Chapter 192: Pergerakan di Balik Kegelapan

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Markasnya telah selesai dibangun!?

Randika merasa bahagia di dalam hatinya, hal ini benar-benar kabar gembira. Bagaimanapun juga, pusat dari kekuatannya berasal dari markasnya yang ada di Jepang ini. Mengembangkan dan membuat ramuan X dengan kekuatannya sendiri benar-benar sesuatu yang sulit baginya.

Randika mengangguk puas. "Aku sudah mencoba membuat ramuan X di tempatku. Aku akan memberikan detail informasi perkembangannya padamu. Kamu bisa mempelajarinya sehingga perkembanganmu lebih cepat lagi."

"Siap." Yuna terlihat serius.

"Bagaimana Bulan Kegelapan?" Tanya Randika.

"Tidak ada kabar." Yuna mengerutkan dahinya. "Setelah dia kabur dari Indonesia, dia menyembunyikan dirinya dengan baik. Bawahanku sama sekali tidak bisa menemukan jejaknya di mana pun."

"Tetap waspada."

Randika dan Yuna berbincang-bincang beberapa saat dan setelah membicarakan beberapa strategi, mereka mengakhiri percakapan mereka.

Malam harinya, Inggrid pulang. Randika membantu Inggrid meletakan barang-barangnya.

"Hmm? Pasti ada maunya hingga kamu berbuat manis seperti ini." Inggrid senang dengan tindakan kecil Randika ini.

Randika lalu berbisik di telinga Inggrid. "Kamu akan tahu nanti malam."

Wajah Inggrid langsung tersipu malu, Hannah yang ada di samping langsung menggelengkan kepalanya. "Kak, tolonglah jangan saling menggoda di depanku! Aku lapar nih, aku makan nanti makananmu."

Randika hanya tertawa ketika mendengarnya.

Malam itu, dari kamar di lantai atas, terdengar suara rintihan perempuan bagaikan suara kucing kawin. Suaranya benar-benar terdengar erotis. Pada saat yang sama, samar-samar terdengar suara lelaki yang bersemangat. "Terus goyang pinggangmu sayang, sini kubantu sedikit. Ah… Mantap sekali sayang, aku keluarin di dalam ya!"

Hannah samar-samar bisa mendengar rintihan kedua kakaknya itu. Malu dan marah, dia mengeraskan volume HPnya hingga maksimal.

.............

Keesokan harinya, Randika membuka matanya dengan perasaan bahagia. Dia menatap Inggrid yang masih bugil tidur pulas di sampingnya. Kemarin malam benar-benar luar biasa, teknik yang dia ajarkan sebelumnya telah dikuasai Inggrid dengan sempurna. Hal ini membuatnya keluar lebih cepat dan Inggrid bisa menemukan gaya paling enak baginya.

Sepertinya Inggrid berbakat di atas ranjang.

Turun ke lantai bawah, Randika bertemu dengan Hannah yang berwajah murung. Wajahnya sepertinya menunjukan dia telah begadang semalaman. Merasa penasaran, Randika pun bertanya. "Han, kamu habis main apa sampai mukamu ngantuk gitu?"

"Kakak sendiri memangnya bisa tidur?" Kata Hannah dengan wajah cemberut.

"Hah? Jelas bisa lha, bukannya kemarin malam anginnya enak dan dingin? Kakak tertidur pulas sampai-sampai tidak kencing di tengah malam." Kata Randika.

"Ya apa mau tidur, suara kalian berdua seperti kucing kawin gitu. Berisik tahu!" Hannah tersenyum pahit, sepertinya dia menginap di sarang cinta kakaknya ini benar-benar kesalahan.

Randika terkejut ketika mendengarnya, dia tidak menyangka suara mereka berhubungan badan akan terdengar sampai luar.

"Han, jangan khawatir. Aku jamin suara kita nanti tidak akan sekeras itu lagi." Kata Randika sambil menahan rasa malu.

Hannah hanya menghela napas dan bersiul. "Aku bisa saja tidur bersama kak Inggrid biar bisa tidur pulas sih."

Melihat ancaman tersembunyi dari adik iparnya itu, Randika sama sekali tidak berdaya. Inggrid benar-benar mencintai adiknya jadi apabila Hannah memintanya, bisa-bisa Inggrid tidak akan sekamar selama Hannah ada di sini.

Mau bagaimana lagi, hubungannya dengan Inggrid sedang panas-panasnya jadi bisa dikatakan sekarang adalah masa bulan madunya. Tidak ada salahnya meluapkan cinta mereka melalui hubungan badan bukan?

Setelah sarapan, Randika dan Inggrid berangkat kerja bersama-sama. Randika tidak sabar tiba di laboratoriumnya, dia perlu mengerjakan ramuan X ini.

Dia merasa bahwa dia berada di langkah terakhir untuk menyempurnakan ramuan ini, tetapi dia masih belum menemukan faktor terpenting bagi langkah terakhir itu.

