Chapter 357: Masalah yang Terselesaikan

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Selain para perwakilan keluarga yang datang di pernikahan Hans dan Inggrid itu, sisa dari para keluarga aristokrat mengerti berita mengejutkan ini dari media berita di hari berikutnya. Tetapi mereka semua sudah mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya daripada masyarakat awam.

Semakin mereka memahaminya, semakin mereka takut pada Randika. Bahkan para keluarga aristokrat di Indonesia memberi perhatian lebih pada Randika. Jika mereka benar-benar tidak sengaja menyinggung Randika, bisa-bisa keluarga mereka bernasib sama dengan keluarga Alfred.

Oleh karena itu, sejak kejadian keluarga Alfred, para keluarga aristokrat menetapkan sebuah aturan yaitu hindari orang yang bernama Randika dan jangan pernah menyinggungnya.

Tentu saja, keluarga Liu Changhai juga melakukan hal yang sama. Meskipun mereka berada di negara yang berbeda, keluarga Liu Changhai sudah menetapkan beberapa nama orang di dunia yang tidak boleh disinggung. Tetapi sayangnya, Liu Changhai ternyata melanggar hal ini.

Kali ini kakek Liu Changhai benar-benar bingung. Kekuatan milik keluarganya ini bisa dikatakan sama seperti keluarga Alfred. Randika bisa menghancurkan keluarga Alfred seorang diri, tentu saja dia bisa mengulanginya lagi.

Di lobi hotel, semua orang masih menatap diam ke arah Randika. Semua orang yang mendengar kata-kata Randika kepada kakek Liu Changhai itu terdiam. Bagaimana mungkin ancaman kosong Randika seperti itu dapat membuang seorang keluarga aristokrat ketakutan?

Meskipun orang yang di hadapan mereka ini kuat, bagaimanapun juga, lawannya adalah sebuah keluarga besar yang memiliki pengaruh kuat di Cina.

Mendengar kata-kata Randika yang arogan itu, Liu Changhai sudah mendengus dingin. Dia tidak sabar melihat kemarahan kakeknya karena telah dihina sedemikian rupa oleh Randika.

Pada saat ini, suara si kakek terdengar seperti orang gagap. Randika langsung mengaktifkan mode loudspeaker. "Ah ini Randika dari Indonesia ya? Hahaha sepertinya ada salah paham, iya ini pasti salah paham. Tolong maklumi kelakuan cucuku, dia masih muda."

Mendengar suara kakeknya yang ketakutan itu, wajah Liu Changhai benar-benar menjadi kaku. Bagaimana mungkin suara kakeknya yang berwibawa berubah drastis seperti itu? Bahkan dia merasa kakeknya itu merendahkan derajatnya di hadapan Randika.

Ekspresi wajah Liu Changhai benar-benar bingung. Apa dia tidak salah menelepon? Apa benar ini masih kakeknya?

"Jadi maksudmu apa?" Kata Randika dengan nada santai. Semua orang jelas terkejut ketika mendengar jawaban dari kakek Liu Changhai ini.

Orang yang berdiri di hadapan mereka ini… siapa dia sebenarnya? Kenapa dia bisa membuat kakek Liu Changhai ketakutan seperti itu?

Semua orang sudah kehilangan jejak berapa kali mereka terkejut hari ini, keadaan berubah terlalu cepat dan benar-benar tidak terduga.

"Hahaha cucuku itu benar-benar nakal dan tidak tahu diri, maafkan aku karena kurang pintar mengajarinya. Kita pasti akan menghukumnya ketika dia pulang nanti." Kata si kakek. "Tetapi kalau kelakuan cucuku ini memang sudah keterlaluan, aku bersedia menemuimu dan meminta maaf secara langsung."

Mendengar kata-kata ini, jelas membuat Liu Changhai terkejut bukan main. Dugaannya benar, kakeknya rupanya takut dengan Randika!

Menyadari hal ini, tubuh Liu Changhai tidak bisa berhenti gemetar karena sedikit orang di dunia ini yang bisa membuat kakeknya ketakutan.

Randika hanya menghela napasnya dan melempar HP tersebut ke Liu Changhai. Liu Changhai langsung berbicara dengan kakeknya. "Kek, siapa orang ini sebenarnya?" Wajah Liu Changhai benar-benar muram. Dia tidak menyangka kakeknya yang perkasa itu menjadi seperti anjing.

"Siapa dia? Dasar cucu bodoh! Ini sebabnya kakek selalu ngomong kau itu perlu sekolah biar sedikit pintar. Tiap hari isinya keluyuran terus." Kakeknya yang ramah itu langsung marah-marah di balik telepon.

