Chapter 15 - Haha, Hihi, Huhu, Hehe, Hoho

Name:Nuansa Author:Sihansiregar
Neptunus dan Nuansa akhirnya sampai di kediaman Neptunus. Nuansa keluar secara terburu-buru dari mobil Neptunus dan merasa sangat mual. Neptunus pun jadi khawatir akan hal ini karena Nuansa benar-benar terlihat seperti akan memuntahkan seluruh isi di lambungnya beserta asam yang ada di sana.

"Kau baik-baik saja?" tanya Neptunus dengan perasaan khawatir.

"Huek. Y-ya, kurasa," jawab Nuansa.

"Kau kenapa?"

"Aku merasa mual, kurasa ini adalah efek dari-"

"Kau hamil?! Oh, astaga!"

"Hei! Jaga baik-baik ucapanmu!"

"Perempuan yang mual-mual seperti kau sekarang biasanya sedang hamil muda, Nuansa. Jadi kau pasti sedang hamil juga!"

"Hei! Turunkan nada bicaramu! Orang-orang akan berpikir apa jika mereka mendengarmu?!"

"Tapi kau ... Aku tidak menyangka kalau kau seperti ini orangnya, apa yang akan orangtuamu pikir nanti? Kasihan mereka, Nuansa, kasihan. Mereka sudah tua tapi anaknya malah seperti ini, aku, aku ..." Neptunus lantas berlagak seperti seorang pemain opera.

"Diamlah, aku hanya mual karena terlalu lama berada di dalam mobil baumu."

"Mobilku wangi, aku membeli pengharum yang paling best seller, kau tahu!"

"Tapi aku membenci baunya, itu sangat memuakkan, menjijikkan sekali, huek."

"Kemarin kau baik-baik saja saat menaiki mobilku."

"Ya karena durasinya tidak selama hari ini. Tadi kan kita pergi ke pusat perbaikan gadget untuk menginstal ulang ponselmu."

"Apa itu berpengaruh? Maksudku, tidak ada yang salah dari mobilku."

"Aku tahu, aku hanya belum terbiasa menaiki mobil. Pengharum yang kau gunakan juga tidak cocok dengan seleraku, jadi kurasa ini wajar terjadi."

"Ooh, jadi begitu ya. Kupikir tadi kau hamil."

"Enak saja!"

"Yasudah, ayo kita masuk."

Keduanya lantas berjalan menuju pintu depan, Nuansa merasa lebih baik sekarang meskipun ia masih sedikit mual. Ketika Neptunus membuka pintu, tercium bau menyengat dari kedelai yang digoreng dengan bawang putih, dan hal ini membuat Nuansa benar-benar ingin muntah sekarang juga.

"Bau apa ini?!" tanya Nuansa.

"Kedelai yang digoreng dengan bawang putih, itu cemilan kesukaanku," jawab Neptunus.

"Tapi aku membenci bau ini! Ini bahkan lebih memuakkan dari bau pengharum mobilmu. Aku ... Aku butuh kantong plastik!" Muntahan Nuansa sudah berada di dekat lidah kecilnya sekarang, dan ia sudah tidak bisa berbicara lagi, kalau tidak dirinya akan memuntahkan semua itu.

"Tarik napas, hembuskan!" Neptunus menjadi panik sampai ia memandu Nuansa untuk melakukan hal yang salah, namun Nuansa malah mengikutinya. "Ok, bagus, tarik napas lagi, lalu ngeden."

Nuansa baru sadar jika Neptunus menganggapnya sedang melahirkan, dan ia pun menatap pria itu dengan tatapan tajam.

"Astaga! Kau tidak sedang melahirkan, ya!" ucap Neptunus yang juga baru sadar bahwa aba-aba darinya salah. Ia lantas masuk ke dalam dan mencari kantong plastik apa saja.

"Ibu! Apa ibu melihat plastik?!" tanya Neptunus pada Bulan yang sedang berada di ruang tamu.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Bulan.

"Nuansa!"

"Ada apa dengan Nuansa?!"

"Dia melahirkan!"

"HAH?!"

"Maksudku, dia akan muntah! Dia tidak bisa bergerak lagi! Ah! Kelamaan!" Neptunus kemudian pergi ke dapur dan melihat ada sebuah kantung plastik berwarna hitam, namun ia tidak tahu bahwa plastik itu berisi ikan yang sekarang.

