Chapter 434 - Cicitku Tersayang

Name:Perceraian Ke-99 Author:Wan Lili
Ketika mereka tiba di rumah, acara Perayaan Malam Tahun Baru Imlek sedang ditayangkan di TV. Qin Shuhua, Li Yao, Li Beixing, dan kakek sedang bermain mahyong.

Saat melihat Li Sicheng menggendong Su Qianci masuk ke dalam, mereka memandang ke arahnya. "Ssstttt …." Li Sicheng melirik ke arah mereka dan membawa Su Qianci ke kamar.

Kapten Li memeriksa jam dan ternyata sudah lewat pukul 11 malam. Kakek mendengus dan menatap Li Jinnan. "Apa yang kalian lakukan?"

"Kami pergi bersenang-senang. Li Sicheng yang mengajakku." Li Jinnan merentangkan tangannya. "Kakek kan tahu kalau aku selalu mendengarkan kakakku."

"Tidak benar. Jinnan yang mengajak kami." Su Qianci berjalan keluar, menguap. "Jinnan, kau payah!"

Muslihatnya terungkap, Li Jinnan dengan segera menundukkan kepalanya di bawah tatapan Kapten Li. "Kakek, salahku."

Kakek mencibir, mengambil sebuah batu mahyong dan mendorong batu-batunya yang lain ke depan. "Hahahaha …."

"Kakek sangat beruntung!" Li Beixing menaruh lebih banyak uang di atas meja.

Kakek mengambil apa yang dia menangkan dengan sebuah senyum lebar. Acara hitung mundur sudah dimulai di TV. Kakek berhenti bermain dan berteriak, "Cepat, di mana Sicheng? Beixing, Jinnan, keluarkan petasannya. Sekarang sudah tengah malam!"

Li Beixing berkata, "Kakek, petasan tidak lagi diizinkan di Kotaraja. Apakah Kakek sudah lupa?"

Kakek tertegun dan kemudian menjadi kesal. "Aturan bodoh! Tidak ada petasan untuk Tahun Baru Imlek? Liburan macam apa itu?"

"Mari kita menonton TV dan tidur, kakek." Li Sicheng berjalan keluar dan berdiri diam di samping Su Qianci. Dia memeriksa jam dan berkata, "Sekarang jam 00:02. Apakah Kakek tidak lelah? Kakek biasanya tidur jam 9 malam kan."

"Aku sedang menunggu kalian!" Kakek menatap mereka. "Kita bisa merayakan tahun baru bersama sebagai sebuah keluarga, tetapi kalian pergi bermain dan membawa cicitku tersayang bersama kalian. Tanpa melihat kalian pulang, bagaimana aku bisa tidur?"

Su Qianci merasa agak malu dan mengingatkan, "Belum lahir, Kakek."

"Hanya delapan bulan lagi. Ya, aku harus memikirkan sebuah nama yang hebat untuk cicitku." Kakek berjalan perlahan pergi ke kamarnya dengan tongkatnya.

"Selamat malam, Kakek." Li Sicheng berkata.

Responsnya adalah pintu yang ditutup.

Hari berikutnya adalah Tahun Baru Imlek. Menurut tradisi, pada hari ini, orang-orang tidak boleh mencuci pakaian atau memanggil nama orang lain dari jauh. Membangunkan seseorang dari tidurnya juga dilarang. Hasilnya adalah Su Qianci tidur sampai pukul 10 pagi.

Li Sicheng sudah pergi. Su Qianci mengucek matanya dan mandi. Ketika dirinya sudah siap untuk keluar, suaminya kembali. Melihat istrinya keluar dari kamar mandi, reaksi pertama Li Sicheng adalah memeriksa kaki Su Qianci. Hebat, istrinya memakai sepatu.

"Kenapa kamu tidak tidur lebih lama?" Li Sicheng membuka lemari dan mengambilkan sebuah gaun musim dingin untuk istrinya.

Su Qianci mengambilnya dan berkata, "Kamu pikir aku ini seekor babi? Tidur sepanjang hari?" Dia melepas atasan piamanya yang empuk dan mengenakan bra.

Kulit istrinya yang putih membuat Li Sicheng merasa sedikit pusing. Mencoba memalingkan muka, pria itu terlalu berlebihan menilai kontrol dirinya sendiri. Merasa tak berdaya, dia berkata, "Aku menemukan dirimu bersikap semakin nyaman."

Su Qianci menoleh ke belakang, merasa bingung.