Chapter 218: Kekuatan Misterius

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Randika mengangguk dan para pentolan pasukannya itu mulai menghampiri dirinya. Singa memecah keheningan dengan bertanya. "Kenapa Anda bersimbah darah seperti itu tuan?"

Jin sedikit marah dengan kelancangan Singa. "Jaga sikapmu, kalau tadi tuan kita tidak ikut turun tangan maka kita bisa-bisa kalah. Kau juga tadi hampir dihabisi lawanmu bukan?"

"Hah? Maksudmu apa?" Singa tidak terima. "Mau coba adu kekuatan?"

Jin memalingkan wajahnya dan tidak peduli dengan provokasi temannya itu.

Randika berkata dengan nada datar pada mereka. "Ambil mayat-mayat saudara kita dan kubur mereka dengan penuh hormat, sisanya bakar saja."

Semuanya mulai sibuk membersihkan medan tempur yang kacau ini, pertempuran di rumah bangsawan ini telah berakhir dengan kemenangan.

.........

Setelah kembali ke rumah amannya, Randika merasakan kekuatan misterius di dalam tubuhnya mulai menyerang dirinya kembali.

Sesampainya di kamar tidurnya, tubuhnya bergetar tanpa henti. Randika dengan cepat membuka bajunya dan mengambil jarum akupunturnya. Setelah menusukannya, dia mengambil obat dari kakek ketiganya dan meminumnya dua butir.

Keberadaan kekuatan misterius di tubuhnya itu benar-benar aneh. Randika selama ini kesusahan mengontrol kekuatan misteriusnya itu dan membutuhkan ramuan X untuk mengontrolnya dengan sempurna.

Tetapi kalau bukan karena kekuatan misteriusnya itu, seharusnya dia sudah mati di ruang rahasia bawah tanah yang dipersiapkan Shadow.

Dan sekarang, kekuatan misteriusnya itu lagi-lagi berusaha mengambil alih tubuhnya.

Setelah memikirkan hal ini dengan baik, Randika merasa kekuatan misterius ini sendiri sangatlah aneh. Semua berawal dari pertarungannya dengan salah satu ahli bela diri di kawah gunung berapi. Meskipun Randika berhasil membunuhnya, lawannya itu berhasil melukainya cukup berat.

Pada saat itu, kekuatan misterius itu muncul di dalam tubuhnya. Randika mengira keberadaan kekuatan misterius itu muncul karena lukanya, tetapi setelah dipikir baik-baik semuanya terlihat aneh.

Sebuah luka tidak mungkin menyimpan kekuatan yang begitu besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sembuh. Pada saat itu, dia memang belum mencapai posisinya seperti sekarang tetapi bukan berarti dia lemah. Lawannya sendiri juga bukanlah ahli bela diri yang terkenal.

Jadi bisa disimpulkan bahwa kekuatan misterius itu tiba-tiba muncul di tubuhnya tanpa sebuah alasan yang jelas.

Randika mengerutkan dahinya ketika menyadari hal ini. Kekuatan misterius macam apa yang bersemayam di dalam dirinya? Kenapa dia tidak dapat mengontrolnya sesuka hatinya? Lagipula saat dirinya berusaha menyerapnya, saat dia diganggu oleh Hannah, dia sama sekali tidak berdaya di hadapan kekuatan misterius ini.

Dan berkat ledakan energi tadi, Randika bisa mengetahui bahwa kekuatan misterius di dalam tubuhnya itu lebih kuat dari dugaannya. Dia selalu meremehkannya maka dari itu dia tidak bisa mengontrolnya.

Memiliki bom waktu di dalam dirinya benar-benar membuat dirinya gelisah.

Ledakan energi di ruang bawah tanah itu benar-benar luar biasa, sampai-sampai seluruh pori-porinya terbuka dan memuntahkan darah. Meskipun sebelumnya itu menyelamatkan nyawanya karena mengeluarkan darah kotor yang berisi racun, apabila ini terjadi lagi bisa-bisa tubuhnya akan mati kehabisan darah.

Kekuatan tidak terkendali seperti ini benar-benar berbahaya. Tetapi jika Randika berhasil mengendalikannya, dia akan bertambah kuat!

Para kakeknya mengerti akan hal seperti ini tetapi mereka memutuskan untuk tidak memberitahunya.

Merasakan kekuatan misterius dalam tubuhnya makin melawan dengan gigih, oleh karena itu dia langsung meminumnya dua butir sekaligus.

Dengan bantuan obat dari kakeknya itu, tiba-tiba, kekuatan misterius yang mengamuk itu mulai tenang kembali dan perlahan menghilang.

Setelah sekian lama, Randika menghembuskan napas lega dan membuka matanya. Akhirnya kekuatan misterius dan tenaga dalamnya mencapai harmonisasi.