"Hei, gadis-gadis! Aku minta plastik ini, ya!" ujar Neptunus kepada 2 orang wanita berusia 50-an yang menjadi koki di rumahnya. Keduanya memang belum menikah, tapi ini adalah pertama kalinya Neptunus memanggil mereka dengan sebutan 'gadis-gadis' yang tentu membuat mereka bingung.

"Eh, jangan!" teriak gadis yang satu.

"Pelit!" Neptunus tetap mengambil plastik itu dan menumpahkan isinya ke lantai tanpa melihatnya meski ia mengatai wanita tua tersebut dengan sebutan 'pelit'.

Sontak saja kedua gadis itu berteriak karena ikan-ikan yang sedang menghadapi sakaratul mereka tersebut bergerak kesana-kemari untuk mencari air.

***

Neptunus sampai pada saat yang tepat, sebab Nuansa langsung saat Neptunus tiba dan langsung menampung muntahan Nuansa. Bulan pun datang dan melihat apa yang terjadi.

"Ah, terima kasih, aku merasa lega sekarang," kata Nuansa.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Bulan.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" Para gadis berteriak di dapur dan memancing perhatian Bulan, Nuansa dan Neptunus.

***

"Kalian tidak apa-apa, kan? Haha, Hihi?" tanya Bulan pada koki-kokinya yang sebenarnya saudara kembar tapi tidak identik, Haha adalah kakak, Hihi adiknya.

"Ya, kami baik-baik saja, Haha hanya terlalu panik karena ia takut pada semua hewan termasuk semut dan kutu, jadi dia berteriak sangat kencang dan membuatku menjadi ikut berteriak," jawab Hihi.

"Neptunus, minta maaf pada mereka!" suruh Bulan.

"M-maafkan aku, bibi Haha, bibi Hihi," ucap Neptunus.

"A-aku juga, kalau saja aku tidak sekampungan itu, mungkin semua ini tidak terjadi," ujar Nuansa.

"Tidak apa-apa, kami mewajarkan itu. Aku juga jika berada di posisi Neptunus akan melakukan hal yang sama," kata Haha.

"Ada apa, ada apa?!" tanya Huhu, Hehe, Hoho, tiga adik Haha lainnya yang juga bekerja di rumah tersebut. Huhu dan Hehe adalah perempuan, mereka bekerja sebagai yang membersihkan rumah itu sekaligus mencuci pakaian ketiga anggota keluarga Bimasakti yang tersisa, sementara Hoho adalah tukang kebun, dia adalah laki-laki dan adik Haha yang paling kecil. Kelimanya adalah saudara kembar tapi tidak identik.

Orangtua mereka sebenarnya memberi nama ala orang Jepang kepada kelimanya, yakni Hanata, Hinata, Hunata, Henata dan Honota. Panggilan nama mereka seharusnya adalah Hana, Hina, Huna, Hena dan Hono, tapi nama Hinata bermasalah, karena jika dipenggal namanya akan berubah jadi 'Hina' yang memiliki arti uang kurang bagus dalam bahasa Indonesia. Jadilah nama panggilan kelimanya Haha, Hihi, Huhu, Hehe, dan Hoho.

Mereka berlima sudah bekerja untuk keluarga Bimasakti sejak 15 tahun terakhir, dan mereka semua tidak menikah karena mereka menganggap jika pasangan hidup mereka yang sebenarnya adalah saudara, kehadiran pasangan hidup sesungguhnya hanya akan merusak tali persaudaraan, begitu kira-kira anggapan mereka.

Mungkin karena mereka berlima kembar, jadinya mereka memiliki hubungan yang sangat kuat.

"Huhu, Hehe, Hoho? Engh, tidak ada, kembali lah bekerja." Haha menjawab pertanyaan Huhu, Hehe dan Hoho.

"Kau yakin?" Hoho memastikan.

"Engh, ya, ya," kata Haha yang malu jika dinilai penakut.

"Haha." Neptunus terkekeh kecil.

"Neptunus! Yang sopan jika memanggil!" Bulan menegur putranya itu.

"Aku tertawa, Ibu."

"Eh?"

"Kenapa kau tertawa?" bisik Nuansa pada Neptunus.

"Akan kuceritakan padamu nanti."

"Janji?"

"Tidak."

"Argh."