Chapter 125 - Bantuan

Name:Nuansa Author:Sihansiregar
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Vega bertanya balik pada Nuansa.

"Jawab saja pertanyaanku," ucap Nuansa.

"Tidak, apa yang aku ceritakan benar-benar pendirianku, aku tidak berbohong padamu," Vega akhirnya menjawab pertanyaan Nuansa.

"Aku harap kau memang jujur, karena cukup mengejutkan bagiku kau berada dalam pendirian seperti itu," ujar Nuansa.

"Kenapa? Aku adiknya kak Neptunus, wajar kan jika aku mengkhawatirkannya dan merasa kalau setelah semua yang terjadi keadaan tidak baik-baik saja? Aku juga yakin semua orang pasti berpikir sama sepertiku, dan aku hanya tidak mengerti kenapa paman Eugene justru bersikap santai saja. Aku yakin kau juga berpikir hal yang sama kan, Kak?"

Nuansa terdiam begitu mendengar pertanyaan Vega barusan.

"Ya," jawab Nuansa beberapa saat kemudian.

"Kau pasti sudah berbicara dengan paman Eugene mengenai masalah ini, kan? Apa dia meyakinkanmu seperti dia meyakinkan Ibuku?" tanya Vega.

"Ya, tapi aku memutuskan untuk tetap pada pendirianku."

"Maksudmu?"

"Kalau aku ceritakan, ini pasti akan memakan waktu yang cukup lama-"

"Tidak apa-apa, pasti sempat, ini masih jam lima lewat sedikit," Rosy menyela Nuansa.

"Baiklah, akan kuceritakan semuanya," kata Nuansa, dia kemudian menceritakan semuanya kepada mereka, terutama Vega, mengenai pendiriannya sekarang.

***

"Aku tidak yakin bahwa apa yang diceritakan oleh kak Zhenya ke kak Thomas itu adalah sebuah keanehan. Semua yang dikatakan oleh kak Thomas memang benar, tapi ... aku tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kejanggalan ataupun keanehan, jadi aku dan kak Zhenya sama-sama sudah melupakannya, dan aku tidak menyangka kalau ternyata hal itu sekarang mempengaruhi keputusan dan pendirianmu, karena sampai sekarang pun aku masih tidak merasa bahwa itu adalah sebuah keanehan," ucap Vega usai Nuansa menghabiskan waktu selama setengah jam untuk bercerita sampai membuat ketujuh remaja yang sedang bertamu ke rumahnya itu benar-benar mengerti.

"Kau yakin sekarang pun kau tidak merasa bahwa itu adalah keanehan? Setelah semua yang aku katakan tadi?" ujar Nuansa pada Vega. Vega kemudian terdiam.

"Tentu saja itu keanehan, pemikiran kak Thomas memang benar," kata Itzan.

"Ya, aku juga merasakan hal yang sama," tambah Noah.

"Hmmm. Tapi apa yang membuatmu begitu memikirkan kak Neptunus? Sampai-sampai kau memilih untuk lebih mementingkan permasalahan ini dari pada permasalahanmu sendiri?" tanya Vega pada Nuansa.

"Aku tidak tahu, hati kecilku berkata kalau aku harus lebih mementingkan permasalahan ini dari pada permasalahanku sendiri, sudah sejak awal begitu, makanya aku sempat merasa kurang nyaman ketika aku memutuskan untuk mengikuti perkataan paman Eugene, tapi begitu mendengar apa yang dikatakan oleh Thomas, aku memutuskan untuk bergerak tidak dengan mendengarkan siapapun, termasuk hati kecilku, aku bisa berpikir, dan aku bisa mempertimbangkan semuanya, dan inilah keputusanku. Setelah ini aku akan mendatangi kantor temanku itu," jawab Nuansa.

"Kenapa hati kecilmu berkata seperti itu?" tanya Rea.

"Ya, pasti ada sebabnya," Rosy menambahkan.

"Mungkin itu karena kak Nuansa sejak awal terlalu memikirkan kak Neptunus yang tidak ada kabarnya," ucap Alan.

"Itu masuk akal juga," kata Alvaro pada Alan.

"Entahlah, aku juga tidak mengerti kenapa. Mungkin yang kau katakan benar, Alan," ujar Nuansa.

"Dan kenapa kau malah terlalu memikirkannya sejak awal disaat kematian Ayahmu baru saja terjadi? Bukankah itu aneh?" Noah menambahkan.

Sontak saja semua pasang mata langsung melirik Noah.

"Apa? Aku hanya menambahkan, seperti kalian," lanjut Noah.

"Ya, mungkin kau ada benarnya, Noah. Ini bukan tentang kak Nuansa yang sejak awal terlalu memikirkan kak Neptunus, ini tentang perasaannya kepada dia," kata Itzan.

"Tunggu, apa?!" Vega terlihat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Itzan barusan.

"Itu berarti kak Nuansa memiliki perasaan suka pada kak Neptunus, dan ketika orang sangat mencintai seseorang, biasanya dia akan terlalu memikirkan orang tersebut. Aku rasa itulah penyebab utamanya, rasa suka kak Nuansa pada kak Neptunus akhirnya membuat hati kecilnya berkata seperti itu dan membuat kak Nuansa justru lebih memikirkan hal yang tidak ada jelas di depan matanya," sambung Itzan.

