Chapter 220: Ambilkan Aku Kopi yang Baru

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Naomi terlihat bersemangat, dia sangat menyukai berbagai macam bela diri.

Randika dan ketiga perempuan ini mulai mengobrol dengan santai. Topik awalnya merupakan cerita perjumpaan pertama Randika dengan Kaori dan topik-topik lainnya. Seperti contohnya ketika mereka melakukan kencan buta berkelompok, Naomi waktu itu berhasil mendapatkan lelaki incarannya dan berhubungan badan dengannya sepanjang malam.

Randika mendengarkan kehidupan sex ketiga perempuan ini sambil berkeringat dingin. Perempuan-perempuan ini tidak sungkan menceritakan pengalaman intim mereka. Meskipun perempuan di Indonesia juga sama terbukanya, mereka tidak akan membicarakannya di depan publik. Naomi juga membahas kemampuan mantan pacarnya yang sangat buruk di atas ranjang dan cepat loyo itu.

Untungnya, topik ini tidak menyinggung nama Randika sama sekali dan Kaori juga tidak membahas pengalaman intim mereka berdua.

Yang paling membuat Randika terkejut, ternyata Kaori sama sekali belum pernah melakukannya! Berarti kalau tidak ada campur tangannya, Haru bisa membuat Kaori ini trauma dengan pengalaman seperti itu.

Jadi kalau malam itu Randika melakukannya hingga akhir, dia akan mendapatkan seorang perawan?

Memikirkan betapa rapat dan ketat jepitan seorang perawan membuat Randika sedikit bersemangat.

"Randika, hei Randika!"

Mendengar suara orang memanggilnya, Randika kembali sadar. Ternyata Kaori memanggil dirinya.

"Minggu depan sepertinya ada pesta, maukah kamu datang bersamaku?" Kaori menatap Randika dengan ekspresi penuh harap.

Pesta?

Setelah memikirkannya, Randika berkata sambil tersenyum. "Kalau aku ada waktu, aku akan pergi bersamamu."

Kaori tersenyum ketika mendengarnya, janji seperti itu sudah cukup baginya.

Randika sendiri tidak berani mengiyakan dengan mudah, urusannya dengan Shadow dan Bulan Kegelapan belum selesai. Jika masalah ini belum selesai, maka Randika tidak bisa tidur dengan tenang.

Di tengah pemikirannya ini, Randika juga harus mengabarkan Inggrid mengenai situasinya. Dia tidak ingin istrinya itu khawatir dengan dirinya.

Randika tidak yakin kapan dirinya bisa pulang ke pelukan Inggrid.

Pada saat ini, keempat orang ini terlihat mengobrol dengan gembira. Namun, pada saat ini pintu kafe ini terbuka kembali. Dan saat ini Randika menyadari bahwa Haru datang bersama dengan dua polisi.

Kaori dan Naomi terkejut ketika melihat Haru membawa-bawa polisi ke dalam masalah mereka ini.

Kedua polisi ini menggenggam erat senjata mereka, sepertinya jika Randika macam-macam maka mereka tidak akan sungkan untuk menembak. Situasi seperti ini membuat semua orang menjadi takut.

"Itu dia penjahatnya, tangkap dia pak!" Haru menunjuk ke arah Randika, dia melaporkan bahwa Randika adalah seorang pencopet yang telah menghajarnya demi uang di dompetnya.

Ketika kedua polisi itu menghampirinya, Randika hanya menatap kedua polisi tersebut sambil tersenyum. Melihat senyuman itu, kedua polisi ini merasakan firasat buruk.

Polisi yang di sebelah kanan berbisik kepada temannya. "Hei, bukannya wajah orang itu tidak asing?"

Setelah diingatkan temannya, sambil berkeringat dingin, polisi itu menyadari siapa sosok Randika itu dan langsung berbalik sambil menyeret temannya.

Tanpa berkata apa-apa, kedua polisi itu berjalan sambil menahan napasnya dan pergi dari kafe ini.

Haru awalnya menatap Randika dengan tatapan dingin, tetapi ketika kedua polisi itu lari dengan terbirit-birit, wajah Haru terlihat bingung. Bukannya para polisi itu akan menangkap penjahat itu? Kenapa mereka malah lari?

"Hei tunggu dulu, mau ke mana kalian! Dia itu penjahat!" Haru berusaha mencegah kedua polisi itu pergi. Semua orang di dalam kafe mulai bertanya-tanya pada diri mereka masing-masing, kenapa polisi itu malah kabur ketika melihat Randika?

Saat kedua polisi itu tertahan di depan pintu kafe, salah satu dari mereka nampak bingung. Dia tidak tahu kenapa temannya itu menyeretnya pergi tanpa menjelaskan apa-apa. Meskipun dia familier dengan wajah penjahat itu, sepertinya dia tidak ingat di mana pernah melihat wajahnya. Bagaimanapun juga, dia sudah cukup tua. Dia hanya menyuarakan rasa penasarannya tersebut ke temannya tetapi reaksi temannya itu ternyata berlebihan.