Untungnya saja, masih ada ruang untuk bernegosiasi. Kalau tidak, iblis bernama Randika itu sudah lama mencabut nyawa cucunya dan menggedor pintu rumahnya.

Jadi mau tidak mau, si kakek harus memaki cucunya untuk menunjukan rasa penyesalannya pada Randika.

Liu Changhai jelas terkejut, tubuhnya gemetar tanpa henti ketika mendengar kelanjutan kakeknya. "Bukankah kalian semua itu sudah kuberi daftar nama-nama hitam? Aku tidak menyangka kau begitu bodoh sampai-sampai tidak membacanya. Mulai hari ini kau tidak boleh pulang selama satu tahun, kalau kakek melihatmu sedetik saja, kakek akan mematahkan kakimu!"

Mendengar kata daftar nama hitam, ekspresi Liu Changhai segera berubah. Tubuhnya itu seolah-olah tersambar petir dan pandangannya segera menjadi kabur.

Tidak heran dia pernah mendengar nama Randika itu dari mana, sifat arogannya telah mengaburkan akal sehatnya. Ternyata orang yang menjadi lawannya ini adalah orang yang menghancurkan keluarga Alfred seorang diri!

Tetapi bukankah seharusnya dia ada di Indonesia? Kenapa dia ada di Makau?

Liu Changhai benar-benar ingin menangis. Jika dia tahu siapa orang di hadapannya ini sebelumnya, dia pasti tidak berani menyinggungnya.

"Sekarang cepat minta maaf pada Randika. Jika dia tidak memaafkanmu, kakek bersedia membuangmu dan jangan pernah tunjukan wajahmu lagi. Sekarang cepat bersujud meminta maaf!" Si kakek melampiaskan amarahnya pada cucunya yang bodoh itu.

Orang-orang tidak dapat mendengar omelan si kakek, mereka cuma bisa melihat wajah Liu Changhai yang semakin pucat pasi. Ketika Liu Changhai menatap Randika, kakinya semakin bergetar dan keringat dingin terus mengalir. Randika sendiri berdiri dengan santai, dia terlihat sedang menunggu.

Ketika mendengar kebulatan tekad si kakek untuk membuangnya, wajah Liu Changhai sudah benar-benar ingin menangis. Dia lalu bersujud di lantai.

Demi kelangsungan hidupnya, Liu Changhai benar-benar bersujud dengan sepenuh hati. Dia yang sekarang rela menjilat sepatu Randika.

Randika menatap diam Liu Changhai, kemudian Liu Changhai berkata pada Randika. "Maafkan hamba, ini semua adalah salah saya. Saya mohon tolong jangan libatkan keluarga saya. Jika Anda ingin menghukum, hamba bersedia menerima apa pun."

Liu Changhai juga mengerti kebulatan tekad kakeknya itu. Jika Randika benar-benar mengincar keluarganya, bisa dikatakan bahwa seluruh anggota keluarganya akan mati. Bisa dikatakan bahwa Liu Changhai telah membawa bencana pada keluarga besarnya, oleh karena itu dia memohon agar Randika tidak melibatkan keluarganya.

Randika hanya terdiam ketika mendengar kata-kata Liu Changhai.

"Tenang aku bukan orang yang sekejam itu." Kata Randika dengan nada santai. "Karena kau telah mengakui kesalahanmu, aku tidak akan mengungkit masalah ini lagi."

Hati Liu Changhai benar-benar lega, dia lalu mengatakan. "Saya berjanji tidak akan mengganggu Anda lagi, saya juga berjanji ini adalah terakhir kalinya Anda melihat wajah saya."

Setelah berkata demikian, Liu Changhai berdiri dan berjalan keluar dari lobi hotel tanpa berani menoleh ke belakang. Dia lalu meminta anak buahnya untuk memesan tiket pulang ke rumahnya secepat mungkin.

Setelah Liu Changhai pergi, sekarang yang tersisa adalah Li Zhen dan ayahnya Li Weilong.

Melihat targetnya berubah menjadi dirinya, Li Weilong menggertakan giginya. Dia juga akhirnya menyadari siapa Randika sebenarnya ketika Liu Changhai berbicara dengan kakeknya. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, keluarga Li akan habis hari ini.

Keluarga Li Weilong tidak jauh berbeda dengan keluarga Liu Changhai. Di hadapan Randika, Li Weilong bukanlah apa-apa.

