Chapter 84 - Cendekian Street

Alisya pulang dengan ekspresi wajah datar yang membuat sahabat serta teman-temannya tak mengerti apa yang harus mereka lakukan pada Alisya.

"Karin, apa yang sedang terjadi pada Alisya?" Rinto mendatangi Karin yang berpisah dengan Alisya di depan gerbang.

"Aku juga tak yakin!" terang Karin melihat pundak Alisya yang telah menjauh.

"Apa ini ada hubungannya dengan dirinya yang selama ini? dari sikap Alisya yang sangat berbeda dari anak SMA kebanyakan, serta bagaimana dia mendapatkan pengawalan super ketat dari ayah dan kakeknya membuatku berpikir bahwa Alisya memiliki rahasia yang lebih dari ini" Rinto sudah banyak melihat hal-hal yang terlalu berada diluar nalarnya jika itu berhubungan dengan Alisya, terlebih karena Alisya bukanlah orang sembarangan.

Saat mereka masih bercerita, pak Bimo supir pribadi Karin datang menghampiri.

"Aku sama mereka aja yah pak,,, mau ke rumah Alisya dulu!" Karin memunculkan wajahnya kejendela pintu mobil tepat disamping pak Bimo berada.

Mendengar hal itu pak Bimo menurut saja dan segera berlalu pergi.

"Ada apa???" tanya Yogi heran karena Karin malah membiarkan supirnya pergi tanpa Karin.

"Ada beberapa hal yang harus aku bahas dengan kalian, karena kalian sudah terlanjur mengetahui banyak hal maka aku pikir dengan adanya kalian. Kalian bisa memberikan bantuan lebih meski dalam hal yang sederhana!" Karin berjalan mengikuti punggung Alisya yang masih tampak dari kejauhan diikuti oleh Rinto dan Yogi yang memilih menyimpan motor mereka digarasi sekolah.

"Rinto, apa yang kamu katakan tadi sedikit berhubungan satu sama lain. Ingat apa yang Adith tanyakan mengenai Black Falcon?" Rinto mengikuti langkah Karin dengan mantap sambil terus mendengarkan Karin serius.

"Ya, apa yang aku pikirkan mengenai Black Falcon sepertinya berbeda dengan apa yang Adith tanyakan kepada Alisya!" terang Rinto.

Karin akhirnya menceritakan beberapa informasi yang bisa membuat Yogi dan Rinto mengerti mengenai situasi Alisya saat ini. Rinto dan Yogi menghentikan langkahnya tersentak tak percaya.

"Untuk itu Alisya sangat khawatir kalau suatu saat nanti Black Falcon akan menemukan keberadaan Alisya dimana akan sangat berbahaya baginya terutama bagi orang disekitarnya!" Karin menghela nafas ringan sembari terus melihat ke arah Alisya yang sudah berbelok dan menghilang.

"Dan kamu memberitahu informasi ini agar kami meningkatkan kewaspadaan kami bukan terhadap apa yang terjadi pada Alisya melainkan pada diri kami sendiri dan juga..." Rinto ragu namun segera di lanjutkan oleh Yogi.

"Teman-teman sekelas yang kini Alisya anggap sangat berharga baginya! Iya kan???" Karin mengangguk membenarkan ucapan Yogi dan Rinto.

Tepat saat mereka akan berbelok Adora dan yang lainnya langsung mengagetkan mereka. karena refleks Karin langsung menempelkan leher Adora dan melayangkan tendangan tepat di wajah Emi karena kaget. Beruntunglah Karin masih memiliki kendali atas tubuhnya sehingga keduanya tidak mendapatkan dampaknya.

"Apa yang kalian lakukan???" Karin melonggarkan cekikannya di leher Adora dan menurunkan tendangannya yang menyisakan jarak 5 centi meter dari wajah Emi.

Rinto dan Yogi kaget melihat gerak refleks Karin yang sangat lihai. Rinto dan Yogi akhirnya paham mengapa pribadi Karin dan Alisya tampak begitu mirip, itu karena demi Alisya. Karin juga sudah meningkatkan kemampuan dirinya jauh sebelum mereka saling berkenalan.

"Tekhnik yang digunakan Karin bukanlah seperti apa yang biasa kita lakukan dengan hanya mengandalkan pukulan dan ketahanan!" Yogi mengepalkan tangannya melihat kelihaian Karin.