Setelah merasa baikan, Randika berniat untuk mandi dan beristirahat.

Di tengah mandinya, dia masih memikirkan kekuatan misterius dalam tubuhnya itu. Jika bukan karenanya, dia sudah mati oleh racun yang dibuat khusus oleh Shadow. Tetapi karena kekuatannya itu jugalah yang membuat Shadow berhasil lolos.

Kekuatan ini benar-benar merupakan kutukan sekaligus berkat.

Setelah selesai mandi, rasa lelah di dalam tubuhnya telah hilang. Sekarang rasa lapar yang melanda dirinya. Tidak ingin merepotkan anak buahnya, Randika memutuskan untuk pergi secara diam-diam untuk mencari makan.

Orang Jepang sangat terkenal dengan masyarakatnya yang suka berjalan jadi kedua sisi jalan benar-benar ramai.

Setelah merasakan kejamnya medan tempur dan berada di tengah canda tawa orang-orang, suasana hati Randika mulai membaik. Namun, tatapan matanya sekarang terkunci pada satu sosok perempuan.

Kaori? Benar-benar kebetulan!

Randika sedikit terkejut, namun pada saat ini, Kaori menyadari keberadaan Randika dan tersenyum pada pria misterius tersebut.

Kaori melambaikan tangannya dengan semangat. Dan ketika Kaori hendak mengawali percakapan, dia menyadari bahwa dia tidak tahu namanya Randika.

"Benar-benar kebetulan." Randika tersenyum.

"Iya." Kaori menganggukan kepalanya dengan cepat dan menatap Randika. "Aku tidak menyangka aku akan bertemu denganmu di sini. Mungkin kita berdua ditakdirkan bersama."

Randika mengingat kembali malam mereka berdua di kamar, Randika hampir saja melakukan hubungan badan dengan Kaori. Namun setelah memikirkannya, kenapa tidak?

"Apa kamu mau minum kopi bersama?" Kaori mengundang Randika.

Tentu saja Randika tidak punya alasan untuk menolak, jadi mereka berdua berjalan menuju sebuah kafe.

Mereka duduk di pojokan dan setelah memesan minumannya, Kaori berkata pada Randika. "Sepertinya kita belum saling memperkenalkan diri kita masing-masing."

"Namamu Kaori bukan? Benar-benar nama yang bagus." Randika tersenyum. "Namaku adalah Randika."

"Apakah kamu sudah baik-baik saja?" Kaori tiba-tiba menjadi cemas.

Randika tersenyum sambil menyesap minumannya. "Sudah jauh lebih baik. Kebaikanmu dalam merawatku malam itu benar-benar membantuku. Jika kamu bisa membantuku lagi, aku rasa aku akan jauh lebih baik lagi."

Setelahnya Randika selesai berbicara, Kaori tersenyum lebar. Kejadian malam itu masih membekas di dalam ingatannya. Dia mengira malam itu akan menjadi malam yang panas setelah foreplay yang sungguh intens dengan Randika. Namun, dia tidak menyangka setelah dadanya berlumuran sperma dan keningnya dicium, sosok Randika tiba-tiba menghilang dari dalam ruangan.

Ditinggal seperti itu benar-benar perasaan yang tidak enak. Apalagi Kaori sudah lama tidak terangsang seperti itu.

Kaori tersenyum dan bertanya. "Kapan kamu ada waktu? Aku bebas sepanjang hari kok."

Kaori dapat menyadari dengan jelas bahwa perkataan Randika mengacu pada hubungan mereka yang belum selesai itu, dan dia sendiri tidak sabar!

Randika tersenyum dan menggenggam tangan Kaori sambil mendekatinya. "Bagaimana kalau malam ini? Apakah kamu mau datang ke tempatku?"

"Sungguhan?" Mata Kaori terlihat berbinar-binar. Dia sudah lama tidak tidur dengan laki-laki dan dia sudah tidak sabar mencicipi barang Randika yang besar itu.

Malam ini akan benar-benar panjang!

Randika mengedipkan matanya. "Tapi aku punya cara lain yang lebih efektif biar tubuhku ini bisa cepat sembuh."

"Cara apa?" Tanya Kaori dengan penasaran.

Randika duduk di samping Kaori dan berbisik di telinganya. Kaori tidak bisa menahan tawanya setelah mendengarnya. Dia terlihat malu-malu dan akhirnya setuju.

Randika memperhatikan tidak ada orang di sekitar mereka dan, dengan mata penuh hawa nafsu, dia meletakkan tangannya tepat di paha Kaori yang mulus.

Tubuh Kaori tiba-tiba menjadi kaku, tetapi setelah menatap Randika dia menjadi tidak takut.

