Chapter 204: Serangan Kelereng

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Seperti orang normal lainnya, Kaori tentu saja mengangguk pada Randika hanya untuk mendapatkan kesempatan kabur atau mencari pertolongan. Tetapi melihat Randika yang begitu pucat dan kesakitan, insting keibuannya mengambil alih. Mungkin orang ini bukanlah orang jahat, mungkin orang ini benar-benar butuh bantuan.

"Apa kamu baik-baik saja?" Kaori membungkuk dan bertanya dengan nada cemas.

Randika yang menutup matanya itu mengangguk. Dia sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, obat kakek ketiganya ini sudah bekerja dengan baik. Efek samping dari obatnya juga berhasil ditahan oleh Randika.

Kaori menatap Randika, yang terus menerus menutup matanya sambil berkeringat deras. Meskipun orang ini telah menerobos masuk rumahnya, perempuan ini benar-benar cemas dengan kondisi Randika. Namun pada saat ini, terdengar teriakan dari bawah.

"Kaori!"

Kaori mengerutkan dahinya, sepertinya orang menyebalkan itu datang lagi.

Memakai bajunya, Kaori langsung berlari menuju pintu. Sesaatnya membuka pintu, pria berambut pirang berdiri sambil mengunyah permen karet dan terlihat kasar.

Sambil tersenyum pria ini menatap Kaori dengan tatapan mesum. Sementara Kaori, dia sendiri ingin menutup pintunya dan mengusir pria itu cepat-cepat.

"Ah!" Kaki pria itu dengan cepat menahan pintu lalu berkata sambil tersenyum. "Hei, bukannya kamu sudah berjanji untuk pergi bersamaku malam ini?"

"Hah? Memangnya siapa yang mau pergi sama kamu?" Kaori berusaha sekuat tenaga menutup pintunya tetapi semua itu sia-sia, bagaimanapun juga dia adalah perempuan.

"Sudahlah jangan malu-malu gitu, aku tahu kamu masih memiliki hati untukku. Bagaimana kalau malam ini aku akan membuatmu melayang bagai ke surga?"

"Sudah kubilang kalau kita itu sudah putus! Jangan bawa-bawa aku ke halusinasimu itu, aku sudah membencimu. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi, jadi bawa sana narkobamu dan pergi ke bar sama cewek lain sana. Aku bukan perempuan yang bisa kamu peralat lagi."

Kaori benar-benar sudah tidak dapat menahan dirinya lagi, suaranya benar-benar keras. Suaranya itu sampai terdengar sampai ke telinga Randika.

Mantan pacar Kaori, Haru, mendorong pintu hingga dirinya bisa masuk, membanting pintunya dan menatap Kaori dengan ekspresi dingin.

"Apa maumu? Kamu sendiri yang ingin pisah waktu itu." Kaori mendengus dingin. "Sekarang permintaanmu itu sudah terkabul, kau malah datang ke sini? Bawa otak bodohmu itu keluar dari rumahku!"

"Aku hanya bercanda waktu itu." Haru menggelengkan kepalanya. "Bukannya wajar pasangan bertengkar? Sudahlah jangan marah-marah terus."

"Aku yang tidak sudi berpacaran dengan pecandu sepertimu." Wajah Kaori benar-benar dingin. "Bahkan aku sudah berniat meninggalkanmu sebelum kau yang memintanya. Sudah narkobaan, main cewek, memukulku, mengambil uangku, kau berharap aku masih memaafkanmu? Aku sudah muak dengan tingkah lakumu itu, cepat keluar!!"

Senyuman Haru berubah menjadi ekspresi datar. "Tidak pernah ada wanita yang berani berkata seperti itu padaku, aku akan membuatmu menyesal."

"Aku tidak peduli, keluar!!" Kaori hendak membuka pintu dan memaksa Haru keluar tetapi tiba-tiba, Haru memukul pintu tersebut dan pintu tertutup kembali.

Sekarang keduanya saling berhadap-hadapan.

"Orang tuamu sedang tidak di rumah bukan?" Haru menatap tubuh Kaori lekat-lekat.

"Memangnya apa pedulimu?" Kaori sendiri aslinya sedikit takut tetapi dia tidak boleh menunjukannya. "Jika kau berani macam-macam, aku akan menuntutmu masuk tanpa ijin."

"Kau mengancamku?" Wajah Haru sudah benar-benar buruk rupa. "Kita lihat apa kau masih bisa bicara seperti ini setelah aku memperkosamu!"

