Chapter 148 - Pura-pura Tidur

Didepan pintu ruang kamar Alisya dirawat, Adith hanya berdiri tak tau apa yang harus dilakukannya. Meski ia sangat marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi Alisya yang membuatnya tak mampu menunjukkan mukanya kepada Alisya namun rasa rindunya seolah tak bisa terbendung lagi.

Adith membelakang dan menyenderkan kepalanya tak mampu mengambil keputusan untuk masuk. Kamar Alisya sudah tampak gelap karena semua orang sudah pulang dan hanya nenek Alisya saja yang tak sengaja bertemu didepan lobbi yang kemudian menitipkan Alisya kepadanya karena ia harus mengambil beberapa keperluan Alisya untuk kepulangannya besok sebab Alisya sudah diperbolehkan pulang.

Tepat saat Adith menyandarkan kepalanya dipintu, Alisya langsung membuka alat peredamnya dan memusatkan pendengarannya kearah pintu. Ia mengenali ritme jantung seseorang yang berada dibalik pintu tersebut. Mendengar ritme jantung yang ragu-ragu itu Alisya terpikir sebaiknya ia berpura-pura untuk tidur saja.

"Srttt,,," Adith membuka pelan pintu geser ruangan Alisya dengan sangat pelan agar tidak membangunkannya sampai Adith harus mencicilnya saat membukanya.

Alisya tertawa dengan tingkah Adith yang mencicil membuka pintu itu sedang tiap kali ia menggesernya pelan, tetap saja bunyi gesekan itu terdengar.

"Dasar bodoh!!!" maki Alisya dalam hatinya. Ia tertidur menghadap ke arah Adith agar bisa mendengarkan ritme jantungnya lebih akurat lagi saat Adith mencoba mendekatinya. Alisya sengaja memasang longgar peredamnya sehingga Adith mengira kalau ia sedang tertidur lelap saat itu.

"Wajahmu terlihat lebih segar sekarang, sepertinya mereka memberikanmu makan dengan baik" Adith tersenyum saat melihat wajah tersenyum Alisya yang memeluk erat bantal yang sebelumnya dibawa oleh nenek Alisya. Wajah Alisya terkena sinar cahaya lampu remang-remang terlihat damai dan tenang.

"Aku hampir menghabiskan semua makanan yang dibawa oleh nenekku, bahkan tempat makanannya hampir aku gerogoti karena kesal kau tak datang!" jawab Alisya kesal dalam diam dengan terus mempertahakan ekspresi wajahnya. Alisya sengaja berpura-pura tidur untuk bisa mendengarkan apa saja yang mungkin akan disampaikan oleh Adith saat dia mendengar ritme jantungnya yang penuh keraguan.

Melihat Alisya yang tertidur lelap Adith mendekatkan langkahnya dan kini duduk dihadapan Alisya memandanginya lekat-lekat dan membelai rambutnya lembut menuju telinga Alisya dan mendekatkan tubuhnya untuk bisa mencium aroma yang selama ini dirindukannya.

"Apa yang akan dia lakukan? apa aku harus bangun sekarang? tapi sepertinya akan canggung kalau aku terbangun sekarang! Dasar bodoh kenapa juga aku harus beracting konyol seperti ini" Wajah Alisya sempat mengerut saat Adith telah mencapai dekat leher Alisya namun tetap berusaha menjaga jarak. Jantung Alisya terasa seakan melompat keluar dan menampar Adith yang sedang membutnya panas dingin saat ini.

"Kau merupakan candu yang tak bisa aku hindari, tau kah kau bagaimana takutnya aku jika kau tak terbangun? Aku mungkin takkan pernah memaafkan diriku sendiri. Aku terlalu malu untuk menunjukkan wajahku padamu, tapi rasa rinduku padamu adalah candu yang sangat kuat, aku tak sanggup lagi harus menahan rasa untuk tidak datang melihatmu" Adith sengaja bersuara dengan sangat pelan sampai-sampai nadanya seolah selaras dengan detak jantungnya yang beritme cukup pelan sehingga tampak hanya dirinya saja yang mendengarnya.

"Adith bodoh, bodoh, bodoh, justru karena dirimu aku berusaha untuk sadarkan diri. Aku tau tiap malam saat tidak ada siapapun yang datang atau hanya tersisa nenek kau selalu menyuruhnya pulang dengan beralasan akan menjagaku meski pada akhirnya nenek selalu melihatmu berada di depan lobi menunggunya, tapi ritme jantungmu yang selalu berada didekatku tiap malam hari seperti saat ini selalu menarik alam bawah sadarku untuk segera bangkit dan sadarkan diri. lalu kenapa pada saat aku sudah sadarkan diri kau malah ingin lari dariku??? Oh ya Ampunn... aku benar-benar ingin bangun dan menghajarmu sekarang!" Alisya memeluk erat bantalnya seolah tak tahan ingin segera membuka matanya, tapi ia tidak menemukan alasan yang tepat untuk dia terbangun. Keringat dingin mulai membasahi wajah dan tubuhnya menahan emosi yang meluap-luap.

