Chapter 237: Perpisahan

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Namun Randika tidak bisa menyepelekan kasus ini. Sebelum Bulan Kegelapan benar-benar mati, ancaman bahaya ini selalu mengintai dirinya. Dia tidak bisa membiarkan kanker ini terus berkembang hingga besar.

Setelah beberapa hari pasca kejadian di kota Kamakura, masih belum ada kabar mengenai markas utama Bulan Kegelapan. Bahkan pasukan Bulan Kegelapan yang diinterogasi tidak mengatakan apa-apa.

Hanya dalam 2 hari, seluruh markas Bulan Kegelapan yang mereka tahu telah hancur. Dan terlebih mereka berhasil merebut istana mereka kembali! Dengan perencanaan yang teliti oleh Catherine dan juga tidak adanya bala bantuan membuat mereka bisa merebutnya kembali dengan mudah.

Pada saat ini, nama pasukan Ares sudah menggema di telinga orang-orang. Memanfaatkan kesempatan ini, Catherine dan Randika memutuskan untuk merekrut lebih banyak orang dan menstabilkan fondasi mereka.

Sebelumnya pasukan mereka ini terlalu sederhana, tetapi kali ini Catherine ingin memperdalam fondasi mereka. Dia ingin merekrut lebih banyak peneliti, mekanik dan ahli komputer. Proses perekrutan ini akan diawasi langsung olehnya dan Yuna agar tidak kemasukan mata-mata.

Beberapa hari setelahnya Yuna dan Catherine mengantar Randika ke bandara. Mereka berangkat secara diam-diam dan tidak memberitahu para jenderal dan letnan lainnya. Kalau tidak, mengingat sifat mereka semua, Randika bisa-bisa tidak bisa kembali ke Indonesia.

"Kalau begitu sampai di sini ya. Aku serahkan sisanya pada kalian berdua." Kata Randika sambil tersenyum.

Yuna yang cemberut itu tiba-tiba sudah berurai air mata. Kedua dada supernya itu menempel erat dengan Randika.

"Aku mohon jangan pergi, aku masih ingin bersamamu. Lagipula kamu juga belum bertemu dengan adikku." Yuna menangis di dadanya Randika.

"Yuna, aku tahu kamu kesepian tetapi bukankah Kyoko, Catherine dan yang lain ada bersamamu? Aku yakin kamu bisa mengatasi semua masalah dengan baik tetapi jika kamu membutuhkanku, kamu tinggal menghubungiku."

Catherine yang ada di samping ikut tersenyum. "Tuan, bagaimana kalau kamu membawa Yuna bersamamu? Aku akan mencari orang yang tepat untuk menggantikan posisinya di divisi intelijen."

"Benarkah? Aku bisa pergi bersamamu?" Wajah Yuna terlihat berbinar-binar.

Randika menggelengkan kepalanya. "Maaf untuk divisi intelijen aku tidak bisa percaya dengan siapapun selain kamu Yuna. Lagipula bagaimana perasaan adikmu kalau kamu mendadak pergi?"

"Tapi…."

"Sudah kamu tenang saja, aku akan menghubungimu lebih sering mulai dari sekarang."

"Janji?"

Randika menganggukan kepalanya dan mengusap kepala Yuna, dia lalu menoleh ke arah Catherine. "Aku mempercayakan pasukan kita padamu, jaga baik-baik rumah kita."

Catherine mengangguk. "Tuan jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan pasukan kita mengalami kejadian memalukan seperti itu lagi."

Randika mengangguk dan tersenyum, mereka berdua memanglah orang kepercayaannya.

"Oya, nanti kalau kalian merekrut orang, dahulukan kesetiaan daripada keahlian." Dengan adanya reorganisasi pasukan, proses perekrutan menjadi kunci kestabilan dan kekuatan mereka. Kalau proses perekrutan ini tidak diawasi dengan baik, bisa-bisa akan terjadi kasus Shadow kembali.

Catherine mengangguk. "Tuan, aku akan membuka markas cabang di Indonesia ketika masalah kita di Jepang ini telah selesai. Lagipula Indonesia merupakan kampung halaman tuan kita."

Cabang di Indonesia?

Randika terkejut, ide yang sangat brilian! Namun, dia berpikir sebentar dan menggelengkan kepalanya. "Hal seperti ini mungkin akan sulit, Arwah Garuda tidak akan membiarkannya."

Setelah berbincang sebentar, Randika masuk untuk melakukan check in.

