Chapter 242 Restu ibu Yang tidak Terduga

Toko online masih tetap bisa

beroperasi seperti biasa. Tapi dengan banyak sekali syarat. Bersikap patuh dan

manis ada di urutan pertama. Tentu saja sesuai standarisasi tuan muda yang

seenaknya. Untuk kali ini Daniah tidak bisa membantah ataupun memohon

pengurangan hukuman. Dia menerimanya dengan lapang dada. Yang utama dia bisa

menyelamatkan toko online dan semua karyawan yang mengantungkan hidup disana.

Daniah tidak bisa membayangkan, wajah-wajah muram karyawannya.

Pagi ini dia mendapat Hp baru.

Setelah beberapa hari lewat dari prahara. Daniah menerimanya dengan wajah

sumringah.

“ Terimakasih sekertaris Han. Sudah

menganti hpku.”  Menatap tajam. “ Kau

butuh waktu yang lama sekali untuk membelikanku hp baru ya?” Tersenyum manis, tapi

nada bicaranya terdengar kesal.

“ Maafkan saya nona. Karena itu

termasuk hukuman dari tuan muda.” Jawabnya tanpa beban sama sekali.

Cih, sudah ku duga.

“ Di mana hpku yang lama?” Bertanya

dengan senyum manis lagi. Karena masih memikirkan pesan dari Abas yang belum

sempat dihapusnya waktu itu. Masalah pesan itu akan berbuntut panjang kalau

sampai ditemukan Han. Dia tidak mungkin tidak akan mengadu begitu pikir Daniah.

“ Saya membuangnya nona.”

“ Apa di buang!” Daniah langsung tertawa,

saat melihat mata curiga Han karena reaksinya tadi. “ Tentu saja dibuang ya,

karena sudah rusak. Haha.  Hemm.”

Ragu-ragu.

“ Kalau begitu saya permisi nona.”

Walaupun tahu sebenarnya nonanya belum selesai bicara. Sekertaris Han sudah ingin pergi berlalu. Dia terlihat tersenyum

tipis melihat wajah ragu dan panik Daniah.

“ Tunggu.” Tangan Daniah reflek

menarik ujung jas Han. Laki-laki itu menatap tangan Daniah, seperti  berkata tolong lepaskan tangan anda sebelum

tuan muda melihat. “ Jawab dulu, baru aku akan melepaskan tanganku.” Tahu apa

yang dipikirkan Han.

“ Apa yang mau nona tahu?”

“ Apa kau membuka hpku?”

“ Ia.”

“ Apa!” Langsung menutup mulut dan

melihat sekeliling. “ Kau membuka hpku! Kenapa? Kau bahkan tidak izin padaku.”

“ Tentu saja memindahkan semua data

di hp nona. Memang apa lagi.” Menjawab santai. Daniah menarik nafas lega

mendengarnya. “ Memang ada yang nona sembunyikan di hp nona, yang saya tidak

boleh tahu.” Tersenyum.

“ Haha, tentu saja tidak. Semoga

harimu menyenangkan sekertaris Han. Aku naik ya, tuan Saga pasti sudah selesai

mandi.”

Dia tidak melihatnyakan? Artinya

tuan Saga juga tidak melihatnya.

Sementara itu Han hanya melihat

Daniah yang terlihat senang sekali saat menaiki tangga.

Andakan tidak bertanya apa tuan

muda atau saya membaca pesan dari Abaskan? Sekarang itupun sudah tidak penting.

Karena dia tidak akan berani menghubungi nona lagi.

Setelahnya Daniah tidak pernah

memikirkan lagi pesan dari Abas. Apalagi berfikir tentang isi pesannya.

Semua orang tahu sudah terjadi

sesuatu. Melihat Daniah terkurung di dalam rumah tanpa bisa pergi

kemanapun.  Mereka ingin bertanya, tapi

saat melihat pandangan Saga yang tidak mau membahasnya akhirnya semua mengunci

mulut. Menyimpan rasa penasaran.

