Chapter 224 Memilih Baju (Part 1)

Tinggalkan tuan muda dan nona muda

yang serasa memiliki dunia ini sendirian. Para penumpang dan tukang kontrak

hanya bisa gigit jari iri melihatnya. Kembali meneruskan pekerjaan

masing-masing.

Han meminta Aran mengikutinya tapi

hanya bicara dengan gerakan matanya. Gadis itu yang mulai paham sedikit-sedikit

perintah tidak terucap Han hanya bisa tersenyum kecut. Tidak rela meninggalkan

tempatnya berdiri untuk melihat keseruan tuan Saga dan nona. Tapi dia tetap

harus menurut, kalau tidak bisa runyam hidupnya. Sementara kepada pelayan lain

Han sudah memberikan instruksi dengan jelas.

“ Persiapkan semua pakaian nona dan

tuan muda.”  Sama seperti Aran yang  sepertinya tidak rela, harus kehilangan

tontonan langka yang mungkin sepanjang hidup tidak akan pernah mereka saksikan.

Seperti itu arti tatapan para pelayan yang saling pandang satu sama lain itu.Tapi

saat mendengar perintah berulang sekertaris Han mereka langsung sigap mengambil

langkah. Menyiapkan apa yang sudah sedari tadi di persiapkan sejak sekertaris

Han menyampaikan info kedatangan tuan Saga.

“ Tuan apa tidak apa membiarkan

tuan Saga dan nona berdua seperti itu?” Aran yang tampak was-was. Tapi wajahnya

berubah mengeryit saat melihat ke arah mereka lagi. Cepat sekali terjadi

perpindahan adegan.

Apa! mereka sudah baikan. Kenapa

mencium pipi nona dengan wajah begitu si.

Aran sampai menggit jarinya. Dengan

mata yang lekat menatap dua orang di ujung ruangan yang sedang duduk di sofa.

Kalau dalam dunia novel dia pasti menggambarkan suasana itu dengan sedikit

bunga-bunga bertebaran.

“ Hah! Memang kau pikir akan

terjadi apa dengan mereka?”  Sudah bisa

menebak adegan berikutnya setelah pertengkaran tadi. Ntah sudah terulang berapa

kali kejadian semacam ini gumam Han. “ Lap pipimu.” Tangan Han menusuk pipi

kiri Aran dengan telunjuknya.

Deg. “ Kenapa?” Refleks menyeka

sudut bibirnya dengan ujung lengan.

“ Liurmu sampai menetes. Kau

kesepian sekali  sampai iri melihatnya.”

Mencibir. Aran yang mau protes tidak punya pilihan kata yang tepat untuk

membantah Han. “ Bawa pakaian itu ke ruang ganti. Jangan melihat ke arah tuan

muda”

Cih, aku kenapa sampai kehilangan

kata-kata si. Disituasi semacam inikan seharusnya aku membalasnya.

Tapi jangankan membalas, hatinya

bahkan membenarkan apa yang dikatakan Han.

Aran membawa gantungan pakaian

menuju ruang ganti. Meletakan dengan hati-hati. Sebelum keluar dia sempat

melirik tag harga yang tergantung di salah satu pakaian.

Haaaaa! Apa mereka memintal baju

dengan benang emas?

“ Sekarang kenapa lagi dengan wajahmu?”

Aran kembali mendekati Han yang sudah duduk tenang sambil melihat hp.

“ Tuan, apa tuan tahu harga baju

disini?” melihat deretan pakaian yang juga tersusun dengan rapi di bagian

display.

“ Kau sampai pucat pasi begitu

hanya karena melihat harga baju” Han tanpa sadar mengangkat tangannya. Lalu

meraih ujung rambut Aran. Gadis itu langsung terperanjak.

Lagi! Dia mengambil rambutku lagi.

“ Tuan!” Han langsung tersadar dan

menjatuhkan rambut di tangannya.

Aku benar-benar sudah gila seperti

tuan muda.

