Chapter 304: Setelah Dia Tidak Ada, Buat Apa Aku Masih Hidup?

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Sambil mengerutkan dahinya, Randika perlahan mendekati tengkorak itu.

Tengkorak itu bersandar di dinding gua dan sudah tertutup oleh debu. Menurut pengamatannya, Randika memperkirakan tengkorak itu setidaknya berada di tempat ini puluhan tahun. Di samping tengkorak, terdapat sebuah pedang yang rusak.

Randika menghampiri dan mengambil pedang tersebut. Namun yang mengejutkannya adalah benda-benda yang ada di balik tengkorak.

Ketika melihat benda tersebut, Randika terkejut bukan main karena dia menemukan bahwa benda yang merupakan bebatuan tersebut mirip dengan berlian! Belum lagi berlian-berlian itu memancarkan cahaya dan bersinar terang. Besar kemungkinan ini adalah sumber cahaya yang dia lihat di dekat kolam itu?

Melihat tengkorak dan pedang yang rusak itu, Randika menyimpulkan bahwa orang ini sepertinya mengetahui rahasia dari gua ini dan bermaksud untuk mengambilnya seorang diri. Dengan bermodalkan pedangnya, dia berusaha mengambil berlian itu sebanyak-banyaknya.

Tetapi karena dia ingin memonopoli semua berlian itu untuk dirinya sendiri, dia terjebak dan tidak bisa keluar dari gua ini ketika tali yang dia pasang di puncak itu terputus.

"Bagaimana kak? Apa ada sesuatu yang aneh?" Hannah yang tidak jauh dari Randika itu masih ketakutan untuk melihatnya.

"Tidak ada apa-apa, ini hanya tengkorak manusia biasa." Kata Randika berusaha menenangkan.

Setelah itu, Randika menemukan sebuah pisau pendek di tanah. Membersihkannya dari debu, Randika menyentilnya dengan pelan.

Pisau itu lalu berdenting dengan keras, menunjukan bahwa pisau ini masih kuat dan tidak tertelan oleh waktu. Dengan bantuan pisau ini, Randika yakin bisa memanfaatkannya ketika berusaha keluar dari gua ini.

Randika lalu menghela napasnya ketika mengambil sebuah kalung yang tergeletak di sebelah tengkorak. Sangat menyedihkan melihat seseorang mati hanya karena mengejar harta seperti ini, ketika dia berhasil keluar nanti dia akan mengubur kalung itu untuk menghormati jasad manusia ini.

Setelah menenangkan Hannah sekali lagi, Randika lalu kembali menuju kolam untuk berkultivasi sekali lagi.

Dia menghabiskan beberapa hari di gua ini demi menyerap kekuatan misteriusnya itu sekaligus mempererat hubungannya dengan Hannah.

Di dalam kolam air dingin itu, Randika kembali menyelam menuju dasar kolam. Berkat semakin kuat dirinya, Randika berhasil menyelam lebih dalam daripada sebelumnya. Sebelumnya suhu dingin membuatnya ragu untuk meneruskan perjalanannya.

Jika dilihat dari polanya, suhu air kolam ini akan makin dingin ketika dia menyelam makin dalam. Tetapi air kolam ini sama sekali tidak membeku.

Semakin dalam dia menyelam, semakin cepat penyerapan energi di dalam tubuhnya. Sepertinya aura dingin yang terkandung di dalam kolam ini dapat menekan kekuatan misterius di dalam tubuhnya.

Setelah 10 hari tinggal di gua ini, Randika terus menerus menyerap energi dari kekuatan misteriusnya. Sekarang dia telah berhasil menyerap 1/10 dari keseluruhannya. Namun, tidak peduli berapa ikan yang dia makan dan tidak peduli seberapa dalam dia menyelam, penyerapan energi ini berhenti di 1/10. Randika hanya bisa menyerah untuk menyerap seluruh kekuatan tersebut.

Tetapi berkat 1/10 ini, kekuatan Randika sudah tidak bisa dibandingkan dengan yang dulu. Terlebih, jika dia kedepannya nanti berhasil menyerap seluruh kekuatan misterius tersebut maka dia jelas akan menjadi nomor 1 di dunia.

"Han, sudah waktunya. Bersiaplah untuk pergi dari tempat ini." Kata Randika sambil tersenyum.

Mendengar kata-kata Randika, mata Hannah terlihat berbinar. Akhirnya dia bisa pergi dari tempat ini.

...…..

Pada saat yang sama di Jakarta, di kediaman keluarga Alfred.

Wajah Jack terlihat sedih. Menatap pintu yang ada di depannya, dia seakan tidak berani mendorong pintu tersebut.

