Chapter 347: Uang Gratis

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Apa Randika bisa berjudi? Pertanyaan ini terlintas di benak Hannah dan Viona.

Sedangkan untuk Yuan Ping, jelas dia tertawa dalam hati. "Kamu kira amatiran sepertimu bisa mengalahkanku?"

Wajah Viona terlihat khawatir terhadap Randika sedangkan ekspresi wajah Hannah terlihat bingung. Mereka sama sekali tidak tahu apakah Randika bisa berjudi atau tidak.

Yuan Ping yang pura-pura terkejut itu kembali tersenyum. Dia sangat suka menginjak-injak kepercayaan diri para amatiran yang merasa dunia judi itu mudah.

Sejujurnya, kemampuan berjudi Yuan Ping tergolong lumayan di kasino ini. Tetapi dia sangat percaya diri bisa mengalahkan Randika karena dia sudah membuntuti mereka sejak permainan mereka yang pertama. Sangat jelas bahwa pria itu sama sekali tidak bisa bermain.

"Baiklah kalau begitu." Yuan Ping segera menyetujui ajakan Randika.

"Permainannya terserah kamu." Randika lalu mengambil chip Hannah dan Viona yang tersisa. "Aku hanya akan menggunakan chip ini untuk merebut semua chip yang kamu punya."

Kata-kata Randika memang terdengar santai tetapi hal ini menyulut api di dalam hati Yuan Ping. "Baiklah!"

Jadi pertarungan mereka segera dimulai, Yuan Ping memilih permainan dadu sebagai pemanasan.

"Menebak besar atau kecil?" Viona yang berdiri di belakang Randika itu nampak khawatir.

"Hahaha kamu salah nona cantik." Yuan Ping tersenyum. "Kita akan menebak angka pada dadu."

Ekspresi Yuan Ping terlihat acuh tak acuh, bukannya menebak besar atau kecil, dia memilih menebak angka yang ada pada dadu! Hal ini justru membuat permainan sederhana ini menjadi jauh lebih sulit.

Ekspresi wajah Randika sama sekali tidak berubah, dia hanya melemparkan semua chip yang dia punya.

Yuan Ping lalu mengambil sebuah wadah berupa gelas hitam dan memasukan 3 dadu ke dalamnya. Salah satu dari mereka akan mengocok sedangkan yang satu akan menebak angka pada 3 dadu tersebut.

Setelah memasukan dadu, Yuan Ping mulai mengocok gelas tersebut. Randika terlihat tenang, sedangkan para penjudi yang lain mulai mengerubungi meja mereka. Sepertinya mereka menyadari bahwa ada pertarungan antara pemain di meja tersebut.

Melihat Yuan Ping yang mengocok gelas tersebut, mereka mulai berdiskusi satu sama lain. "Apa mereka sedang main menebak besar atau kecil?"

"Seharusnya, tetapi bodoh sekali orang itu menantang Yuan Ping bermain."

"Tapi seharusnya kalau permainan dadu ini bergantung pada keberuntungan saja, toh peluangnya juga 50%."

Beberapa penjudi mulai membahas permainan ini sedangkan Viona sudah sibuk dengan perasaan cemasnya itu. Meskipun dia sangat percaya dengan Randika, dia masih tidak bisa menahan rasa cemasnya ini.

DUAK!

Yuan Ping selesai mengocok dan menaruh gelas tersebut di atas meja. Randika lalu berkata dengan santai. "3, 5 dan 6."

Mendengar kata-kata ini, para penjudi yang mengitari meja itu terkejut. Mereka rupanya main menebak angka?

Kali ini semua heboh sendiri karena permainan ini sudah tidak masuk akal. Memangnya ada manusia yang bisa menebak 3 dadu dengan benar? Jelas butuh indera keenam untuk menebaknya dengan tepat!

Jelas bagi orang biasa sudah hampir mustahil bisa menebak ketiga angka itu dengan benar, apalagi jika dia tidak memiliki kemampuan melihat tembus pandang. Mungkin satu-satunya cara adalah dengan indera pendengaran. Tetapi hal ini benar-benar mustahil bagi para penjudi kelas atas sekalipun.

Randika dengan santai melontarkan tebakannya, hal ini membuat Yuan Ping semakin merasa di atas awan.

Yuan Ping sudah tersenyum lebar, dia lalu mengangkat gelasnya tersebut. Melihat angka yang ada, Yuan Ping benar-benar terkejut.

Ketiga dadu itu menunjukan angka 3, 5, 6!

"Ya ampun!"

"Orang itu esper atau apa?"

"Apa dia titisan dewa judi?"

"Gila, kok bisa benar tebakannya?"

Semua orang yang melihat kejadian ini benar-benar terkejut bukan main.

Bahkan bola mata Yuan Ping terlihat mau copot dari kantungnya. Dia menatap kagum pada Randika.

Dewa… Benar-benar dewa!