Selepas Daniah mengantar kepergian

Saga ke mobil. Ibu sudah terlihat menunggu di sofa, sambil menikmati segelas

teh.

“ Apa kau melakukan kesalahan pada

Saga?” Ibu mengambil cangkir tehnya. Daniah yang sudah duduk di hadapannya

masih diam.  Di depan Daniah ada sepiring

buah-buahan. Pak Mun membawakan tanpa diminta olehnya. Lalu laki-laki itu masih

berdiri di tempat yang bisa di lihat Daniah. Mengamati keadaan.

Kenapa tebakan ibu benar begini si.

“ Ibu.” Panggilan yang terasa asing

jika mereka sedang berdua bicara. Membuat ibu menatap terkejut lalu meletakan

gelasnya. “ Aku akan membuat anak ibu bahagia, jadi bisakah ibu merestui kami.”

Daniah dengan penuh percaya diri bicara.

Ibu tertawa mendengar kata-kata

Daniah. Menatap Daniah lekat. Yang ditatap tidak mengalihkan pandangan. Ia

menarima tantangan tatapan mata ibu sambil tersenyum.

“ Sudah beberapa hari ini kau

terkurung di rumah. Aku penasaran kesalahan apaa yang sudah kau buat.” Ibu

mengulang pertanyaannya.

Daniah tertawa.

“ Haha, ibu memang aku berani

melakukaan apa si pada tuan Saga.” Tersenyum dengan wajah dibuat imut. “ Aku

hanya sedang menjalani program kehamilan, dan di suruh banyak istirahat.”

Berkata bohong. Tidak bohong juga, hanya membuat alasan biar terlihat keren.

Haha. Apa kata-kataku sudah

meyakinkan.

Ibu terlihat masam, lalu mengambil

lagi cangkir tehnya. Meneguk beberapa kali. Lalu melihat Daniah lagi.

“ Saga tidak mirip dengan ayahnya

dalam hal kepribadian.” Tiba-tiba ibu bicara tanpa ditanya. “ Dia jauh lebih

tegas dan dingin dalam segala urusan. Mungkin” menarik nafas dalam. “ Mungkin

karena dia harus tumbuh dewasa dan menjadi kuat sebelum waktunya.”

Eh, kenapa ibu tiba-tiba bicara

begitu.

“ Bahkan aku ibunya saja harus

hati-hati saat bicara dengannya.” Ibu menatap Daniah lekat. Ya, gadis di

hadapannya ini telah memberi banyak sekali perubahan dalam hidup putranya. Saga

yang dulu jarang bicara atau tersenyum, sekarang mudah sekali tertawa. Waktu

makan yang biasanya di isi laporan harian tentang kegiatan Jen dan Sofi sudah

mencair pelan-pelan. Sekarang pembicaraan santai yang sering terjadi. “ Karena

kau dia berubah.” ucap ibu lagi.

Eh, ibu. Apa ini artinya.

Daniah berdebar, menduga apa yang

akan dikatakan ibu selanjutnya.

“ Daniah.”

“ Ia bu.” Untuk pertama kalinya

namanya dipanggil oleh ibu dengan hangat.

“ Apa kau bisa berjanji, untuk mencintai

putraku seperti dia mencintaimu.” Tatapan ibu tulus. Walaupun sejujurnya Daniah

tidak menduganya. Apa yang sudah membuat ibu berubah pikiran. Selama ini diapun

tidak pernah berusaha maksimal menarik perhatian ibu, atau mengakrabkan diri

dengan mertuanya itu.

Aku tidak punya waktu karena harus

meladeni anaknya!

“ Ibu, akukan sudah bilang tadi. Aku

akan membuat putramu bahagia.” Tersenyum tulus. “terimakasih sudah merestui

kami.” Ibu tersenyum. Mengambil sepotong buah di piring Daniah.

“ Makanlah yang banyak, dan

lahirkan anak yang lucu untuk keluarga ini.” Daniah tertawa, dia menerima garbu

berisi potongan buah dari tangan ibu. Berterimakasih berulang dalam hati.

