Chapter 293: Kebulatan Tekad Ivan

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Mata Ivan tertuju pada Dark Knife dan timnya, mau tidak mau akhirnya dia menggunakan jasa mereka. Pada saat ini, Dark Knife dan timnya turun ke medan tempur. Wajah mereka penuh dengan waspada.

Setelah melihat daya tempur Randika, mereka mengerti betapa luar biasa lawan mereka kali ini. Dalam pertarungan 1 lawan 1, tentu mereka bukanlah tandingannya.

Dark Knife dan timnya mulai mengepung Randika, sedangkan Ivan hanya dikawal oleh 3 orang saja. Setelah memikirkan jumlah uang yang dia sudah keluarkan, Ivan memutuskan untuk melihat kinerja Dark Knife dan timnya sebelum mengeluarkan kartu Asnya yang terakhir.

Menatap diam Dark Knife dkk, Randika sama sekali tidak bergerak.

Bajak laut perempuan itu menatap tajam Randika, tiba-tiba dia menghunuskan pedangnya dan mencopot topinya. Dia lalu membungkuk dan berkata pada Randika. "Ratu bajak laut Jessica memberi hormat pada Ares."

Pada saat Jessica membungkuk, beberapa panah hitam beracun melesat ke arah Randika. Dia menggunakan serangan ini sebagai sinyal memulai serangan untuk kawan-kawannya.

Menurut rencana mereka, panah itu akan membuat Randika bergerak. Setelah itu Dark Knife dan pak tua bernama Fan itu akan membunuh Randika yang tidak punya pijakan.

Namun, bahkan panah itu sudah nyaris mengenainya, Randika masih berdiri diam. Wajah Dark Knife sudah terlihat senang, sepertinya pekerjaan mereka selesai lebih cepat. Namun detik berikutnya, senyuman itu langsung menghilang!

Panah-panah hitam beracun itu dengan mudahnya ditangkap oleh Randika menggunakan sepatunya!

"Kalian kira trik murahan seperti ini bisa membunuhku?" Randika menghela napas, dia kemudian perlahan menggoyangkan jari telunjuknya. Kemudian tanpa disangka-sangka, Randika mencabut dan melemparkan panah tersebut dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya.

Wajah Dark Knife dan pak tua Fan langsung berubah ketika melihat laju anak panah itu.

Setelah menghindar dengan susah payah, wajah bodoh Dark Knife sudah menjadi serius.

Lawannya kali ini benar-benar kuat!

Dark Knife juga sudah membuang permen karetnya, dia harus mengerahkan seluruh tenaganya kali ini atau dialah yang akan mati. Jessica dan pak tua Fan juga merasakan hal yang sama dengan Dark Knife.

Kedua belah kubu belum bergerak lagi. Hannah sudah khawatir, suasana puncak gunung ini tiba-tiba menjadi berat dan hening. Pada saat ini, tiba-tiba ada botol air yang jatuh ke tanah. Bersamaan dengan itu, orang-orang yang bertarung itu mulai bergerak.

Dark Knife dan pak tua Fan menerjang ke arah Randika dengan pedang dan pisau di tangan mereka. Beberapa petarung yang pingsan juga ikut kembali bertarung setelah sadarkan diri. Pada saat ini, perang sesungguhnya mulai berjalan.

Dark Knife ahli dalam menggunakan pisau, dia menganggap pisau lebih ringan dan lebih mudah dikendalikan daripada sebuah pedang. Sedangkan Jessica, dia suka menggunakan serangan jarak jauh seperti pistol ataupun panah. Kalau pak tua Fan jago bertarung dengan tangan kosong.

Randika sendiri masih berdiri diam, dia menunggu lawannya untuk menyerang dirinya. Ketika 3 pentolan Ivan ini sudah dekat, Randika tidak menahan kekuatannya sama sekali. Dengan satu tangan mengulur ke langit, Randika lalu menembakan energi tenaga dalamnya itu ke arah pak tua Fan yang hendak menebas Randika.

Namun, reaksi dari pak tua Fan juga tidak kalah cepat. Bukannya bertahan ataupun mundur, dia menggunakan tubuhnya sebagai pijakan Dark Knife. Dengan 10 pisau di tiap sela jarinya, Dark Knife melancarkan serangan pisaunya tepat ke arah tubuh Randika. Sedangkan Jessica memberikan serangan panah beracun di titik-titik vital di mana yang akan menjadi lajur kabur Randika.