Dari Alan, semua pasang mata kemudian beralih ke Nuansa.

"Tunggu, tunggu, apa-apaan kalian ini! Belajar dulu yang benar! Malah sibuk mengurus soal cinta!" sewot Nuansa.

"Kami bukan memikirkan soal cinta, well, walaupun sebenarnya kami juga sudah jatuh cinta, tapi, sebenarnya ini adalah tentangmu, Kak. Saranku jangan terlalu memikirkan kak Neptunus walaupun kau begitu mencintainya. Sejauh ini keputusanmu untuk mencarinya lebih dulu sudah tepat, tapi kedepannya, jika kau masih terlalu memikirkannya, aku khawatir kau akan melakukan hal-hal yang cukup beresiko demi membuatnya kembali, apa lagi kau sedang mengalami kesedihan, kan? Kepergian dia juga pasti membuatmu sangat sedih karena sebagai seseorang yang mencintainya, kau pasti sangat membutuhkannya sekarang, tapi dia malah pergi," ucap Itzan.

"Hei, enak saja kau main tuduh-tuduh aku menyukainya!"

"Tidak apa-apa, kak Nuansa. Akui saja, kau malah akan menyiksa dirimu sendiri kalau kau tidak mengakui perasaanmu. Aku memang lebih muda darimu, tapi sepertinya aku sedikit lebih paham mengenai masalah cinta," kata Vega pada Nuansa.

"Well ..." Nuansa terdiam.

"Aku tidak mengerti kenapa aku bisa memiliki perasaan itu padanya, aku hanya ... aku berusaha menghargai perasaannya pada Tiana, tapi ... entahlah, aku juga tidak mengerti kenapa aku tidak bisa menghapus rasa sukaku padanya," papar Nuansa.

"Apa hubungannya dengan kak Tiana? Kisah kak Tiana sudah usai, kak Neptunus membutuhkan perempuan baik-baik lagi untuk menjadi pendampingnya, dan kaulah orangnya. Kata-kataku ini bukan untuk menghilangkan rasa kecewaku padamu yang pernah ada itu, karena sejujurnya memang aku tidak merasa kecewa lagi padamu, tapi ... kau memang orang yang tepat baginya, aku tahu itu," ujar Vega.

"Kau tidak mengerti, Vega, semuanya tidak semudah yang kau pikir."

"Kalau begitu jelaskan apa yang menurutmu tidak kumengerti."

Nuansa terdiam sesaat.

"Engh, sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu, kembali ke topik awal saja. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" tanya Nuansa pada Vega.

"Sudah tentu aku tidak akan membicarakan tentang hal ini pada paman Eugene, dan aku sendiri memang belum membesuknya. Aku rasa aku tidak akan membesuknya dalam waktu dekat, karena kalau aku bertemu dengannya, kami pasti akan membicarakan tentang permasalahan ini juga, dan aku tidak mau dia mempengaruhi pemikiranku seperti Ibu, dan aku akan membantumu, aku akan melakukan hal yang sama denganmu," jawab Vega.

"Lalu bagaimana dengan bibi Bulan? Kau tidak akan mengatakan apa-apa padanya tentang pendapatmu lagi?"

"Tidak, itu adalah hal yang sia-sia, lagi pula Ibu sekarang jauh lebih sibuk karena Ibu kembali mengurus semuanya sendirian lagi gara-gara paman Eugene tidak bisa berbuat apa-apa untuk sementara waktu. Lebih baik sekarang ini aku bergerak berdasarkan pendapat dan keputusanku sendiri, sama sepertimu."

"Tapi kita bergerak berdasarkan pemikiran Thomas yang antara aku percaya dan tidak."

"Jangan khawatir, aku ada di sampingmu, kita tidak akan membiarkan hal jahat mengalahkanmu."

Nuansa tersenyum mendengar hal itu. "Terima kasih."

"Sama-sama."

"Jadi ... kami bagaimana? Hanya sebagai pernak-pernik?" tanya Alvaro.

"Terserah kalian," jawab Vega.

"Mencari jejak orang yang sengaja hilang? Kenapa tidak? Aku akan ikut membantu!" ucap Itzan.

"Ya, kapan lagi berkesempatan untuk bekerja sama dengan Polisi dan membantu teman seperti layaknya agen-agen profesional? Aku akan ikut membantu," ujar Rosy.

"Aku tidak memiliki keraguan untuk berkata bahwa aku akan ikut membantu," kata Alan.

"Ya, aku juga." Rea tidak mau ketinggalan.

"Aku juga." Begitu juga dengan Noah.

Alvaro terdiam. "Baiklah ... aku juga akan membantu," ucapnya beberapa detik kemudian.

Vega dan Nuansa lantas tersenyum.

"Aku akan menyusun rencana bersama Thomas nanti, setelah itu kita akan menyusun rencana kita sendiri untuk berjaga-jaga," ujar Nuansa pada mereka bertujuh. Mereka semua lalu mengangguk.