Chapter 214 Kesal

“ Apa! jadi kau tahu siapa dia dan

masih duduk di sini kencan bersamanya?” Ntah kenapa terbesit kemarahaan dalam

kata-kata Harun. Terlebih saat melihat senyum Aran yang sepertinya senang

berada di posisinya yang sekarang. Duduk makan malam berdua dengan bom waktu

yang kapan saja bisa meledak itu. Han hanya patuh pada Saga, di luar itu hanya

dianggapnya daun kering tidak berguna. Mau berjatuhan dan berserak di segala penjuru, tetap tidak dianggap berharga olehnya.

Laki-laki ini kenapa si. Aran yang

merasa binggung sendiri.

“ Nona, ambil ini.” Dokter Harun

mengeluarkan dompet, lalu menyerahkan selembar kartu nama miliknya. Aran meraihnya

lalu melihat sepenggal nama yang tertera. Wajahnya terlihat terkejut, saat melihat jabatan laki-laki di depannya ini.

Kepala rumah sakitXX. Dengan logo yang sangat jelas, milik Antarna Group. “

Hubungi aku kalau kau membutuhkan sesuatu, semacam tes mata atau perlu tes

kejiwaan. Gratis!”

Aku mau memastikan gadis ini tidak

buta dan juga tidak gila. Kejam sekali vonis dokter Harun, selama ini dia

memprediksi hanya gadis tak berdenyut nadinya yang akan berani mendekati Han.

“ Kenapa?”

Akukan tidak sakit mata atau  gila sampai butuh tes kejiwaan segala. Ya, aku

hanya kadang stress sedikit kalau lagi deadline novel dan di kejar jadwal update.

“ Kenapa? Kau masih bisa bertanya

seperti itu, saat aku mengatakan laki-laki yang duduk di depanmu ini monster

menakutkan.” Menuding wajah Han yang sama sekali tidak terusik dengan

kalimat-kalimat memojokan yang diucapkan Harun. Walaupun sedikit terlihat mata

sekertaris Han megeryit menahan jengah. Tapi dia masih membiarkan Harun berbuat

dan bicara sesukanya.

“ Haha, dokter. Sepertinya anda

salah paham.” Memukul bahu Harun, sudah sok akrab, sambil dibumbui tawa. Tidak

memperhatikan, mata sekertaris Han yang menatap tangan itu. Sudah seperti Saga

yang ingin mematahkan tangan laki-laki yang menyentuh Niahnya. “ Bukan Tuan Han

yang memaksa saya untuk pergi kencan. Tapi sebenarnya sayalah yang memaksanya.”

Hampir terjatuh Harun dari

duduknya, saat mendengar kalimat Aran. Otaknya langsung berusaha mencerna

dengan cepat.

Sudah tidak waras apa gadis ini,

memang ada yang bisa memaksa Han selain Saga.

“ Apa! Kamu yang memaksanya?” Mata

tidak percayanya menatap tajam. Menoleh pada Han yang sedang mengalihkan kesal

dengan menghabiskan makanan di piringnya.

Cih, dia tidak perduli begitu.

“ Haha, memang seperti itu. Saya

yang memaksanya.”

Hei, tunggu, siapa wanita ini sebenarnya! Bagaimana dia bisa memaksa Han duduk berkencan. Bukankah ini bisa masuk dalam keajaiban dunia.

Harun giliran mulai tertarik dan

memperhatikan Aran. Bukan sebagai wanita aneh yang pergi kencan dengan Han.

Tapi sebagai perempuan, apa yang membuatnya spesial dan menarik. Pandangannya membuat

Aran malu, dia tersipu sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

“ Wahhh, karena saking terkejutnya

aku sampai tidak memperhatikanmu. Rambutmu mirip seperti punya kakak ipar ya.

Dan cara tertawamu juga manis.” Tidak perduli kalau kata-katanya sudah seperti

petir menyambar telinga sekertaris Han.

Kakak ipar! Siapa dia?

“ Dokter, apa anda tidak punya pekerjaan?”

Tidak bisa lagi diam, apalagi saat mata Harun mulai menatap Aran dengan

pandangan yang sedikit berbeda dari di awal tadi.

“ Hei, aku sudah bekerja seharian

penuh tahu. Jangan macam-macam.” Harun tahu, posisi Han di Antarna Group jauh

lebih tinggi darinya walaupun dia yang seorang kepala rumah sakit sekalipun. “

Jangan menambah pekerjaanku lagi.” Ancamnya kuatir.

“ Anda saja masih bisa keluyuran di

jam segini,  Sepertinya anda masih

terlalu banyak memiliki jam kosong ya?” Han meraih hp yang ada di dekat piring

makan yang sudah tandas isinya, sepertinya demi mengusir kesal dia benar-benar

menghabiskan makannya. Walaupun tidak tahu apakah dia menikmati atau tidak.