Pada saat ini, Li Zhen menopang ayahnya agar dia dapat berdiri. Wajah sang anak ini benar-benar panik, dia tidak menyangka akan ada orang yang ayahnya tidak bisa hadapi.

Randika mengerutkan dahinya. Ketika dia hendak berbicara, Li Weilong mengatakan. "Kami keluarga Li juga ingin mengucapkan maaf karena telah menyinggung Anda. Sebagai permintaan maaf, saya harap pengorbanan ini cukup untuk memuaskan Anda."

Setelah berkata seperti itu, di hadapan semua orang, Li Weilong memanggil anak buahnya dan menyuruhnya untuk menghantam sebuah kursi ke kakinya.

KRAK!

Jelas kedua kakinya itu patah.

Semua orang yang masih berada di lobi hotel itu sudah geleng-geleng ketika melihatnya. Li Weilong penguasa kota Makau ini sampai mematahkan kakinya untuk meminta maaf?

Li Zhen benar-benar terkejut, sedangkan wajah ayahnya itu tetap terlihat tenang meskipun keringat dingin terus mengalir. Li Zhen hanya bisa menangis dalam hati ketika menyadari pengorbanan ayahnya.

Randika menatap Li Weilong dan berkata padanya. "Kalau begitu masalah ini telah selesai. Tetapi aku tidak ingin melihat orang-orangmu lagi."

"Baik." Jawab Li Weilong. Dibantu oleh anak buahnya, Li Weilong dan Li Zhen berjalan keluar dari hotel.

Ketika dia berjalan keluar, Li Weilong tidak tahan lagi dan akhirnya pingsan.

"Bawa ayah ke rumah sakit!" Kata Li Zhen.

Li Zhen langsung membawa ayahnya ke rumah sakit dengan terburu-buru. Para pengunjung dan staf hotel dibuat ternganga di lobi hotel.

"Ini…. Aku sudah tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi."

"Gila, siapa orang itu sebenarnya?"

Semua orang sudah bingung hingga kepala mereka sakit. Dari awal hingga akhir, mereka terus menerus dibuat terkejut oleh Randika. Dan hasil seperti ini benar-benar di luar dugaan mereka.

Luar biasa, benar-benar luar biasa!

"Sepertinya nama keluarga Li di Makau sudah benar-benar hancur karena pria ini." Kata salah satu orang sambil geleng-geleng.

"Orang itu pasti keluarga aristokrat yang jauh lebih besar daripada Li Weilong. Kalau tidak mana mungkin seorang Li Weilong sampai mengorbankan kakinya sebagai tanda penyesalannya? Apalagi satuan khusus kota kita ini benar-benar bukan tandingannya."

"Benar juga. Tetapi aku tidak menyangka pergi ke Makau kali ini aku akan mendapatkan pertunjukan yang menarik."

"Hahaha bisa-bisanya kamu bergembira di atas penderitaan orang lain?"

"Hahaha bukankah kita sendiri sudah sering disusahkan oleh Liu Changhai dan Li Zhen? Jadi anggap ini sebuah karma bagi mereka."

Tebakan orang-orang ini salah, karena Randika bukanlah bagian dari keluarga aristokrat. Namun, kejadian hari ini telah menyebar ke seluruh Makau dan ke telinga para keluarga aristokrat.

Ketika mendengar informasi ini, para kepala keluarga dari keluarga aristokrat tersenyum pahit. Mereka harus menegaskan ulang pada anggota keluarga mereka agar kejadian Liu Changhai dan Li Zhen tidak terulang lagi. Untungnya saja kedua pemuda itu dimaafkan, kalau tidak bisa-bisa hari ini dua keluarga besar di Cina telah hilang dari peradaban.

Dalam sekejap, mereka semua menegaskan kembali pada seluruh anggota keluarga mereka agar tidak mengganggu Randika dari Indonesia. Orang mengerikan tersebut benar-benar ancaman nyata yang bisa membinasakan keluarga mereka untuk selama-lamanya,

Para polisi dan para satuan khusus kota Makau juga mulai meninggalkan tempat. Karena mereka adalah satuan hukum, Randika tidak ingin membunuh mereka.

Setelah masalah ini selesai, para pasukan Ares juga membubarkan diri dan bersembunyi di balik kegelapan. Selama Randika menghendaki mereka, mereka akan muncul dalam sekejap.

Para staf hotel masih ternganga dengan kejadian ini, kejadian hari ini benar-benar di luar akal sehat mereka. Hingga sekarang, bahkan General Manager hotel tidak tahu harus berbuat apa. Mereka semua hanya melihat Randika berserta Hannah dan Viona naik menggunakan lift.