Pada saat ini, hatinya bukan dipenuhi keraguan melainkan rasa tidak berdaya yang menyedihkan.

"Ayah, masuklah jika kamu mau." Pada saat ini, terdengar suara dari dalam pintu. Meskipun suara itu terdengar tenang, suara tersebut terkandung nada dingin.

Jack membuka pintu dan menatap Inggrid yang duduk diam. Di meja, terdapat baju pengantin yang sangat mewah.

Jack terdiam beberapa saat. Meskipun dia ingin anaknya satu ini untuk menikah dengan keluarga Alfred, bukan cara seperti ini yang dia inginkan. Namun, meskipun cara ini mencoreng namanya, hal ini cukup untuk meredakan kemarahan keluarga Alfred. Mau tidak mau dia harus menerima keputusan ini, dengan kata lain dia tidak punya ruang untuk menolak.

Beberapa hari yang lalu, keluarga Alfred membawa kembali Inggrid ke Jakarta. Inggrid lalu ditahan di rumah keluarga Alfred agar tidak bisa kabur kembali. Jack tentu saja tahu mengenai kejadian ini, tetapi yang membuatnya pucat pasi adalah kata-kata dari Ivan. Keluarga Alfred mengirim pesan bahwa meskipun Hans telah meninggal, Inggrid tetap akan menikahinya.

Ini berarti Inggrid akan melakukan Ghost Marriage [1]!

Kabar pernikahan ini menyebar ke seluruh penjuru negara, keluarga Alfred benar-benar tidak memberi toleransi sama sekali pada Inggrid.

Namun, keluarga Laibahas benar-benar tidak mempunyai pilihan lain. Awalnya Jack datang ke kediaman Ivan untuk membahas hal ini tetapi Ivan membalasnya dengan pernyataan perang. "Jika keluargamu berani menghindar sekali lagi maka jangan harap keluarga kita berdua bisa hidup secara damai!"

Dalam sekejap keringat dingin Jack mengalir deras, dia hanya bisa terdiam. Jika perang benar-benar terjadi di antara dua keluarga mereka, maka keluarga Laibahas sudah ditakdirkan untuk jatuh.

Sekarang, Jack berdiri di hadapan Inggrid dan tidak tahu harus berkata apa pada putrinya ini. Meskipun pada akhirnya dia akan memaksa Inggrid untuk memenuhi janji pernikahan mereka, Jack tidak menyangka keluarga Alfred sampai melakukan Ghost Marriage. Hal ini juga membuat hubungan kedua keluarga setingkat lebih rendah.

Setelah terdiam beberapa saat, Jack berkata pada Inggrid. "Beristirahatlah dengan tenang, besok adalah hari pernikahanmu. Jangan sampai mengacaukannya."

"Aku mengerti." Inggrid masih sedingin tadi dan ekspresinya sama sekali tidak berubah. Namun, tatapan matanya itu kosong dan mati.

Jack menghela napasnya dan menutup pintunya. Tidak lama kemudian, Ivan masuk dan menatap Inggrid yang 'mati' itu dan mendengus dingin. "Besok kamu akan menikahi anakku yang telah kamu bunuh itu, dengan ini kamu akan selalu menjadi barang milik keluarga Alfred."

Inggrid tidak membalas sama sekali.

Ivan menatap Inggrid dan berkata dengan nada dingin. "Jika bukan karena kamu, laki itu pasti masih hidup. Mata dibalas dengan mata dan nyawa dibalas dengan nyawa, orang itu sudah ditakdirkan mati setelah berani melawan keluargaku."

Mendengar kata-kata itu, tubuh Inggrid bergetar tidak karuan. Tetapi hal itu tetap tidak membuatnya berbicara.

Melihat Inggrid yang sama sekali tidak mau berbicara, Ivan meludah ke lantai dan pergi dari ruangan.

Pernikahan ini mencoreng nama keluarga Laibahas dan mengikat Inggrid ke keluarga Alfred, bahkan jika dia memutuskan untuk membuang nama keluarganya itu, Inggrid tidak bisa membuang fakta bahwa dia adalah salah satu keturunan dari keluarga Laibahas.

Sangat disayangkan Jack tidak berani melawan lebih keras, dia membiarkan dirinya diinjak-injak seperti itu.

Ketika Ivan berjalan keluar, dua penjaga yang bertugas mengawasi Inggrid mulai berbincang.

"Rasakan penderitaanmu itu, salahnya sendiri berani melawan keluarga kita!"

"Tetapi sayang banget tidak sih? Perempuan itu benar-benar cantik." Kata penjaga itu sambil menjilat bibirnya.