"Aku sangat mencintaimu Alisya, untuk itulah aku menyalahkan diriku sendiri karena tak bisa melindungimu. Kemapuanmu terlalu berada jauh diatas diriku, namun jika kau berikan aku kesempatan, aku akan berusaha untuk bisa lebih kuat darimu kemudian aku bisa melindungimu dan takkan pernah aku biarkan kamu terluka lagi. Takkan pernah!!!" Adith mencium kening Alisya dengan penuh kelembutan. memandang lekat wajah Alisya yang tampak cantik dan polos membuatnya tak mampu menahan diri.

Apa???" Alisya kaget saat keningnya dikecup Adith dengan bibirnya yang hangat dan lembut.

Rasa rindunya telah membuatnya begitu frustasi, Adith mendekatkan wajahnya menempatkan bibirnya tepat dihadapan bibir Alisya.

"Tunggu sebentar, kenapa aku merasa wajah masih sangat dekat? tunggu, tunggu!!! apa yang akan kamu laku...??" Belum selesai Alisya bergelut dengan fikirannya yang penuh rasa khawatir. Adith yang Menahan nafasnya dan menutup matanya dengan sangat erat lalu tinggal beberapa centi kemudian Adith menempatkan jempolnya diatas bibir Alisya yang hangat dan menciumnya.

"Hahhhh??? Jempol lagi??? Ehh?? apa yang kamu pikirkan Alisya, nyebut-nyebut... haram tau!!! Anjrit aku jadi terbawa suasana. Aduh Adith yang ketiga itu setan, bisa gawat kalau aku pura-pura tidur terus nih! pikiranku makin tak terkontrol" Alisya semakin tak mampu mengontrol dirinya saat ini. Adith sudah mendaratkan tangannya dibibirnya membuat Alisya merasakan hembusan nafas Adith menerpa lembut bibirnya yang sudah membuat tubuhnya semakin kepanasan.

"Huhhhhh,,, mungkin sebaiknya aku pergi sekarang! Aku sudah tak sanggu menahan pesonamu Sya,,," Adith menggeram keras berusaha menenangkan diri.

"Bukan kau, tapi aku yang sudah hampir gila karenamu sekarang!!!" Alisya memaki Adith dengan bengis dalam tidurnya.

"Kenapa dengan Aroma tubuhmu?? Aku mencium aroma kegusaran dan kegundahan apa kau sedang mimpi buruk lagi? Bahkan keringatmu semakin banyak saat ini" Adith melihat wajah Alisya yang tampak gusar lalu dengan cepat mengambi tisu dan membersihkan peluh didahi serta leher Alisya.

Mendengar pertanyaan Adith, Alisya langsung terdiam yang kemudian membuat jatung serta nafasnya seketika menjadi tenang. Ucapan Adith mengenai Aroma tubuhnya membuatnya terpikir kalau mungkin saja indra penciuman Adith semakin berkembang tepat seperti apa yang terjadi pada pendengarannya. Namun sepertinya Adith belum menyadari hal tersebut yang membuat Alisya sangat ingin mengujinya.

Setelah melihat Alisya yang tampak mulai tenang dan kembali terlelap dalam tidurnya, Adith kemudian membereskan tisu yang dipakainya lalu bersiap untuk pergi.

"Sampai jumpa lagi" bisik Adith lembut lalu berbalik badan membelakangi Alisya. Tepat saat ia akan menuju ke pintu, ia langsung mencium bau menyengat yang sangat merusak indra penciumannya yang membuatnya merasa sakit. Namun entah kenapa Aura itu lebih teras penuh akan kesedihan bukan aura pekat yang seperti ia rasakan pada orang yang berada diatap sekolah tempo lalu. Tak bergeming, Adith mencoba menenangkan diri dan menganalisa arah datangnya aroma itu.

"Aroma membunuh ini??? Alisya???" Adith berbalik dengan cepat begitu mengetahui bahwa aroma itu adalah aura membunuh yang dikeluarkan oleh Alisya.

Alisya sudah berada tepat dihadapan Adith sangat dekat yang kemudian memojokkan Adith kepintu sedang Alisya sengaja mendekatkan dirinya untuk bisa mendengarkan detak jatung Adith yang ketakutan. Bukannya mendengar detak jantung yang ketakutan yang harusnya dikeluarkan oleh Adith, Alisya malah mendengar detak jantung penuh waspada dan perlindungan penuh yang hangat serta menenangkan.