Ditempatnya berdiri pak Mun terlihat tersenyum bahagia.

Ibu masih melihat menantunya menikmati buah segar yang di hidangkan pak Mun. dia menyandarkan kepalanya di sofa. Terngiang kembali pembicaraannya saat pernikahan Noah kala itu.

Ibu Noah meraih tangannya untuk duduk. Menepuk bahunya berulang. Matanya berkaca-kaca.

" Dimana kau menemukan menantu seperti Niah?"

" Kenapa?" Tanya ibu sedikit tidak senang. Dia memang kurang nyaman membicarakan Daniah di kalangan pergaulannya.

" Dia membuat Saga kita bisa tersenyum bahagia." Ibu tergugu mendengarnya. "Kau tahukan Helen, Noah dan Saga memiliki hubungan yang sangat rumit. Setelah Helen pergi Saga sangat berubah. Tapi hari ini aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Saga tertawa dan tersenyum bahagia." Sekali lagi ibu Noah menepuk bahu ibu. " Saat Saga bicara dia mirip sekali seperti ayahnya saat membicarakanmu dulu. Aku melihat cintanya yang tulus. Seperti tuan Rahardian melihatmu." Ibu Noah tertawa mengingat bagaimana Saga membanggakan Daniah di hadapannya tadi.

" Apa seperti itu?" Ibu terlihat masih ragu.

" Bagaimana bisa kau tidak melihatnya? Padahal kau melihat Saga setiap hari."

Pembicaraan panjang hari itu menampar pipi ibu berkali-kali. Sejauh apapun dia berusaha membohongi dirinya, menutup mata dari kenyataan. Kalau diapun merasakannya, Putranya bahagia bersama istrinya. Terlepas siapapun Daniah dan latar belakangnya.

Huh! Suamiku, ternyata anakmu mirip sekali denganmu ya dalam urusan ini.

Ibu masih melihat Daniah menghabiskan potongan buah di piring, tersenyum mengingat wajah suaminya.

Menghabiskan waktu di dalam kamar, sambil mengutak atik hp baru. Tidak lupa memeriksa semua isi hp, foto-foto masih lengkap. Saat sedang memeriksa toko onlinenya dering keras hp sampai membuat Daniah menjatuhkan hpnya.

Dasar sekertaris kurang ajar! Kau pasti sengajakan dengan nada dering mengelegar ini!

Sekertaris Han memanggil.

“ Hallo kenapa?” Menjawab dengan nada ketus. Bahkan suara nada dering masih mendengung di telinganya.

“ Hallo nona. Bersiaplah sebentar

lagi saya akan menjemput nona.” Han menjawab.

“ Kenapa? Kau tahukan aku bahkaan

tidak boleh keluar dari rumah selangkahpun, kecuali bersama tuan Saga.” Hanya boleh keluar rumah saat mengantar Saga ke dalam mobil. selebihnya tidak, bahkan sekedar ke rumah belakangpun tidak. " Tuan Saga yang kelewatan itu."

“ Padahal tadinya aku akan

mengajakmu jalan-jalan, tapi karena kau malah memakiku. Jadi aku batalkan." Sudah berganti suara milik yang mulia raja.

Aaaaaa, sekertaris Han!

“ Haha sayang, siapa yang memakimu. Maksudku tuan Saga yang tampannya kelewatan itu lho. Yang baiknya melebihi kebaikan seluruh penduduk bumi. Tuan Saga yang aku cintai.

Baiklah aku bersiap-siap ya. Aku akan dandan yang cantik untukmu.” terus bicara tanpa jeda, tidak mau sampai Saga membatalkan semuanya.

“ Jangan berdandan. Kau cuma boleh

terlihat cantik di depannku. Di tempat tidurku.”

Hah! Baiklah, baiklah aku waras

makanya harus mengalah.

" Baiklah sayang, aku tidak akan berdandan. Aku tunggu ya. Aku mencintaimu."

Akhirnya keluar rumah! Terserahlah mau di ajak kemana, yang penting bisa keluar rumah!

Bersambung