Chapter 196 Kehamilan

Saga terlihat menjatuhkan kepalanya

di sandaran mobil. Terdengar suara nafasnya berulang seperti desahan

kebimbangan hatinya. Dia yang merasa tidak nyaman, tapi Han yang berada di

belakang kemudi yang merasa bersalah. Sesekali Han melirik kaca melihat gurat

wajah Saga. Laki-laki itu terlihat menampar kaca dengan pandangannya. Selesai

meeting terakhir laki-laki itu mulai terlihat diam. Apalagi saat waktu menunjukan

sore. Menuju jadwal pertemuan dengan dokter kandungan.

“ Tuan muda.” Han bicara pelan.

“ Hemm.”

“ Percayalah pada nona, dia gadis

yang kuat dan tegar. Nona pasti juga akan bahagia kalau bisa melahirkan

anak-anak tuan muda.”

Saga terdengar mendesah lagi mendengar kalimat Han yang terakhir.

Benarkah? Apa benar seperti itu? Ahh

apa tubuh kecil itu bisa sanggup. Dia bahkan gemetar ketakutan saat pertama

kali kami berhubungan .

Kelebatan ketakutan masih

mengantung di pelupuk matanya. Mencintai Daniah adalah dengan membuatnya jangan

sampai terluka. Begitu yang ia tanamkan dalam hatinya. Sampai mobil menyalip

kendaraan lain Saga masih terlihat gelisah.

Informasi kedatangan Saga ke RS sudah

seperti kode zero pasien. Dokter Harun selaku kepala RS sudah menginstruksikan

banyak hal khususnya bagian kandungan yang akan di datangi Saga. Dalam bahasa

kasarnya, dia mengatakan. Kalau tuan Saga hari ini bukan datang sebagai pemilik

RS yang akan meminta pertanggungjawaban karyawannya. Tapi suami gila yang susah

di tebak maunya apa. Menjadi pimpinan RS saja sudah membuat kalang kabut.

Apalagi ini, suami dalam tanda kutip yang dikatakan dokter Harun. Akan jadi

serunyam apa kalau sampai mereka membuat kesalahan.

Sore hari, ketika temaran senja

sudah mulai datang. Di ufuk sana bahkan sudah merona warna orange tanda matahari

akan tertidur di peraduannya. Dokter Harun dan para doker sudah menyambut kedatangan

pemilik RS, di depan pintu masuk. Di hadapan banyak orang Harun berperan dengan sangat sopan selaku

jabatan yang dia emban. Tidak ada tawa atau keisengan yang biasanya dia lakukan.

“ Han, bagaimana suasana hatinya?”

Berbisik pada Han yang juga berjalan di sampingnya.

“ Apa yang anda harapkan tuan.”

“ Cih, kau ini. Dia tidak akan

mengamukkan kalau nanti mendapat informasi yang tidak seperti dia harapkan.”

“ Mungkin anda hanya akan menjadi

pengganguran.”

Kurang ajar kau, kau tidak tahu

sudah setegang apa kami.

Sudah ada di sebuah ruangan yang

cukup besar dengan sebuah layar LCD terpampang lebar. Saga langsung duduk di

tempat yang mereka sediakan. Masih memasang wajah tidak bisa di tebak suasana

hatinya. Yang pasti masih ada getaran bimbang di matanya. Semua informasi yang akan dia dapatkan

hari ini akan membawa dampak besar dalam pengambilan keputusannya ke depan. Apakah dia mau Daniah mengandung anaknya atau tidak.

“ Kalian bisa mulai.” Han memberi instruksi ketika melihat Saga memberi aba-aba dengan tangannya.

Dua orang dokter maju ke depan, wajah mereka terlihat cukup tegang. Sesekali mereka menyapu peluh yang tetap menetes walaupun di ruangan berAC. Dokter Harun yang berdiri di belakang Sagapun cukup cemas, bagaimana kalau penjelasan dua dokter yang sudah di pilihnya itu tidak memuaskan. Suasana senyap hanya terdengar suara salah satu dokter  menjelaskan dengan

terperinci mengenai informasi yang diinginkan Saga. Beberapa vidio ditayangkan

menunjukan bagimana proses kemamilan itu. Saga duduk di tempatnya mendengarkan

dengan baik. Dia tidak menyela ataupun menunjukan sikap penolakan.

