Chapter 198: Sambutan Meriah

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Beberapa jam kemudian, akhirnya pesawat mereka berhasil mendarat di ibukota Jepang yaitu Tokyo.

Sesudahnya mereka turun, Serena memberi ciuman panas pada Randika agar dia tidak melupakan dirinya. Setelah itu mereka berdua berpisah sambil tersenyum.

Randika berjalan ke pintu keluar dan ketika dia melihat para polisi yang berbaris di pintu keluar, dia merasakan firasat buruk.

Dia mengerutkan dahinya, dia merasa bahwa para polisi ini sedang berjaga dan menunggu dirinya.

Perasaan ini benar-benar muncul tiba-tiba, ini semacam bentuk sinyal bahaya setelah hidup bertahun-tahun di tengah bahaya.

Sangat misterius tetapi nyata. Semacam firasat seperti ini telah menyelamatkan dirinya berkali-kali.

Namun, setelah berpikir sejenak sepertinya firasatnya ini terlalu berlebihan. Randika lalu meneruskan perjalanannya menuju pintu keluar dengan wajah yang santai. Namun, tiba-tiba dua polisi menghampirinya.

"Namamu Randika?" Polisi tersebut mengeluarkan kertas berisikan gambar dan nama dirinya.

Beberapa polisi sudah mulai mengepungnya dan mengeluarkan borgolnya.

"Apa salahku?" Randika bertanya dengan bahasa inggris yang fasih.

"Markas telah menetapkan Anda sebagai buronan." Polisi itu tidak kalah fasihnya dengan Randika meskipun Jepang terkenal memiliki Bahasa inggris yang cukup jelek.

"Anda sebaiknya menuruti kami dan tidak memiliki pemikiran yang aneh."

Randika menghela napasnya dan menatap para polisi yang mengepungnya. Sambil tersenyum dia mengatakan. "Bukannya atasanmu seharusnya sudah memperingati kalian supaya membawa orang lebih?"

Sesudahnya Randika berkata demikian, tidak lebih dari 1 detik, Randika mengulurkan tangannya dan semua polisi tersebut terpental satu per satu. Polisi yang mencegatnya pertama kali sudah meringkuk kesakitan sambil memegangi poster buronannya.

Setelah membereskan mereka semua, Randika melompat bagaikan kelinci dan berlari menuju pintu keluar!

Sepertinya rencana dirinya untuk datang ke negara ini sudah sampai di telinga Shadow. Sesampainya dia mendarat, para polisi sudah mengepung seluruh bandara. Randika benar-benar meremehkan kekuatan yang dimiliki Shadow dan Bulan Kegelapan. Sepertinya mereka sudah menguasai seluruh Jepang. Kalau tidak, mana mungkin mereka bisa mengerahkan polisi dan mengepung dirinya sesaat dia mendarat?

Dalam situasi seperti ini, biasanya akan berakhir dengan akhir yang buruk. Jika diperumpamakan sebagai permainan catur, Bulan Kegelapan sudah memegang kendali permainan ini sejak dia mendarat di Jepang. Sekarang tergantung Randika, jalan dan cara apa yang akan dia tempuh akan menentukan akhir dari game mereka ini.

"Tersangka kabur." Salah satu polisi yang terkapar mengeluarkan HT-nya sambil mengeluarkan pistolnya. Dia membidik dan menembak Randika yang sedang berlari!

Dor! Dor!

Polisi tersebut mengeluarkan beberapa tembakan tetapi semua tembakannya sama sekali tidak menyentuh Randika. Suara tembakannya ini membuat semua orang menjadi panik, semuanya mulai lari semburat.

Para polisi yang baru tiba dan melihat Randika yang hendak kabur, semuanya mulai mengeluarkan pistol mereka dan membidiknya.

"Berhenti atau kami akan menembak."

Namun, Randika sama sekali tidak memedulikannya. Tertangkap oleh mereka berarti sama saja dengan jatuh di tangan Bulan Kegelapan. Apabila itu terjadi, nyawanya benar-benar akan habis. Jadi satu-satunya jalan adalah membuka jalan yang penuh darah!

Para polisi berusaha menahannya tetapi mereka ditendang Randika dengan begitu mudah.

Sesudahnya membereskan beberapa polisi, masih banyak lapisan pertahanan. Beberapa menembakan senjatanya dan Randika menghindarinya. Di saat yang sama, matanya menganalisa situasi yang dia hadapi. Sepertinya Bulan Kegelapan tidak main-main demi menangkap dirinya, orang itu mengerahkan seluruh polisi di Tokyo untuk menangkap dirinya.