Mendengar kata-kata itu, Kaori berniat untuk lari ke lantai atas tetapi tangannya dicegat oleh Haru.

"Kembali sini pelacur!"

Darah Haru sudah mendidih, dia menjambak Kaori dan membenturkannya pada tembok. Tangan kanannya menahan kedua tangannya Kaori di atas tembok.

Kaori yang diserang mendadak itu ketakutan, dia berusaha melarikan diri. Meskipun sudah meronta-ronta, tangannya ataupun kakinya sama sekali tidak bisa bergerak. Kekuatan fisik Haru benar-benar membuatnya tidak berdaya.

Haru menatap Kaori dengan tatapan dingin, lalu sambil tersenyum, dia mencekik leher Kaori dengan tangan kirinya. "Hari ini kau akan mengandung anakku!"

Bersamaan dengan itu, tangan kirinya merobek baju milik Kaori. Dalam sekejap, pakaian dalam yang dikenakan Kaori, yang telah dilihat Randika, terekspos kembali.

"Buat siapa kau memakai pakaian dalam bagus seperti ini?" Haru mengerutkan dahinya sedangkan Kaori masih terus berusaha melarikan diri.

Mereka baru saja putus beberapa minggu dan perempuan ini sudah punya pasangan baru? Pemikiran ini membuat Haru benar-benar marah dan tidak sabar lagi membuat Kaori untuk menjadi miliknya selamanya.

Dengan tangan kanannya masih menahan kedua tangan Kaori, Haru berusaha melepas celananya dengan tangan kirinya. Pada saat ini, Kaori mengumpulkan tenaga pada lututnya dan menendang alat kelamin Haru dengan keras. Dalam sekejap, tangan Haru yang menahan kedua tangannya menjadi lemah dan Haru berlutut kesakitan di lantai.

Melihat Kaori yang hendak kabur, Haru, dengan wajah marah, menangkap kaki Kaori dan menyeretnya kembali.

"Mau lari ke mana?"

"Tidak, tolong!!"

Kaori yang kepalanya terbentur di lantai itu berteriak minta tolong. Sedangkan Haru sudah berada di atas Kaori sambil tersenyum. "Jangan kira kau bisa lari dariku."

Mendengar permintaan tolong tersebut, Randika akhirnya bergerak.

Setelah menoleh ke sekelilingnya, dia menemukan kotak yang isinya kelereng.

Haru sudah menatap dada yang sudah lama dia tidak nikmati di bawahnya. Sambil melepas celananya kembali, dia berusaha melepas beha milik Kaori. Hari ini dia akan menghamili Kaori dan membuatnya tidak bisa lepas dari dirinya untuk selamanya!

Namun pada saat ini, sejumlah kelereng telah ditembakan secara beruntun dan mendarat di wajah Haru!

"Ah!"

Mendapatkan 3 tembakan kelereng tersebut, rasa sakit tersebut membuat darah Haru makin mendidih.

"Siapa itu?"

Mata Haru tertuju pada lantai 2 tetapi dia tidak menemukan apa-apa, saat dia menatap Kaori kembali, sebuah kelereng kembali melayang dan mengenai wajahnya.

Haru makin marah. "Tunjukan dirimu atau aku akan … Ah!"

Bahkan sebelum dirinya selesai berbicara, kelereng tersebut kembali mendarat di wajahnya. Kali ini serangannya benar-benar mengerikan, kelereng tersebut mengenai giginya. Rasa sakitnya itu sungguh menyakitkan bahkan giginya serasa hampir copot.

Bajingan!

Sambil menutupi mulutnya yang sakit, Haru menatap lantai 2 dengan tatapan dingin. Tetapi serangan kelereng itu tidak pernah berhenti menyerangnya.

Dalam sekejap, ekspresi wajah Haru berubah. Dia ingin bertahan dan melarikan diri dari serangan itu, tetapi semuanya sudah terlambat. Satu per satu kelereng sudah mendarat di wajahnya dan membawa rasa sakit yang luar biasa. Haru hanya bisa melangkah mundur sambil menahan rasa sakitnya.

Serangan kelereng itu serasa tidak ada habisnya. Pada saat dirinya melangkah mundur, Haru secara tidak sengaja tersandung dan terjatuh di lantai.

Ketika dirinya berusaha berdiri, wajah Haru sudah benar-benar merah. Tatapan matanya sudah penuh dengan rasa takut.