Temannya itu menjawab. "Takeshi, apa kamu berani menangkapnya? Apa kamu lupa dengan operasi penangkapan kapan hari di sebuah rumah aman?"

Mendengar penjelasan temannya itu, polisi bernama Takeshi itu wajahnya menjadi buruk. Kejadian hari itu benar-benar melekat di ingatannya. Pada hari itu, puluhan mobil hitam mengepung dirinya dan kesatuannya dengan senapan mesin yang besar. Pantas dia pernah melihat wajah itu, orang yang mereka hendak tangkap adalah orang itu!

Dia bersyukur temannya ini berusaha membawa dirinya cepat-cepat keluar dari tempat mengerikan ini sebelum mereka tertimpa nasib buruk.

Pada saat mereka hendak pergi, terdengar suara lantang yang memanggil mereka. "Tunggu!"

Kedua polisi itu langsung menjadi kaku ketika melihat sosok Randika yang memanggil mereka.

Haru benar-benar bingung, kenapa para polisi ini kelihatan ketakutan seperti ini? Dan kenapa mereka menghampiri Randika dengan kepala tertunduk?

Semua pengunjung di kafe juga bertanya-tanya, kenapa kedua polisi itu seperti anak kecil di hadapan Randika?

Naomi dan Kaori juga sedikit bingung ketika kedua polisi itu tiba di meja mereka.

"Ada apa ya?" Salah satu dari polisi itu menguatkan hatinya. Mereka berdua sama sekali tidak berani menyinggung hati orang ini.

"Kopiku sudah habis, ambilkan yang baru untukku." Randika menyodorkan cangkir kopinya yang sudah kosong sambil menatap tajam mereka.

Keduanya menghembuskan napas lega dan berusaha mengambilkan kopi yang baru. Tetapi sayangnya cangkirnya hanya ada satu, salah satu dari mereka harus terjebak di meja ini.

Haru yang melihat kejadian ini hanya bisa menganga, apa orang itu Yakuza?

Yakuza merupakan sindikat terorganisir di Jepang, bisa dikatakan bahwa mereka adalah mafia Jepang. Pengaruh mereka di bidang politik, ekonomi dll sangatlah besar dan tentu saja kepolisian tidak lepas dari pengaruh mereka.

Melihat kemungkinan itu besar, Haru menjadi takut. Tidak ada alasan lain yang bisa membuat kedua polisi itu ketakutan dan menuruti Randika seperti anjing. Kejadian seperti ini hanya bisa disimpulkan bahwa Randika bukan orang sembarangan.

Kedua polisi itu memutuskan pergi berdua untuk mengambilkan kopi yang baru buat Randika. Mereka menaruh cangkir tersebut dengan pelan.

"Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" Polisi itu bertanya dengan pelan.

"Tidak ada." Randika menyesap kopinya dan berkata dengan santai. "Omong-omong, orang yang menuduhku itu punya sejarah kejahatan yang panjang. Periksa saja riwayat hidupnya."

Kedua polisi itu mengangguk dengan cepat dan, di bawah arahan Randika, menangkap Haru untuk diinterogasi.

"Lepaskan aku! Kalian menangkap orang yang salah!" Haru meronta-ronta ketika hendak diborgol.

Semua orang di kafe sudah tidak tahu harus berkata apa, mereka menatap Randika dengan perasaan kagum sekaligus takut. Siapa orang itu sebenarnya?

Kedua teman Kaori ikut menjadi takut tetapi Kaori terlihat biasa-biasa saja. Dia sudah melihat adegan di rumah aman Randika jadi dia mengerti bahwa Randika bukanlah orang sembarangan.

Setelah beberapa saat, suasana meja yang awalnya meriah itu menjadi hening. Naomi menyeret Kaori dan berbisik di telinganya. "Hei, pacarmu itu siapa sebenarnya? Kenapa dia terlihat menakutkan seperti itu?"

Kaori menggelengkan kepalanya. "Aku sendiri tidak tahu."

Naomi geleng-geleng dan tatapan matanya bertemu dengan Randika. Sepertinya dia makin penasaran dengan identitas asli pria ini.

Randika mengambil cangkir kopinya yang penuh itu dan tersenyum. "Jika kamu menatapku seperti itu, bisa-bisa kopiku ikut dingin."

Keempat orang ini kembali bercanda sebentar. Dan ketika kopinya sudah habis, Randika berniat untuk pergi.

Naomi sambil tersenyum berkata pada Randika. "Bukankah seorang pria sejati seharusnya mengantar ceweknya pulang dengan selamat?"