumah Ludius. Didepan gerbang semua penjaga rumah keluar melihat Silvia pulang, "Nona Silvia, Apakah anda Baik-baik saja? Tuan Lu sangat marah mendengar anda keluar tanpa memberitahu pengawal". Kata penjaga rumah.

"Aku baik-baik saja, Aku akan masuk. Jangan mengatakan apapun pada Tuan Lu. Biar aku saja yang menjelaskannya".

"Baik Nona".

Silvia berjalan masuk secara tertatih, rasa lemah dan berat terasa membebani tubuhnya. Sekujur tubuh yang ngilu seketika menyiksanya.

"Ada apa denganku, sebelum ini aku baik-baik saja. Apa aku salah memakan sesuatu?. Aku harus menahannya sampai hari pertunangan tiba, Aku tidak ingin Ludius tahu tentang ini".

Di depan ruang tamu Bibi Yun sudah menunggu kedatangannya. Tanpa aba-aba Silvia menjelaskan apa yang terjadi "Bi Yun, maafkan aku.. Aku tidak bermaksud kabur dari Bibi".

"Sudahlah Nona, ini sudah terjadi. Bibi sudah menyiapkan air hangat untuk Nona mandi. Istirahatlah lebih awal, Bibi lihat Nona sangat kelelahan".

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Di kamarnya, Silvia belum juga tertidur karena menahan sakit pada seluruh anggota tubuhnya. Semakin waktu berjalan tubuhnya semakin lemah.

Dari luar terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, Silvia bisa membayangkan bagaimana marahnya Ludius ketika tahu ia kabur darinya. Silvia lebih memilih pura-pura tertidur untuk menghindari perdebatan dengannya.

'Dia pasti sudah pulang, aku hari pura-pura tertidur. Aku tidak ingin berdebat dengannya untuk malam ini'.

Terdengar suara langkah cepat memasuki kamar Silvia, Ludius melangkah pelan mendekati Silvia yang memejamkan mata. Terlihat gurat kekhawatiran terpancar di wajah dinginnya.

"Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Aku sangat mengkhawatirkanmu mendengarmu pergi tanpa memberitahuku, dasar gadis nakal. Karena besok hari pertunangan kita, malam ini aku tidak akan mengganggu mu. Istirahatlah dengan nyenyak". Ludius mencium kening Silvia sambil memperhatikan wajah cantik calon istrinya.

Samar-samar namun pasti, Silvia yang pura-pura memejamkan mata melihat bercak darah di pakaian yang Ludius kenakan. Ia mulai memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Ludius.

'Ludius ada apa denganmu. Bajumu.. Mengapa penuh dengan darah? apa kamu terluka?'. Perasaan khawatir menyelimuti hati Silvia, namun ia tidak bisa menanyakannya sekarang.

Dengan memakai baju yang masih berlumuran darah, Ludius duduk sejenak menemani Silvia yang terlihat tertidur pulas. Sesekali Ludius membelai kepala kekasihnya.

Kejadian antara aku dan Ludius terjadi hampir bersamaan. Apakah ini saling berhubungan?.

Tubuh Silvia hampir mati rasa. Apakah ia sanggup berdiri sampai hari esok tiba?

'Tuhan.. aku mohon, berilah sedikit waktu lagi sampai hari pertunangan tiba. Setelah itu, aku pasrah dengan apa yang akan terjadi pada diriku'.

Silvia memejamkan matanya berharap besok ada sebuah keajaiban agar ia bisa melaksanakan pertunangan nya dengan Ludius.

***

Pagi telah tiba, Perlahan-lahan Silvia terbangun dari tidurnya. Ia sayup-sayup mendengar suara Bibi Yun yang berada di luar pintu.

"Nona Silvia, saya Bibi Yun masuk mengantarkan Gaun untuk Nona pakai". Bibi masuk dengan beberapa orang, dan menaruh Gaunnya di meja.

Silvia yang masih berada di tempat tidur sengaja menutupi tubuhnya "Mereka siapa Bi? Aku akan mandi dahulu. Bibi boleh keluar". Kata suara Silvia berat karena tertutup selimut tebal.

"Nona Silvia, Mereka penata rias yang Tuan Lu kirim untuk merias Nona Silvia. Tuan Lu mengatakan acara pertunangan diadakan di hotel JW MARIOTT dan Sopir akan menjemput Nona 2 jam dari sekarang". Bibi Yun keluar. setelah menjelaskan semuanya.

Silvia menyingkarkan selimutnya, ia beranjak dari kasur dengan malas. "Kalian tunggulah aku sebentar, Aku akan mandi dahulu. Kalau ada hal yang di perlukan katakan saja padaku".

Kondisi Silvia yang masih belum membaik, bahkan menunjukkan gejala lain membuatnya terpaksa untuk mengabari Lingling agar menemaninya disini. Silvia bergegas mengambil ponselnya, dan mengirim pesan pada Ling Ling.

???? Ling Ling, aku butuh bantuanmu sekarang. Datanglah kerumah Ludius, aku akan menjelaskannya saat kau tiba nanti.

'Semoga Ling Ling segera datang, atau aku akan pergi hanya dengan sopir. Aku tidak tahu kapan tubuh ini akan benar-benar mati rasa dan kakiku sudah tidak bisa menopang nya. Setidaknya kalau ada Ling Ling, dia bisa memapah ku untuk sementara'. Silvia berjalan menuju kamar mandi dengan perlahan, ia menggunakan dinding sebagai penopang kalau-kalau ia jatuh.