Berdasarkan penglihatan Randika, hampir semua tempat penuh dengan polisi. Mau itu di lobi, parkiran, tempat makan bahkan pintu keluar, semuanya penuh dengan polisi.

Namun, Randika sama sekali tidak takut dan menerjang langsung ke arah kerumunan polisi.

Dor! Dor! Dor!

Suara senjata meletus beberapa kali, Randika bergerak bagaikan angin dan menghindari semua peluru yang menuju dirinya dan menerjang langsung ke arah mereka!

Tangan kanannya mengepal dan menghantam wajah seorang polisi, dalam sekejap dia terpental dan menabrak rekan-rekannya.

Randika berputar di lantai dan meloncat untuk menghindari terjangan polisi yang menyerangnya dari belakang. Saat dia mendarat, dia melayangkan sebuah pukulan yang membuat polisi itu pingsan. Di saat yang bersamaan, Randika berhasil mengambil senjatanya sesaat setelah polisi itu hendak tumbang.

Melihat aksi Randika yang bagaikan hantu tersebut, para polisi ini menggunakan taktik lautan manusia untuk menangkap Randika. Randika berlari, melompati mereka, menggunakan mereka sebagai pijakan dan sekarang pintu keluar sudah ada di depannya!

Namun, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri.

Sudah lama dia tidak merasakan perasaan seperti ini, situasi seperti ini, sama seperti sebelumnya, adalah bentuk dari insting yang terasah setelah hidup di tengah bahaya.

Tanpa berpikir panjang, Randika berputar di udara dan jatuh tepat di tengah-tengah kerumunan polisi. Pada saat ini, suara tembakan yang membahana terdengar.

DOR!

DOR!

DOR!

.......

Lebih dari 20 tembakan telah ditembakan dari jarak yang jauh dan tinggi, menembus udara, melewati kerumunan dan mengarah pada Randika!

Bulan Kegelapan memang luar biasa, bukan hanya polisi tetapi dia juga menggunakan jasa penembak jitu!

Terlebih, para penembak jitu ini berpencar dan memiliki jalur tembakan yang berbeda-beda jadi menghindarinya sedikit sulit.

Untungnya, pada saat ini, Randika sudah mendarat di lantai dan, bergerak bagaikan angin, dia berlari berkelok-kelok untuk menghindari semua peluru yang menuju dirinya!

Dia berhasil mengelak dari semua peluru dan untuk peluru yang terakhir, karena dia tidak sempat menghindarinya, dia menembakan senjata yang dia bawa dan peluru mereka bertemu di udara.

Randika menatap dingin seluruh penembak jitu yang tersebar itu. Bulan Kegelapan benar-benar menyiapkan sambutan yang luar biasa!

Saat Randika mulai berlari kembali menuju pintu keluar, semua polisi itu berusaha mencegahnya. Pada saat yang sama, saat dia berlari, pistol yang ada di tangannya mengarah ke atas. Peluru yang Randika tembakan mengarah tepat ke salah satu penembak jitu.

Penembak jitu tersebut sedang sibuk mencari sudut untuk menembak mati targetnya. Namun, dia tiba-tiba melihat sebuah peluru menuju dirinya.

Gawat!

Namun reaksinya benar-benar terlambat, peluru sudah bersarang di kepalanya.

Randika benar-benar cepat, tidak butuh waktu lama untuknya menghabisi para polisi yang berusaha mencegatnya.

Sesaatnya dia sampai di gerbang pintu keluar, Randika disambut oleh hujan peluru dari para penembak jitu dan polisi.

Para polisi yang berlindung di balik mobilnya itu menembak secara membabi buta. Namun, setelah menghabiskan seluruh pelurunya, mereka menyadari bahwa sosok targetnya telah menghilang!

Apa yang terjadi?

Semua orang terkejut, dan pada saat ini, suara jeritan terdengar.

Para polisi itu menoleh satu per satu dan menemukan bahwa Randika sudah berada di bagian paling belakang dari mereka. Setelah memukul pingsan si polisi, Randika masuk, mengambil mobil tersebut dan kabur dari situ.

"Tangkap dia!"

Para polisi itu segera masuk ke dalam mobil mereka masing-masing sambil menembaki mobil yang dikendarai oleh Randika.