"Jangan sekali-kali kamu berpikiran aneh. Kamu berani melawan perintah tuan kita? Dia akan mengulitimu hidup-hidup! Bersabarlah, nanti kita akan pergi pelacuran bersama-sama setelah selesai kerja ini."

"Benarkah?"

Penjaga mesum satu itu sudah tidak sabar melampiaskan nafsu birahinya yang sudah menumpuk.

Setelah tidak ada orang selain dirinya, Inggrid berdiri dan menatap kaca.

Di kaca tersebut, terlihat wajah perempuan cantik yang pernah membuat seluruh pria di Indonesia rela pergi ke kota Cendrawasih untuk memikat hatinya.

Tetapi sekarang wajah cantik itu terlihat murung, tidak berdaya, hampir sama dengan orang mati.

Melihat wajahnya yang pucat itu, Inggrid meneteskan air mata. Air matanya itu melambangkan rasa frustasi dan penyesalan yang dia pendam selama ini.

"Randika…. Hannah…" Tangisan Inggrid semakin menjadi-jadi. "Kenapa kalian tidak membiarkanku mati pada waktu itu?"

Ketika memikirkan kedua orang itu, hati Inggrid benar-benar sakit. Randika adalah satu-satunya orang yang dia cintai di dunia ini dan Hannah adalah adiknya yang paling berharga buatnya. Keduanya sudah bagaikan keluarganya sendiri, keluarga yang bahkan lebih dekat daripada keluarga yang membesarkannya dulu.

Air matanya itu membasahi bajunya dan merusak riasan wajahnya.

Di benak Inggrid, selalu terbayang Randika yang akan segera menyelamatkannya dari balik pintu ini. Tetapi sayangnya kali ini harapannya itu tidak akan terwujud.

"Tidak peduli berapa kali aku terlahir kembali, aku akan selalu menjadi istrimu." Inggrid bergumam tentang kata-katanya ketika dia selamatkan dari Shadow oleh Randika.

Dari sejak saat dia diselamatkan oleh Randika dari genggaman keluarga Alfred, dia sudah membulatkan tekadnya. Benar, sejak saat itu Inggrid berjanji akan melewati segalanya bersama Randika. Tidak peduli jika Randika membawanya ke ujung bumi ataupun neraka, cintanya tidak akan pernah padam.

Tetapi sekarang Randika sudah tidak ada, apa gunanya dia masih bernapas?

Masa depan tanpa Randika sama saja seperti berjalan di bulan seorang diri.

Inggrid menangis sejadi-jadinya tetapi kemarahan di hatinya itu tidak bisa dia sembunyikan. Sebelum dia mati, dia bersumpah akan membunuh Ivan demi membalaskan dendam Randika dan Hannah.

Berdasarkan rencana Inggrid, dia berniat untuk membunuh Ivan sebelum akhirnya bunuh diri.

Inggrid menatap pisau yang dia sembunyikan itu. Besok dia akan membunuh Ivan dengan kedua tangannya ini.

Inggrid lalu tersenyum dan berkata pada hatinya. "Randika kamu tidak usah khawatir, besok kita akan bersama lagi."

Inggrid lalu menyembunyikan kembali pisaunya itu dan mengusap air matanya.

Di sisi lain, di dalam gua, Randika dan Hannah sudah selesai mempersiapkan segala hal yang diperlukan.

"Kak, apa kamu yakin? Aku tidak akan jatuh kan?" Kata Hannah dengan nada cemas.

"Sudah jangan khawatir, tutup matamu dan kita akan keluar dari tempat ini dalam sekejap." Kata Randika sambil tersenyum.

Ketika Randika berniat mengambil sebiji berlian, dia terkejut ketika melihat sebuah tali usang di samping tengkorak di dalam gua. Meskipun sudah usang, tali itu cukup kuat.

Setelah persiapan mereka selesai, Randika menyuruh Hannah berdiri di depannya dan mengikat kedua pinggang mereka dengan tali.

[1] Perkawinan yang salah satu atau kedua mempelainya adalah arwah orang yang sudah meninggal. Asal usul dari perkawinan ini tidak dapat ditelusuri tetapi konon sudah ada sejak 3000 tahun yang lalu. Negara yang sering mengadakannya adalah negara Cina. Salah satu alasan mengadakan pernikahan ini adalah memastikan garis keluarga berlanjut. Dalam hal ini yang meninggal sebelum menikah adalah anak laki-laki, arwahnya kemudian dinikahkan dengan perempuan yang masih hidup. Dengan demikian orang tua si anak laki-laki itu dapat mengadopsi cucu.