Chapter 204 Rahasia Aran (Part 2)

Suasana berubah canggung saat Aran

mulai berwajah muram dan berjalan  duduk

ke tempat tidur. Seperti menggantung beban dan rasa bersalah di pundaknya.

Matanya yang terlihat lelah karena semalaman mengejar target menulis.  Sementara Daniah masih ada di depan meja, duduk di tempatnya tadi. Masih melirik foto-foto sekertaris Han di layar laptop.

Mengingat-ingat sepertinya foto-foto itu belum pernah di lihatnya di internet.

Kenapa Aran sampai memasangnya

sebagai layar depan ya? Apa dia? Hei, hal mengejutkan apa lagi ini.

Setelah Amera yang secara

mengejutkan mengaku menyukai sekertaris Han saja belum rampung Daniah

memikirkannya, sudah muncul fakta baru lagi. Ckck, Daniah berdecak. Ternyata

pengemar sekertaris Han ada ya.

Mereka ini tahu tidak si bagaimana

sifat sekertaris Han. Ayolah Daniah kau bahkan mencintai makhluk paling tidak

bisa di tebak dimuka bumi ini.

Begitulah akhirnya Daniah

bertoleransi dengan fakta mengejutkan yang dia dapat pagi ini.

“ Nona.” Lirih Aran memanggil.

“ Eh iya, kenapa?” tersadar dari

lamunannya yang menyimpulkan fakta seenaknya.

Kenapa dia jadi menunduk begitu si,

apa aku sudah kelewatan ya. Masuk ke kamarnya dan melihat isi laptopnya tanpa

izin.

" Maaf ya Aran kalau aku kelewatan masuk kamarmu tanpa izin." Aran langsung mengibaskan tangannya dan mengeleng kuat-kuat, kalau dia tidak keberatan Daniah melakukan apapun di kamarnya. Toh semua hal yang dia nikmati ini adalah milik suaminya.

“ Tidak nona bukan itu." Mengibaskan tangan lagi. " Sebenarnya saya sudah membuat

kesalahan besar pada sekertaris Han di masa lalu.” Seperti baru saja melepaskan beban berat di pundaknya. Aran bernafas jauh lebih lega. Mungkin menceritakan pada nona Daniah tidak akan membuatnya naik dari kubangan rasa bersalah. Tapi sejujurnya dia sangat berharap, kalau nona Daniah bisa membuka jalannya untuk minta maaf secara tulus pada sekertaris Han. Walaupun dia belum bisa menduga, akan melalui jalan seperti apa.

Kenapa si akukan penasaran?

“ Dia marah ya karena kamu

mengambil gambarnya diam-diam. Aku dengar karena kau membantu seorang putri

stasiun tv untuk menyatakan perasaannya pada Han.” Daniah melihat wajah penuh

bersalah Aran. Dia bahkan sampai meremas jemari tangannya. "Dulu kamu reporter di stasiun TVXX kan?"

Sebuah hal yang wajar jika

sekertaris Han marah. Begitu Daniah berfikir. Kalau dia sendiripun tentu akan

marah dan terganggu kalau aktivitas sehari-harinya menjadi konsumsi publik.

Apalagi ini manusia sekaku sekertaris Han.

“ Lebih parah dari itu.” Menatap

Daniah dalam. Lebih dari itu kata hatinya. “ Aku membuatnya marah dan merasa di

khianati.” Daniah bangun dari tempat duduknya dan mendekat ke tempat tidur. Di

samping Aran. Gadis manis yang selalu terlihat tegar itu ternyata bisa bersikap

semacam ini ya.

Ah, aku bahkan tidak tahu apa-apa

tentang Aran.

Hubungan Daniah walaupun terbilang

cukup terbuka, namun memang masih jauh dari membicarakan kehidupan pribadi

masing-masing. Bahkan terbukti dari fakta luar biasa ini diketahui Daniah

secara tidak sengaja begini.

“ Tapi bukannya kamu sudah di

maafkan. Buktinya dia membiarkanmu bekerja di sini. itu artinya dia sudah

memaafkanmukan.” Tidak mungkin Han membiarkan Aran tinggal di rumah belakang,

membiarkannya bertemu tuan Saga, membiarkannya berada di samping Daniah. Kalau

laki-laki itu masih menyimpan dendam atau semacamnya pada Aran.

Aran menarik nafas panjang,

hubungan rumitnya dengan Han.

“ Sepertinya tidak.” Menjawab

lemas. “Sampai hari ini aku belum mendapat kesempatan minta maaf dengan benar

padanya.” Wajah tertekannya muncul lagi.

“ Kenapa?”

“ Dia selalu marah dan menatap

tajam seperti mau merobek mulut saya nona kalau saya mengungkit masa lalu. Dan

saya benar-benar tidak berani bicara kalau sudah seperti itu.” Sedih.

Aku sudah pernah melihatnya marah

sih, tapi bukan kemarahan yang ditujukan padaku.

Rasanya Daniahpun mungkin akan

bersikap seperti Aran, menciut nyalinya kalau kemarahan sekertaris Han

benar-benar tertuju padanya.

Penasaran, penasaran, ingin tahu

sebenarnya hubungan Aran dan sekertaris Han itu seperti apa. Hati Daniah sedang

berperang sendiri. Mau bertanya tapi takut menyinggung Aran, tidak bertanya

tapi.

