Chapter 449 - Jangan Bergerak Terus

"Brukkk" Yogi membuka matanya dengan panik mengira kalau ia akan terjun bebas ke dalam laut, tapi yang ia dapatkan malah menabrak tubuh seseorang dengan sangat kuat. "Aurelia???!" Yogi kaget saat melihat Aurelia yang sedang menangkapnya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Aurelia yang tidak menyadari kalau sebenarnya kakinyalah yang terkilir akibat menahan beban tubuh Yogi. "Aku baik-baik saja. Bagaimana kau bisa berada disini?" Tanya Yogi tak percaya kalau Aurelia sudah berada di hadapannya saat ini. "Setelah mendengar dan melihat apa yang sedang terjadi dengan kalian, aku dan yang lainnya segera menuju ke tempat ini." Jawab Aurelia santai. "Bagaimana bisa kau malah datang ke tempat berbahaya seperti ini? Sekarang sebaiknya kita pergi jauh dari sini sebelum bom nuklirnya meledak." Yogi melangkah menarik tangan Aurelia dan ketika ia jatuh bebas ke bawah, tangannya terlepas dan ia berteriak dengan sangat lantang. Dengan mendesah malas, Aurelia kembali menangkap Yogi yang kembali terjatuh dengan teriakan yang sangat melengking tinggi. "Apa ini? Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kita berada di atas panel?" Yogi yang mengenali tempat dimana mereka berpijak melihat Aurelia dengan wajah yang panik. "Bagaimana bisa seorang laki-laki berteriak dengan suara se nyaring itu? Lagi pula itu salah sendiri yang tidak melihat situasi sekitarmu." Aurelia hanya berdiri menatap ke arah kapal yang tak jauh dari mereka yang sudah mengeluarkan asap dan api yang mengepul hebat. Bukan hanya Yogi, Ryu juga yang terjun dari arah yang berlawanan dengan Yogi juga diselamatkan oleh Karin. "Kenapa kau kembali kesini? Tempat ini akan meledak sebentar lagi, sebaiknya kita pergi dari sini secepat mungkin." Ryu panik saat melihat Karin kembali untuk menyelamatkan dirinya. "Tentu saja untuk menyelamatkanmu. Tak perlu khawatir, kita akan baik-baik saja selama berada di atas panel ini." Ucap Karin memperlihatkan alat yang sedang membuat mereka terbang melayang diatas permukaan laut. "Alat apa ini? Bagaimana panel seperti ini bisa mengudara?" Ryu kaget melihat ia berada di atas panel yang cukup lebar dan bisa membuat mereka melayang di atas udara. "Alat ini adalah panel yang diciptakan oleh Adith yang dikendalikan oleh Azura. Dan kita bisa mengendalikannya sesuai dengan keinginan kita begitu kita menapakinya karena data diri kita sudah dimasukkan ke dalam panel ini." Ucap Karin kembali membuat mereka mengudara lebih tinggi. Karin ingin memastikan bagaimana keadaan Alisya sebab ia tak melihat Alisya melompat dari arah manapun. "Bukk… bukk…." Zein yang melompat dengan sekuat tenaga membuat Adora yang datang untuk menyelamatkan dirinya malah oleng yang membuat panel yang mereka naiki oleng dan jatuh hingga hampir saja masuk ke dalam laut. "Maafkan aku, kau baik-baik saja?" Zein dengan segera mengangkat tubuh Adora begitu mereka berhenti tepat di atas permukaan laut. "Aku baik-baik saja!" Adora berusaha bangkit dari posisinya dengan dengan bantuan Zein. Meski Zein kaget dengan adanya Adora dihadapannya, namun melihat panel yang sedang mengudara itu membuatnya paham kalau alat ini merupakan salah satu ciptaan dari Adith. "Jangan bergerak terus!!! Kau akan membuat kita bertiga jatuh!" Suara Karan yang nampak marah dengan Riyan yang terus berteriak panik terdengar tidak jauh dari mereka. "Kita harus pergi dari sini, kapal itu akan meledak sebentar lagi!!!" Teriak Riyan