Ketika dia hendak masuk, terdengar suara mesin yang menggelegar dari belakang. Suara ini langsung membuat semua orang penasaran.

Randika menoleh ke belakang dan tidak bisa menahan dirinya untuk menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

Beberapa motor besar berbaris dengan rapi tepat di luar pintu masuk bandara. Motor yang dikendarai itu benar-benar besar.

Jika ada orang yang mengerti mengenai sepeda motor, mereka tentu akan terkejut. Motor-motor itu adalah Harley Davidson Street Glide. Mesin motor mereka mengerikan dan kecepatannya tidak kalah dengan mobil!

Motor-motor itu berbaris rapi dan di belakangnya terlihat beberapa mobil sport lainnya seperti Rolls Royce, Ferrari dan Lamborghini. Satu per satu mobil itu berhenti dan parkir dengan rapi, sepertinya sedang terjadi parade mobil mewah.

Semua orang terkejut bukan main, motor dan mobil mewah ini kenapa tiba-tiba berkumpul di tempat ini?

Sebuah mobil yang parkir di samping Lamborghini itu tidak bisa tidak merasa minder. Dengan menggosok matanya dengan keras, dia bermimpi suatu saat nanti akan memiliki mobil seperti itu.

Satu per satu orang mulai merekam kejadian unik ini dengan HP mereka. Setelah beberapa saat, semua orang yang di dalam mobil keluar dan berjalan menghampiri pintu masuk bandara.

Randika menggelengkan kepalanya dan tertawa pahit. Dia lalu menatap Yuna dan menghela napas.

Sepertinya Yuna memberitahukan kepergiannya pada semua orang.

Tidak lama kemudian, semua pasukannya yang memakai jas hitam itu berdiri di hadapannya Randika.

Dion, Polemos, Serigala, Jin, Singa dan yang lain tampak seperti mafia. Sedangkan Kyoko memakai dress China yang memperlihatkan kaki panjang dan mulusnya, benar-benar menggoda.

Jika saja bukan karena luka di mukanya, Kyoko sudah menjadi perempuan tercantik yang pernah dilihatnya.

Semua pasukannya itu, dipimpin oleh 5 jenderal, bersamaan membungkuk ke arah Randika.

"Selamat jalan tuan!"

Suara yang keras itu dapat terdengar di seluruh pelosok bandara, semua orang terkejut bukan main ketika mendengarnya.

Pemuda itu bos dari semua orang itu?

Benar-benar tidak masuk akal.

Randika menghela napas lalu tertawa dengan keras.

"Siapa yang akan menemaniku berlatih pedang coba?" Raihan menghela napas sambil membawa pedang besarnya di punggungnya. Frank lalu memarahinya. "Sudah jangan menambah beban tuan kita lagi. Tolong maafkan dia, berangkatlah dengan hati yang tenang dan serahkan yang di sini padaku."

"Benar bos, aku akan menjaga rumah kita ini!" Singa merobek jasnya sambil mengeluh. "Sialan, baju seperti ini memang tidak cocok untukku."

Melihat tingkah laku Singa yang memalukan, Jin sudah geleng-geleng. Dia sangat membenci sikap Singa yang seenaknya.

Matthew dan Martin tersenyum. "Tuan, Anda harus kembali!"

"Jangan khawatir." Randika tersenyum. Kali ini Dion dan Polemos maju dan menyampaikan salam perpisahan mereka.

"Karena aku tidak ada di sini, jagalah baik-baik saudara-saudara kita."

"Jangan khawatir, kita semua akan bertaruh nyawa untuk menjaga warisanmu ini tuan."

Randika memeluk para jenderal dan letnannya.

"Serigala, ketika pasukan kita sudah kuat dan banyak, aku berpikir untuk membuat cabang di Eropa. Bersiaplah untuk kemungkinan itu."

"Kyoko, semakin hari aku melihatmu kecantikanmu itu memang abadi. Jaga dirimu baik-baik."

........

Dengan begini Randika sudah berpamitan dengan semuanya, dia sekarang sudah siap pulang ke Indonesia.

Para pengunjung yang lain masih tertegun namun perasaan mereka langsung berubah menjadi ketakutan.

"Hoi, jangan menghalangi jalan tuanku! Kubunuh kau!"

Semua orang langsung menyingkir dan memberikan jalan pada Randika.

Randika hanya bisa tersenyum pahit, dia menduga hasil yang seperti ini jika memberitahukan kepergiannya pada semua orang.