Setelah Yuan Ping menaruh gelasnya, sekarang gilirannya Randika yang mengocok. Berbeda dengan Yuan Ping yang mengocoknya dengan cara mencolok, Randika hanya mengocoknya di atas meja selama beberapa saat.

Kali ini Yuan Ping lah yang menebak berapa angka yang ada pada dadu. Wajah Yuan Ping terlihat bingung dan tertekan, dia lalu berkata pada Randika. "1, 2, 5."

Randika perlahan membuka gelasnya, semua orang sudah menahan napas mereka. Tanpa diduga semua orang, ternyata ketiga dadu itu menumpuk menjadi satu!

Dadu pertama menunjukan angka 1!

Kali ini semua orang benar-benar terbakar semangatnya.

"Sudah kuduga Yuan Ping bukan orang sembarangan."

"Hahaha sepertinya mereka akan imbang."

Namun, ketika Randika memperlihatkan dadu kedua, semua orang terdiam.

Dadu kedua menunjukan angka 1!

Sekarang pertanyaannya adalah apakah dadu ketiga akan menunjukan angka 1 juga?

Semua orang mulai penasaran, ketika dadu ketiga itu mulai memperlihatkan wujudnya, semua orang terdiam sekali lagi.

Dadu ketiga juga menunjukan angka 1!

Tiga angka 1!

Randika hanya mengocok gelas tersebut pelan dan di atas meja, menghasilkan dadu yang tertumpuk dan sama-sama menunjukan angka 1 benar-benar membutuhkan kemampuan yang sempurna.

Wajah Yuan Ping terlihat muram, dia tidak menyangka kemampuan berjudi lawannya ini berada di level mengerikan.

"Ran, kamu memang luar biasa!" Viona yang berdiri di belakang Randika sudah bertepuk tangan sambil terkagum-kagum.

Hannah juga sama gembiranya, dia tidak menyangka kakak iparnya ternyata hebat dalam berjudi.

"Kita coba permainan yang lain." Yuan Ping berdiri dan mengajak Randika pergi.

Randika hanya mengangguk dengan biasa dan ikut berdiri.

Di bawah tatapan mata orang-orang, Randika dan Yuan Ping mulai bertarung selama 1 jam.

Pertarungan mereka melibatkan beberapa permainan di dalam kasino, dan tentu saja, semua pertarungan mereka telah dimenangkan oleh Randika.

"Gila, apa dia dewa judi?"

"Hahaha tamat sudah Yuan Ping!"

"Sudah menyerah saja, jangan mau dibodohi terus!"

Dalam satu jam, chip yang dimiliki Randika mulai menggunung. Namun, chip yang dimiliki oleh Yuan Ping semakin sedikit tiap menitnya dan wajah Yuan Ping sudah mulai pucat pasi. Lawannya kali ini benar-benar luar biasa, khususnya ketika bermain poker tadi. Bluff dan raise yang dilakukannya benar-benar sempurna!

Randika bahkan mendapatkan royal straight flush! Benar-benar keberuntungan yang luar biasa.

Namun kekagumannya ini sangatlah sia-sia karena tiap menitnya chip yang dimilikinya it uterus berkurang.

Setelah bermain selama satu jam, hasil kekalahannya apabila dirupiahkan sudah mendekati angka 100 juta.

Semua orang sudah terheran-heran ketika melihat Yuan Ping kalah begitu telak. Akhirnya setelah merasakan kekalahan beruntun, Yuan Ping melambaikan tangannya. "Aku menyerah."

Para penjudi ikut terdiam melihat kejadian ini, mereka menatap Randika seakan-akan melihat hantu. Kemampuan berjudi orang ini benar-benar tidak masuk akal! Setiap permainan yang dia lakukan selalu menang telak!

Sebagai contohnya ketika mereka bermain black jack tadi. Randika sampai melakukan split sebanyak 7x dan tidak ada satupun kartu yang kalah! Mungkin orang-orang akan melihat hal ini sebagai tindakan curang tetapi kartu yang dibagi masih fresh dan tidak mungkin Randika sudah bisa melakukan card counting dari awal.

Bisa dikatakan bahwa semua permainan di kasino ini merupakan lahan uang bagi Randika.

Wajah Yuan Ping benar-benar pucat, setelah dia mengaku kalah, dia sudah tidak punya wajah untuk lama-lama berada di kasino.

"Ran, kamu menang banyak!" Viona benar-benar senang.

Hannah juga senang ketika melihat chip yang menyerupai gunung itu. "Tahu gitu dari awal kak Randika yang main."

Randika tersenyum pahit, dia kurang senang berjudi karena uang bukanlah masalah baginya.

"Kalau begitu, kita segera tukar chipnya dan berpesta!" Kata Hannah.

"Han, bawa Viona bersamamu dan tukar chipnya, aku mau ke toilet sebentar."

Kedua perempuan itu benar-benar senang, dengan chip yang sebanyak ini jelas mereka bisa foya-foya selama di Makau.

Pada saat yang sama, Yuan Ping melihat seorang pria memasuki kasino. Dengan wajah tersenyum, dia menghampiri sosok pria tersebut.