Aku penasaran!

Pagi itu udara cukup lembab. Bahkan

angin yang bertiup masih menusuk nadi. Jalanan masih sedikit lenggang karena

akhir pekan, libur sekolah dan liburnya pekerja kantoran. Kebanyakanan orang

jauh memilih menghabiskan pagi di tempat tidur atau berkumpul bersama keluarga

di rumah. Hanya tempat keramaian seperti taman dan area bermain keluarga yang

terlihat ramai. Orang-orang bercengkrama sambil berolah raga.

Seorang gadis sedang terlihat

kebinggungan di depan mobilnya. Dia sedang berdiri di dekat taman apartemen

mewah yang cukup lenggang. Hanya terlihat beberapa orang sedang jogging.

“ Permisi tuan.” Katanya berteriak

dengan suara cukup keras. Tapi karena orang yang sedang dia panggil memakai hoodie jaket dengan

earphone sepertinya tidak mendengar. Membuatnya setengah berlari meninggalkan

mobilnya. “ Maaf tuan.” Dia berdiri tepat di depan laki-laki yang sedang

berlari dan otomatis menghentikan langkahnya itu.

Laki-laki itu menurunkan hoodie

jaketnya, dan menarik earphone yang ada di telinganya. Menatap tidak suka

karena merasa terganggu dengan aksi gadis di depannya.

“ Apa kau mengenalku?” tanyanya

engan. Bahkan terkesan acuh.

Gadis yang menghadangnya terlihat panik. Ia mengusap tangannya karena merasa sedikit dingin saat udara pagi yang menusuk berhembus.

" Maaf apa tuan selebriti? Haha, saya jarang menonton tv jadi tidak tahu."  menundukan kepalanya minta maaf. Dengan wajah polos sambil mengusap tangan menahan dingin. " Apa tuan artis?"

" Bukan!"

" Maaf." Merasa bersalah karena sepertinya laki-laki yang di ajaknya bicara tersinggung. " Maaf karena tidak mengenali anda tuan." Tapi memang aku harus mengenalimu apa? gumam-gumam kecil. tapi bisa cukup di tangkap pria berhoodie itu.

" Apa yang kau inginkan?" Bertanya dengan nada suara yang sedikit berubah dari tadi.

" Mobil saya mogok tuan." menunjuk sebuah mobil tidak jauh dari mereka berada. " Hp saya juga mati, jadi tidak bisa menghubungi orang rumah."

Lelaki itu terlihat berfikir, sebentar kemudian berjalan mendekati mobil.

" Buka mesin belakang mobil."

" Hah!" Masih terkejut. Lalu masuk ke dalam mobil dan membuka kap mesin. Dia langsung keluar lagi dan bergegas menuju belakang mobil. " Terimakasih tuan sudah mau membantu".

Itulah pertama kalinya Aran dan Han bertemu. Dalam drama gadis polos yang mobilnya mogok di area jogging apartemen. Tangan kedinginan Aran, dan pipi merah polosnya, berhasil menarik perhatian Han. Dan dari situlah sandiwara kebetulan-kebetulan di mulai.

" Padahal aku sudah mengintainya lebih dari seminggu nona, aku menunggu moment yang pas untuk menyapanya. Mengumpulkan keberanian juga si." Tersenyum sedih, menginggat sebesar apa kebodohannya. " Dia benar-benar percaya aku tidak mengenalinya dan tidak tahu siapa dia."

Hah! aku harus kagumkan padamu Aran, kamu pemberani sekali menantang orang seperti Han. Rupaya orang populer sesenang itu ya kalau tidak di kenali.

" Nona." Aran meraih tangan Daniah membuat gadis itu terkejut. Tapi yang terlonjak kaget malah Aran, dia melepaskan tangan Daniah dan memukul tangannya sendiri. " Maaf nona saya sudah lancang."

" Hei jangan begitu." cepat meraih tangan Aran lagi. " Sudah kubilang bersikap biasa padaku kalau tidak ada tuan Saga dan sekertaris Han."

" Apa nona bisa membantu saya." Akhirnya memakai senjata yang sudah di rencanakannya.

" Aku bisa bantu apa?" Penasaran sekaligus takut kalau permintaan Aran apapun itu tidak bisa dilakukan olehnya. " Kau mau mengatakan perasaanmu pada sekertaris Han?"

Ia, benarkan? apa aku membuat kesimpulan salah kalau ternyata Aran menyukai Han.

" Bukan nona, saya tidak punya harapan sebesar itu." Malu sendiri. " Saya hanya ingin minta maaf dengan tulus padanya."

Tapi kalau bisa lebih dari itu, tentu saja saya akan sangat bahagia.

Sampai pembicaraan mereka selesai dan Daniah kembali ke rumah utama. Pikiran Gadis itu melayang kemana-mana. Wajah memelas Aran. Tatapan menakutkan sekertaris Han.

Memangnya apa yang harus kulakukan! mengunci mereka di satu kamar biar mereka bisa bicara satu sama lain.

Dan Daniah bahkan belum menemukan jawabannya sampai dia masuk ke kamarnya dan menjatuhkan diri di atas tempat tidur.

Bersambung