“ Duduk.”  Katanya acuh, tidak menunjukan hatinya yang sebenarnya. Han menarik sebuah kursi

bulat kecil ke sampingnya. Aran memandang kursi itu.

Kenapa? Aku mau diapakan.

Langsung duduk saat Han menepuk

kursi itu untuk kedua kalinya.

“ Apa yang kita lakukan sekarang

tuan?” Hanya ada mereka dan para pelayan toko yang berdiri menunggu karena semua persiapan sudah dilakukan.

“ Menunggu.”

Menunggu apa?

Aran melihat Saga menarik tangan

Daniah masuk ke dalam ruang ganti baju dimana tadi dia meletakan pakaian.

“ Apa yang mau di lakukan tuan

Saga. Kenapa dia ikut masuk ke ruang ganti baju tuan?” Menutup mulutnya karena

terkejut dengan hipotesanya sendiri.

“ Apalagi, tentu saja membantu nona

memilih baju.”

“ Apa tuan yakin.” Menahan senyum. “

Kalau tuan Saga hanya akan memilih baju untuk nona.” Wajah mengeryit Aran yang minta persetujuan. Dia tidak mau berfikir kotor sendirian.

“ Ada apa dengan isi kepalamu itu.” Menekankan jari telunjuk ke kening Aran. " Hah! Kau sedang membuat adegan dewasa di kepalamu." Wajah Aean langsung merah padam. Karena itu benar adanya.

" Haha, tuan anda bilang apa. Saya itu masih polos dan suci untuk urusan begituan. Saya belum tahu apa-apa untuk urusan itu."

" Hah! kalau begitu khayalanmu di novelmu itu kau contek dari siapa?"

Aaaaaaaaa, kenapa membahas itu si.

" Sayang!"

" Apa!" Sama-sama mengeraskan suara. Daniah sudah tidak bisa menutupi rasa kesalnya. Karena dia seperti mengulang kejadian pesta ulang tahunnya.

" Pilih saja yang harus kupakai yang mana sayang." Melembutkan suara sepelan mungkin.

Aku lelah! Dan kenapa aku sudah seperti dejavu ya?

" Yang paling bagus menurutmu yang mana? yang ini, yang itu atau yang satunya lagi?" Bicara sambil menyodorkan pakaian di dekapan suaminya. " Kamu pilih yang paling cocok dan paling pas untukku. aku akan memakai apapun yang kamu pilih."

" Yang paling bagus?" Menunjukan aura tidak senang. "memang siapa yang mau memilih yang paling pas untukmu. Aku akan memilih yang paling tidak cocok untuk kau pakai."

Apa! Memang ada ya manusia sepertimu.

Menjatuhkan pakaian ditangannya lalu menarik Daniah dalam pelukannya. " Tapi kenapa semua yang kau pakai terlihat cantik." Menjatuhkan kepala di bahu Daniah. "Ini pasti karena kamu yang terlalu cantikkan? Aku benar-benar tidak rela kalau kau di lihat oleh orang lain besok."

Alasan gila apa itu! hei tuan muda, aku itu tidak cantik-cantik amat tahu. Yang seharusnya gelisah itu aku, di sana pasti nanti banyak teman-temanmu. Banyak wanita sekelas Helen yang pasti ingin menyapamu. Dan kamu mau aku berdandan biasa saja!

Daniah bahkan berfikir kalau besok akan seperti perang batin untuknya. Apalagi saat dia bertemu dengan Helen. Paling tidak dia harus bisa menegakan kepala kalau nanti dia dibanding-bandingkan. Walaupun Saga melindunginya dengan cinta yang dia tunjukan pada semua orang. Tapi dia tidak ingin dipandang tidak pantas berada di samping Saga. Dia ingin percaya diri menunjukan dirinya.

" Kalau begitu bagaimana kalau yang ini?" Meraih baju yang sudah di cobanya tadi. "Warnanya kalem di kulitku."

" Aura wajahmu malah semakin terlihat. Kau semakin cantik!"