"Selama ini kita hanya bermasalah dengan para preman yang tidak seberapa sedang yang dihadapi Karin dan Alisya memiliki kemampuan diatas bayangan kita!" Rinto tersenyum merendahkan dirinya sendiri.

"Apa sih Karin,,, dari mana kamu bisa melakukan hal ini?" suara Adora serak karena lehernya yang sedikit merasakan sakit akibat cekikan Karin.

"Karin memang seperti itu, dia paling tidak suka di kagetkan! jadi kalau kalian tidak ingin mati terbunuh sebaiknya jangan lakukan itu lagi" Alisya datang bersama dengan romobongan teman sekelasnya.

"Aku bisa melihat celana dalamnya!" goda Emi meski tubuhnya bergetar karena takut untuk menghilangkan rasa malunya.

"Kau mau kubunuh???" Karin yang merasa kesal membuat mereka semua tertawa terpingkal-pingkal karena ekspresi bodoh Emi yang sempat-sempatnya mengatakan hal itu dalam keadaan bergetar takut.

"Ada apa?? kenapa kalian berkumpul disini semua?" Rinto kaget melihat seluruh isi kelas berada dibelakang Alisya saat ini.

"Mereka mencegatku hanya untuk pergi ke tempat karaoke!" ucap Alisya tersenyum kecut tak bisa berbuat apa-apa.

"haaahhhh????" Yogi mengerutkan keningnya bingung.

"Seperti yang kamu bilang kan, kita harus membuat kenangan sebanyak yang bisa kita lakukan!" Beni melingkarkan tangannya di pundak Yogi yang memandang aneh.

"Jika setiap hari kita hanya pulang begitu saja, bukannya takkan begitu menyenangkan?" tambah Febi.

"Rasanya membosankan, dan aku juga ingin bersenang-senang dengan kalian diluar!" lanjut Gina dan Gani kompak.

"Ketika kami melihat kalian bertiga jalan bersama, aku pikir kalian akan bersenang senang tanpa kami lagi." Yana melipat kedua tangannya meminta pertanggung jawaban.

"Untungnya dia mengumpulkan kami semua sehingga begitu melihat Alisya kami dengan cepat berkumpul disekitarnya setelah menerima pesan grub dari Yana" jelas Dino tak kalah semangat dari yang lainnnya.

"Jadi, dari pada langsung pulang kerumah masing-masing! Bagaimana kalau kita ke tempat karaoke atau nonton dibioskop dan makan-makan dulu???" ajak Fani dengan tatapan berbinar-binar.

"Sepertinya akan sangat menyenangkan!" seru Yogi mengiyakan usulan teman-temannya.

"Tapi kita masih berpakaian sekolah, tidak baik bagi kita berkeliaran dengan pakaian seperti ini" Rinto mengingatkan mereka semua.

"Masalah itu tidak usah khawatir, serahkan saja pada kami!" Gani dan Gina berpandangan dengan penuh antusias.

Karin dan Alisya berpandangan dan hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu teman-temannya yang begitu semangat dan antusias.

"Nikmatilah waktu ini dengan baik!" bisik Karin kepada Alisya agar dia tidak terlalu merasa terbebani sehingga melewatkan banyak waktu berharga yang sedang ia jalani.

"Kamu benar, kapan lagi!!!" senyum Alisya langsung meraih leher Karin dan memeluknya erat lalu melangkah cepat.

Rinto dan Yogi tersenyum melihat perubahan ekspresi Alisya yang lebih tenang. Semuanya segera mengikuti Alisya dan Karin dengan penuh semangat.

Mereka sampai didaerah pertokoan dimana butik ibu Gani dan Gina berada didaerah tersebut. Daerah itu adalah kompleks dimana Tempat belanja barang branded terpopuler di Cendekian Street. Di jalanan ini berjejer banyak sekali berbagai macam toko, kurang lebih ada sekitar 300-an toko yang ada disini. Tidak hanya barang-barang merk biasa saja, Cedekian Street ini juga ada berbagai toko yang menjual berbagai merk branded seperti misalnya selfridges dan juga merk lainnya. Cendekian street ini merupakan area perbelanjaan paling ramai yang ada di Jakarta.