Demi melihat tangan Han yang sudah bergerak, Harun langsung bangun mengeser

kursinya.

Bisa habis aku, dia benar-benar mulai

kesal.

“ Aku mau bertemu Brian. Kami mau

membahas proyek penting.” Gerakan tangan  Han sudah benar-benar mengancam. “ Eh dimana hpku?” Han menjawab dengan

sorot matanya, menunjuk hp yang tergeletak di lantai.

Aku harus pergi sebelum dia

mengila.

“ Haha, di sana rupanya. Baiklah

aku tidak akan menggangu kencan kalian.” Ada garis bawah tebal saat dia

mengataakan kata kencan.  “ Aku akan

menemui Brian.”

“ Kalau begitu segera pergilah ke

atas tuan atau sebentar lagi anda bisa kembali ke RS untuk bekerja lagi”

“ Haha, Han aku tahu kamu cuma bercanda.”

Sialan! Kau sama sekali tidak

bercandakan? Kalau aku tidak kabur sekarang. Aku pasti tengelam dengan

pekerjaan selama sebulan ini tanpa bisa melihat matahari sore tenggelam.

Harun berjalan memungut hp tak

bersalah yang teronggok dilantai. Diusapnya benda itu ke baju “ Nona, hubungi

aku ya kalau nona butuh sesuatu.” Harun masih sempat mengedipkan mata menunjuk

kartu nama yang ada di atas meja. Sambil mendekatkan hp yang dia pegang di

telinga. “Aku akan mengatakan apapun tentang laki-laki di depanmu itu.” Tertawa

saat Han berusaha membunuh lewat tatapan matanya.

Kabur!

Sampai dia menaiki tangga, Harun

masih membalikan kepala melihaat gadis yang duduk di depan Han.

Hah! Siapa gadis itu, bagaimana dia

bisa memaksa Han pergi kencan dengannya. Aku penasaran! Dia lumayan manis juga.

Sepeninggal Harun. Masih tersisa

banyak sekali tanda tanya di kepala Aran. Siapa laki-laki itu. Han bicara tanpa

terlihat terlalu hormat tapi tidak melewati batas. Dia masih memakai panggilan

atau sapaan sopan.

Tapi kenapa tuan Han terlihat

sangat kesal si. Aaaaaa, bagaimana aku bisa memulai bicara tentang kesalahanku

di masa lalu. Aku sudah kehilangan moment tadi saat laki-laki itu datang.

Aran menatap Han, dan berbarengan

mereka bertemu pandang. Gadis itu gelagapan dan meraih gelasnya. Mengusir tegang dan gejolak di dadanya.

“ Apa dokter Harun ini teman anda

tuan?” Aran mengambil kartu nama di atas meja dan membacanya. Nama dan

pekerjaan dokter Harun yang membuatnya menelan ludah takjub.

Posisinya tinggi sekali, apa dia teman

tuan Saga.

Han mengulurkan tangannya, tanpa menjawab dengan kata-kata pertanyaan Aran. “

berikan!” Tangannya mengantung di udara.

“ Apa ?” Binggung.

“ Kartu nama itu.” Han mengoyangkan tangannya.

“ Eh, kenapa? ini kartu nama  dokter.”

“ Berikan padaku sekarang!” Aran langsung

menyerahkan kartu nama di tangannya saat suara sekertaris Han merendah, artinya

dia kesal. Matanya masih mengikuti kartu nama itu, Han meremasnya dengan tangan kirinya.  Terdengar giginya mengeram. “ Jangan pernah

menghubunginya!”

“ Eh kenapa?” Tidak jadi bertanya

saat melihat situasi. Han hanya menjawab lewat sorot matanya. “ Baik.”

Cih!

Han meremas kartu nama itu. Lalu

menyobeknya menjadi serpihan dan di hempaskannya  ke lantai. Kertas-kertas kecil itu berserak.

“ Apa dokter Harun.”

“ Jangan menyebutkan namanya!”

Haaa, baik. Menyeramkan sekali. Aran langsung menutup mulutnya dengan tangan. Rapat terkunci. Hanya pikirannya yang bicara.

Kenapa si, mereka tidak terlihat

bermusuhan tadi. Walaupun adu mulut. Tapi mereka tidak terlihat bertengkar sungguhan. Bahkan dokter tadi masih membalas kata-katanya dengan tertawa. Tapi kenapa dia terlihat sekesal itu.

Aran kehilangan moment, sampai Han membayar tagihan dia belum bicara apapun. Bahkan dia hanya mengikuti langkah kaki Han dalam diam menuju tempat parkir, tidak berani bertanya sedikitmu.

Kenapa dia kelihatan kesal sekali begitu!

Bersambung