" Kalau begitu aku tidak usah pakai baju sekalian!" Kesal, membanting baju yang di pegangnya. Berbalik badan mengembalikan baju yang sudah di cobanya. Tidak melihat orang di belakangnya sedang gemetar menahan kesal.

" Kau bilang apa? Tidak pakai baju."

Daniah langsung membalikan badan. Terkejut. " Haha sayang, aku hanya bercanda." Aaaaa.

Sementara itu di luar.

" Tuan Han kenapa mereka lama sekali?" Aran masih menatap lekat pintu ruang ganti. " Apa benar-benar tidak terjadi apapun di sana?"

Tidak mungkin! Aran.

" Apa yang kau bicarakan dengan dokter Harun tadi?" Han tidak tertarik membahas sedang terjadi apa di ruang ganti. " Saat nona di dalam ruangan pemeriksaan kau bersamanya?"

Eh, kenapa?

" Tidak bicara apa-apa tuan." Karena saat itu sekertaris Han dan tuan Saga muncul, jadi memang tidak banyak yang mereka bicarakan.

" Arandita."

" Dia hanya bicara kalau tuan itu harimau gila." cepat menjawab. Membaca situasi, kalau sampai sekertaris Han memanggil dengan nama lengkapnya itu artinya dia sedang menahan diri.

Tapi akukan tahu kalau kamu itu harimau gila, jadi tidak pentingkan. Aku bahkan memberimu julukan itu.

" Kau tidak mendengarkannku sepertinya." Sudah tercipta suasana yang membuat sedikit sesak. Aran sedang menduga arah pembicaraan Han kemana.

" Apa tuan?"

" Jangan bicara dengannya." Tegas. Terdengar sedang menandai kepemilikannya.

Tunggu, dia bukan tidak suka dengan dokter itu. Tapi apa dia tidak suka kalau aku bicara dengan dokter itu? Apa dia sedang cemburu sekarang!

Kesimpulan yang membuat Aran girang sendiri. "Apa tuan sedang cemburu karena saya bicara dengan dokter Harun."

Tiba-tiba Han tergelak. " Pak Mun memberimu makan apa tadi pagi? Sampai kau bisa halu dan sepercaya diri itu." Di akhir kalimatnya Han masih menertawakan kalimat Aran. Tapi pandangan mata mereka tidak bertemu.

Idih, apa coba. Cemberut kesal. Aran sedang ingin memperkeruh suasana. Jadi dia akan meneruskan argumennya.

" Tuan." mencengkram tangannya. Meyakinkan diri, kalau dia sedang ingin mengetes Han. " Apa tuan pikir saya tidak akan pernah berpaling dari menyukai tuan." Ayo terpancinglah. Terpancinglah, aku ingin melihat isi hatimu yang sebenarnya. begitu pinta Aran penuh harap.

" Kau mau apa? Berkencan dengan dokter Harun?" Han masih bicara dengan nada biasa.

Sial! kenapa dia malah menanyakan itu.

" Ia!" setengah berteriak. "Akukan bisa saja beralih hati."

Han bangun dari duduk. Dia menatap Aran, senyum di bibirnya muncul. " Baiklah, kau menang."

" Apa! Jadi tuan menerima perasaan saya." Sudah bicara dengan semangat. Bunga di hatinya langsung layu saat melihat perubahan wajah Han. Han mengeleng pelan sambil tertawa.

" Percaya diri sekali kau." Menyentuh bahu Aran dengan telunjuknya. " Pergilah! aku ingin lihat sejauh apa hatimu berpaling." Lalu pergi meninggalkan Aran karena pintu ruang ganti terbuka.

Apa! Malu bercampur kesal. Bagaimana dia bisa sepercaya diri itu si jadi manusia. Dan bagaimana dia tahu kalau tuan Saga dan nona keluar dari ruang ganti!

Aran menyusul mendekat, tapi sama sekali tidak mau menoleh pada Han.

Bersambung