dengan keras yang membuat Karan marah dan menggetoknya dengan sebuah kunci-kunci yang entah dari mana asalnya. Riyan yang kembali tenang membuat mereka dapat mengudara kembali dengan baik. Di sebelahnya ada Rinto yang hanya berdiri dengan tenang menatap ke arah kapal yang masih terus melaju dengan sangat kencang. "Benar apa yang dikatakan oleh Riyan, kita sebaiknya pergi dari sini sebelum bom nuklir itu meledak." Ucap Zein segera memperingatkan Adora untuk segera pergi dari sana. "Tidak perlu khawatir, panel ini sudah dilengkapi dengan medan pelindung yang akan melindungi kita ketika ia mendeteksi akan adanya ancaman." Ucap Adora yang mencoba untuk berjalan namun kakinya tiba-tiba merasakan perih. "Kakimu terkilir, sebaiknya kamu jangan terlalu banyak bergerak dulu." Ucap Zein dengan segera menghentikan gerakan Adora. Mereka kembali mengudara lebih tinggi agar bisa melihat keadaan kapal dengan jelas, namun asap akibat ledakkan yang ditimbulkan oleh tubuh Ian masih membuat mereka tak bisa melihat dengan jelas. "Dimana Adith dan Alisya?" Tanya Aurelia saat tak melihat keduanya berada diatas panel di sekitar mereka. "Adith ikut melompat bersama kami meninggalkan Alisya di atas kapal, monster mutan itu hanya bisa dihadapi oleh Alisya sehingga Adith meminta kami semua untuk meninggalkan kapal." Terang Yogi memberikan penjelasan kepada Aurelia. Dengan terus memperhatikan dimana Alisya dan Adith berada, Aurelia berusaha untuk mencari keberadaan dua orang tersebut. "Azura, kau sudah menemukan keberadaan Adith dan Alisya?" Tanya Aurelia mulai panik sebab jika mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi, maka bom itu akan meledak dalam kurun waktu 1 menit lagi. "Maaf nona, asap ini cukup membuatku kesulitan untuk melacak mereka dari sensor panas ataupun sensor yang lainnya." Jawab Azura cepat namun masih terus melacak dimana keberadaan keduanya. "Ibu… ibu.. ibu… " Alisya yang bisa bertahan dari ledakkan besar tubuh Ian secara perlahan mulai tersadar dan samar-samar mendengar suara anak kecil yang tertindih oleh pintu baja. Beruntunglah anak itu tidak benar-benar tertindih karena di sebelahnya ada sebuah lemari kaca pendek yang menyanggahnya dan dia duduk sembari menangis di sana. Berusaha bangkit dari posisinya, Alisya kembali menyebarkan aura deteksinya untuk memastikan apakah masih ada yang terlewat kan seperti anak kecil itu, namun yang ada mata Alisya terbelalak saat merasakan dinding tebing Yamanagi sudah siap untuk menyentuh bibir kapal pesiar tersebut. Bunyi peringatan akan bahaya mulai berdengung di seluruh kapal yang semakin membuat Alisya melesat cepat menyelamatkan anak saya itu terlebih dahulu. "Kau baik-baik saja?" Alisya yang melesat memeluk anak itu tepat saat pintu baja itu mulai menghancurkan kaca yang berjatuhan. Dengan sedikit tenaga, Alisya bisa menahan pintu baja tersebut. "Cantik.. jangan takut, ada kakak disini. Pegangan yang erat yah!" Alisya mengulurkan tangannya sebelah kiri untuk membuat anak perempuan itu tak takut sedang tangan sebelah kanan menghempas pintu baja tersebut dengan kuat. Setelah berhasil, dia lalu memeluk erat anak tersebut dan mulai berlari yang begitu bagian depan kapal sudah menyentuh tebing dengan tabrakan yang cukup keras, Alisya jatuh dan kehilangan pijakannya. "Tidak apa-apa, jangan takut!" Alisya kembali bangkit dengan dibagian belakangnya sudah mulai meledak tak bisa karuan. Sekuat tenaga Alisya berusaha berlari dan melompat dari atas kapal.