"Benar-benar mulus." Puji Randika. Dia dapat merasakan kulit yang halus dan mulus itu dalam sekejap. Namun, Kaori sudah tidak sabar lagi. Perempuan ini bertindak duluan dan mencium Randika, bibirnya dengan sempurna menutup bibirnya Randika.

Orang-orang di luar negeri lebih terbuka dengan hal-hal seperti ini, jadi Kaori tidak sungkan memainkan lidahnya dengan intens.

Setelah berciuman cukup lama, Kaori melepaskan bibirnya dan menatap Randika dengan wajah merahnya. Dia tidak bisa berhenti tersipu malu. Petunjuknya ini benar-benar jelas, seharusnya Randika tahu apa yang akan terjadi berikutnya bukan?

Randika malah tersenyum nakal dan berbisik di telinga Kaori. "Ada yang ingin kuberitahu padamu."

Hati Kaori mengepal, apa yang akan dikatakannya? Tetapi mendadak, Randika merangkul dirinya dan memberikannya ciuman panas.

Meskipun terkejut, Kaori menyambut ciuman ini. Lidah mereka sudah tidak bisa berhenti, para pengunjung lain hanya bisa geleng-geleng dan pura-pura tidak melihat.

Kenapa mereka tidak mencari ruangan coba? Buat apa pamer seperti itu?

Namun pada saat ini, suara seorang perempuan terdengar. "Wow, kamu sudah punya pacar baru ya?"

Ketika mendengar suara familier itu, Kaori dengan cepat melepaskan kuncian bibir Randika. Wajahnya sudah benar-benar merah.

Randika menoleh dan melihat dua perempuan sedang berdiri di samping mejanya. Dia sama mudanya dengan Kaori dan terlihat bersemangat. Sepertinya dia teman sekelas Kaori di kuliah.

Randika tersenyum dan menyapa mereka. "Selamat siang."

Kedua perempuan itu membalas salam ramah Randika dan duduk di meja mereka. "Aku tidak menyangka kamu sudah move on seperti itu. Terlebih pacarmu kali ini cowok ganteng seperti ini."

Mendengar pujian seperti ini, Randika sedikit besar kepala. Kata-kata seperti ganteng atau tampan sangat enak untuk didengar. Dia sendiri sudah sadar bahwa dia ganteng tetapi ketika orang lain yang mengatakannya, Randika tidak bisa berhenti tersenyum.

"Sudah ah jangan gitu dong Naomi." Kata Kaori. "Cepat pesan minumanmu."

"Aduh aku tinggal minta punyamu sedikit juga bisa bukan? Aku hanya ingin mendengar bagaimana kalian berdua bertemu." Naomi dan temannya terlihat bersemangat, bergosip selalu menjadi acara paling menarik bagi perempuan.

Randika mengambil cangkir kopinya dan meminumnya. Sepertinya tidak baik untuk dirinya yang menjelaskan.

"Itu semua hanya kebetulan." Kata Kaori sambil tersenyum. "Lain kali aku akan menceritakannya."

"Aduh tidak asyik nih kamu. Kemarin ngomongnya kamu sudah benci laki-laki, sekarang malah kamu meninggalkan kita dan asyik dengan pacarmu!"

Pada saat mereka bercanda seperti ini, pintu kafe terbuka dengan keras dan beberapa orang masuk ke dalam toko. Randika memperhatikan orang yang masuk tersebut dan menyadari bahwa orang itu adalah Haru, mantan Kaori yang kasar itu.

Haru berpenampilan seperti seorang berandalan sambil merangkul seorang perempuan. Teman-temannya juga nampak seperti seorang berandalan.

Ketika Haru masuk, matanya menemukan Kaori sedang duduk di pojok ruangan. Dalam sekejap suasana hati Haru menjadi buruk.

Kaori sedang sibuk bercanda dengan kedua temannya sebelum akhirnya menyadari keberadaan Haru.

"Sedang apa di sini?" Wajah Kaori menjadi dingin, dia sama sekali tidak ingin melihat wajah mantannya itu.

"Terserah aku kan." Haru mendengus dingin. Teman-temannya segera mengepung meja Kaori.

Naomi mengerutkan dahinya dan membentak. "Kaori sudah tidak punya hubungan apa-apa dengan sampah sepertimu. Sudah sana pergi."

"Aku hanya ingin melihat kondisi wanita yang pernah kucintai ini." Kata Haru dengan wajah yang dingin dan masih merangkul perempuannya.

Mendengar kata-kata Haru itu, Randika mengerutkan dahinya dan darah Naomi sudah mendidih.

"Jaga kata-katamu itu." Naomi menjadi marah. "Jangan kira kami tidak tahu perbuatanmu, kau harusnya malu menganggap dirimu seorang pria!"