Jika markasnya yang terdahulu tidak dihancurkan oleh Bulan Kegelapan dan Harimau, mungkin data dan para peneliti yang sudah mengembangkan ramuan X sejak lama itu bisa memecahkan masalah yang dia hadapi sekarang.

Memikirkan hal tersebut, Randika sedikit merasa sedih.

Melihat ramuan X di tabung reaksinya ini, dia masih merasa tidak puas dengan hasilnya. Randika dan timnya sudah mengalami kegagalan lebih dari 100x dan masih saja belum dapat menyempurnakannya. Meskipun dirinya dulu ikut dalam mengembangkan ramuan X, pengetahuannya tergolong sedikit dan tidak mencakup seluruh formula.

Setelah beberapa jam kerja, Randika masih tidak mengalami kemajuan dan kepalanya sudah benar-benar pusing.

Pada saat ini, HP Randika tiba-tiba bunyi.

Ketika dia melihat nomornya, ternyata itu adalah Yuna.

"Ran, dari data yang kamu kirim kemarin ada kemajuan."

Randika langsung ceria kembali, "Baguslah kalau begitu, percepat langkah kalian."

"Baik, mungkin tidak butuh waktu lama lagi untuk menyempurnakan ramuan X ini."

Mendengar hal ini membuat Randika bernapas lega. Dengan adanya ramuan X, dia bisa mengeluarkan kekuatan penuhnya selama persediaan masih ada. Pada saat itu, tidak akan ada orang yang bisa mengancam dirinya!

Pada saat yang sama di Jakarta, di kediaman keluarga Alfred.

Ivan duduk di kursinya sambil merokok cerutunya dan seseorang berjas hitam berdiri di hadapannya.

Orang tersebut terlihat santai dan salah satu tangannya berada di saku celananya. Dia menatap kepala keluarga aristokrat ini dengan santai.

"Jadi mana uang yang kau janjikan itu?" Tanya pria itu.

"Asalkan kau membuktikan kemampuanmu dan menyelesaikan masalahku, uang bukanlah masalah." Jawab Ivan.

"Serahkan masalah itu padaku, tetapi aku butuh jaminan. Beri aku setengahnya sekarang dan setengah lagi setelah misi selesai."

Ivan mengerutkan dahinya, pengawalnya yang ada di sampingnya ikut marah. "Persetujuan yang kita sepakati lewat telepon dulu sudah jelas, selesaikan misimu dulu baru…."

Namun, sebelum pengawal itu selesai berbicara, pria misterius itu sudah menghunuskan pisaunya tepat di leher si pengawal.

"Sejak kapan semut berani berbicara di depan singa?" Setelah berbicara seperti itu, si pengawal itu sudah dia banting dan terlempar hingga menatap tembok.

Pengawal ini hanya bisa meraung kesakitan sambil menyesali karena ikut campur dengan urusan atasannya.

Sejujurnya dia sendiri tidaklah selemah itu, lawannya saja yang terlalu hebat. Dia sama sekali tidak bisa mengimbangi kecepatan bergeraknya, tahu-tahu dia sudah terlempar dan menatap tembok.

Orang ini kuat!

Ivan yang cemberut menjadi sedikit senang, dia dengan cepat mengatakan. "Baiklah, aku akan membayar setengah."

Tak lama kemudian, pelayannya berjalan dan menghampiri Ivan lalu memberikan HP pada pria misterius tersebut.

"Password HPnya adalah 5640." Kata Ivan. "Bawa HP itu terus dan ketika waktunya tiba, aku akan meneleponmu."

"Dan juga." Ivan menatap tajam pria itu. "Aku tidak ingin kau menghilang ataupun tidak mengangkat ketika HP itu bunyi. Seluruh kekuatan keluarga Alfred akan mengejarmu jika kau berkhianat!"

"Jangan khawatir, aku tidak akan melanggar janjiku. Telepon saja aku ketika waktunya tiba." Pria itu kemudian pergi dari hadapan Ivan.

Ketika orang tersebut pergi, Ivan berkata pada pelayannya. "Terus sebarkan perekrutan ini dan carilah pembunuh-pembunuh terbaik lainnya."

"Siap."

Pelayannya itu langsung berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan Ivan sendirian.

"Sebentar lagi…. Sebentar lagi kau akan mati!" Tatapan mata Ivan benar-benar penuh dengan api kebencian.

...........

Randika sama sekali tidak mengetahui gerak-gerik dari keluarga Alfred. Dia masih sibuk bereksperimen dan tidak diragukan lagi, dia mengalami kegagalan.

Karena suasana hati yang jelek dan kepalanya yang pusing, Randika memutuskan keluar dari gedung dan mencari udara segar.

Cahaya matahari benar-benar terasa enak, sambil berjalan dia menghirup udara segar ini dalam-dalam.

Membuang jauh-jauh masalah ramuan X dan masalah hidup lainnya, Randika benar-benar menikmati momen sunyi ini sendirian. Tanpa sadar, dia sudah berjalan cukup jauh dari perusahaan Cendrawasih.