Ketiga ahli bela diri ini melakukan semuanya tanpa berkomunikasi, gerakan mereka benar-benar cepat. Orang awam sama sekali tidak bisa mengikuti pergerakan mereka. Mereka hanya bisa melihat tiba-tiba Randika sudah terpojok dan nyawanya terancam.

Semua pendaki ini sudah khawatir terhadap Randika, sepertinya lawannya kali ini jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

Randika, di sisi lain, memberi jawaban pada mereka melalui aksinya.

Tidak disangka-sangka, Randika menghantam tanah dan membuat lubang di bawah kakinya. Serangan semua orang melewati dirinya dan tidak ada satupun yang mengenai dirinya. Sesaat setelah itu, sosok Randika sudah tidak terlihat di dalam lubang. Mendadak, Randika sudah berdiri di hadapan pak tua Fan dan melancarkan tinju menuju perut si kakek ini.

Dark Knife dan Jessica langsung menyadari posisi Randika setelah pak tua Fan itu terpental tinggi ke langit. Tetapi bagi Jessica semua itu sudah terlambat, Randika sudah tiba di hadapannya dan melancarkan sebuah tendangan. Serangan Randika ini benar-benar terlalu mendadak, Jessica sama sekali tidak bisa bereaksi.

OHOK!

Jessica yang menerima tendangan tepat di perutnya itu memuntahkan seteguk darah ketika dia terkapar di tanah.

Yang berdiri sekarang hanyalah Dark Knife, tatapan matanya penuh dengan kewaspadaan. Dia tidak mengira Randika bisa mengalahkan dua temannya itu hanyal dalam waktu singkat.

Dark Knife merasakan hawa udara di belakangnya berubah, dia langsung bersiaga dan menoleh ke belakang. Kemudian pisau tersembunyi di sepatunya itu keluar dan menendang ke arah Randika.

Namun tiba-tiba, Dark Knife merasakan dadanya remuk dan dia pun terpental jauh ke belakang.

Dark Knife telah kalah!

Ketika berhadapan dengan Ares, bahkan pembunuh kelas atas dunia seperti Dark Knife bukanlah tandingannya!

Semua orang termasuk Ivan dan bawahannya itu terpukau dengan hasil akhir ini, kekuatan Randika memang luar biasa.

Randika lalu menatap Ivan dan berkata dengan nada dingin. "Masih ada lagi?"

Dengan kata lain, cuma segini kemampuanmu?

Melihat wajah tenang Randika, Ivan sudah benar-benar marah. Sepertinya dia harus memainkan kartu terakhirnya.

Ivan mengangguk pada pengawal di sampingnya. Kemudian 3 pengawal itu memberikan orang-orang yang masih sadarkan diri itu sebuah pil dan menelannya. Melihat hal ini, Randika mengerutkan dahinya.

Pada saat ini, orang-orang yang menelan pil obat itu berjalan menghampiri Randika dengan mata yang semerah darah. Efek dari obat sepertinya mulai bekerja.

Randika terkejut ketika melihat pergerakan orang-orang ini yang mirip zombie, namun pada saat ini Ivan sudah berteriak pada anak buahnya. "Bunuh dia!"

Ivan tidak peduli lagi, dia hanya ingin Randika mati hari ini.

Mendengar teriakan Ivan ini, semua orang yang masih bisa bertarung berdiri kembali dan menerjang ke arah Randika. Tentu saja orang-orang yang meminum pil obat tadi itu juga mulai berlari ke arah Randika.

Randika memiliki sebuah dugaan dari obat yang telah mereka minum itu, tetapi dia tidak berani memikirkannya. Oleh karena itu, dia ingin membuktikan teorinya itu dan menyerang mereka terlebih dahulu.

Tanpa ragu, Randika menancapkan pedang yang dia dapat dari tanah pada pundak seorang musuhnya. Namun, orang yang tertusuk itu sama sekali tidak tumbang meskipun darah sudah mengucur deras. Bahkan wajahnya tersenyum lebar pada Randika sambil dia mencabut pedang yang menancap di pundaknya.

Semua orang yang melihatnya terkejut. "Hah, orang itu gila apa? Apa dia tidak bisa merasakan sakit?" Kata Hannah.

Hati Randika langsung mengepal, tetapi dalam sekejap dia sudah terkepung. Dark Knife dkk sudah kembali ikut bertarung meskipun terluka.

Serangan tangan kanan Randika berhasil mematahkan kaki musuhnya tetapi dengan santai orang tersebut menyerang Randika tanpa memedulikan rasa sakitnya. Randika lalu menyerang lagi dan berhasil mematahkan lengan musuhnya. Namun hal itu tidak membuat orang itu berhenti menyerang Randika, bahkan sepertinya lengannya yang patah itu tidak terasa sama sekali bagi dirinya.

Obat zombie?

Setelah beberapa kali menyerang, dugaan Randika terbukti benar. Orang-orang itu telah meminum pil yang sama dengan para pembunuh dari mafia Italia utusan Naoki Moretti. Bahkan efek dari pil obat itu jauh lebih gila lagi daripada yang dulu.

Ivan menatap Randika, wajahnya sudah dipenuhi dengan aura kebencian. Kali ini apakah dia bisa membunuh pasukan yang telah membuang sisi manusiawinya?

Orang-orang yang telah memakan pil itu sama sekali tidak takut oleh Randika, mereka tidak segan-segan untuk menukar salah satu tubuh mereka apabila mereka berhasil melukai Randika. Ditambah dengan serangan Dark Knife, Jessica dan pak tua Fan, Randika mulai terpojok.

Randika mulai kewalahan, serangan tanpa henti Dark Knife dkk dan para ahli bela diri lain datang dari segala arah. Belum lagi zombie-zombie yang terus berdiri meskipun kaki mereka patah.

"Kak Inggrid bagaimana ini? Bisa-bisa kak Randika mati kalau terus-terusan seperti ini." Hannah dan Inggrid menatap Randika sambil berdoa dalam hati mereka.

Meskipun terpojok, Randika baru menerima luka pertamanya setelah bertarung selama 2 menit penuh. Orang yang meminum pil zombie itu berhasil menangkap tangan Randika meskipun dia sudah tidak akan pernah bisa berjalan lagi. Kesempatan ini digunakan oleh Dark Knife untuk membunuh Randika. Meskipun serangan pisau Dark Knife meleset, Randika masih mendapatkan pukulan telak dari pak tua Fan.

Randika tidak sempat menarik napas karena serangan berikutnya sudah datang. Sepertinya Randika benar-benar terpojok kali ini!

Ivan mendengus dingin dan tersenyum lebar, kali ini Randika pasti mati.

Randika mulai menangkis serangan itu satu per satu, tetapi pada saat ini kekuatan misterius dalam tubuhnya mulai bergejolak.

"Tidak, jangan sekarang!"

Dalam sekejap, Randika yang terlihat tenang itu meraung keras menghadap ke langit. Setelah itu dia menerjang ke depan bagaikan serigala dan membunuh siapapun yang berani menghadangnya.

Dark Knife, pak tua Fan dan Jessica langsung mengambil jarak, mereka tahu bahwa ada perubahan di dalam diri Randika. Namun, semua itu sudah terlambat bagi Jessica. Di tengah langkah mundurnya itu, Randika berhasil menangkap kakinya dan membantingnya dengan keras. Untung saja Jessica mendarat di salah satu badan orang yang sedang pingsan, kalau tidak dia pasti sudah mati. Perempuan bajak laut itu langsung tak sadarkan diri.

Randika benar-benar seperti berubah menjadi binatang buas, tidak ada orang yang bisa mengimbangi dirinya. Satu per satu orang dibunuh oleh Randika tanpa ampun, tidak ada yang bisa menghentikannya!

Ketika Ivan melihat perubahan medan tempur ini, ekspresi wajahnya berubah menjadi muram. Jika terus seperti ini maka semua bawahannya itu pasti mati tanpa tersisa.

Ketika dia bimbang, dia menyadari sosok Inggrid dan Hannah yang sedang bersembunyi. Dalam sekejap dia memiliki ide brilian.

Randika, yang sedang membunuh, tiba-tiba mendengar suara Ivan yang keras. "Berhenti atau aku akan membunuh mereka."

Ketika Randika menoleh, dia menemukan bahwa Ivan dan pengawalnya sedang menyandera Inggrid dan Hannah. Leher kedua perempuan itu sudah terancam oleh bilah pisau yang tajam.

Api amarah Randika justru semakin meluap-luap.

"Bedebah! Berani-beraninya kau menyentuh perempuanku!"

Tidak takut dengan gertakan Randika, Ivan lalu menyayat pinggang Hannah tanpa ragu. Teriakan sakit bercampur ketakutan Hannah memenuhi medan tempur yang mengenaskan ini.