Ketukan tangan Saga berulang ketika dokter  menjelaskan bagaimana kondisi ibu selama proses kehamilan. Gejala-gejala morning sick yang sering di alami ibu hamil. Dokterpun memberikan penjabaran bagaimana menanganinya. Obat-obat yang bisa dipakai untuk meminamilisir, bahan makanan dan herbal yang bisa dipakai sebagai alternatif agar seorang ibu tetap bisa menjalani kehamilan dengan nyaman.

Harun bukannya fokus pada apa yang di jelaskan dia hanya

memperhatikan perubahan airmuka Saga.

Kalau cuma begini saja aku juga bisa menjelaskan, tidak

perlu membuat tegang seisi rumah sakit. Walaupun aku belum pernah membuat anak

aku juga tahu ilmunya kalau cuma begini.

Tapi dasar Saga, saat  dr Harun mengatakan kalau dia juga

tahu tapi laki-laki itu tetap menolak. Dan mengatakan aku mau penjelasan dari

para ahlinya.

Lampu sudah menyala terang ketika penjelasan tentang proses kehamilan selesai.

“ Apa Niah tahu semua ini? Kalian sudah menjelaskan padanya?”

“ Nona sudah paham dengan semuanya tuan, nona terlihat

sangat antusias saat penjelasan proses pemulihan kesuburan pasca pil kb.”

Hei, kau pikir kakak ipar bodoh apa. dia pasti sudah tahu

dan paham proses kehamilan itu seperti apa. memang kau yang bodoh.

“ Lanjutkan.”

“ Baik tuan.”

Giliran penjelasan proses melahirkan. Bibir Saga bergetar, saat tayangan vidio berbagai proses kelahiran muncul di layar. Apalagi saat melihat mimik wajah para ibu yang melahirkan serta suami yang menemani di sampingnya. Dia terlihat mencengkram tangannya, membayangkan kalau Daniah berada di posisi itu. Hatinya ngilu. Tapi wajah Saga berangsur berubah saat dia melihat tayangan selanjutnya bagaimana ibu-ibu yang baru melahirkan itu menyambut anak-anak dalam pelukan mereka. Tidak ada yang terlihat sedih, wajah mereka bersinar bahagia. Walaupun ada di antara mereka yang menitikan airmata namun bibir mereka tertawa bahagia.

" Saga." Dokter Harun menepuk punggung Saga.

" Hemm."

" Aku mau  punya anak juga." Bahkan dokter Harunpun terenyuh melihat tawa pasangan bahagia di layar.

" Tuan, sebaiknya anda cari calon istri dulu." Han yang menyahut. Tanpa melirik.

" Cih, seperti kau bukan jomblo abadi saja." Kesal. " Han kau tidak mau punya anak juga apa. Lihat mereka lucu ya." Menunjuk layar.

Han hanya menoleh menunjukan wajah kaku. Dokter Harun rasanya ingin menendang kaki laki-laki itu.

" Kau mau punya anak berapa nanti, tidak, bukan itu pertanyaannya, siapa yang mau jadi ibu anak-anakmu ya. Punya suami segalak kamu."

Hebatnya Han hanya melirik tanpa berkedip.

" Kalian bisa diam!" kata-kata Saga langsung membungkam mulut dokter Harun, sementara Han hanya tersenyum tipis penuh kemenangan.

Wajah Saga berangsung membaik selepas dari RS. meeting terakhir sekaligus makan makan juga berjalan dengan baik. Walaupun laki-laki itu hanya diam sepanjang perjalanan pulang, tapi Han sudah melihat awan gelisah sudah menghilang, walaupun masih sedikit menyisa, tapi tidak sebanyak tadi.

" Selamat istirahat tuan muda."

" Hemm, pulanglah."

" Baik."

Pak Mun sudah meletakan sandal rumah di dekat kaki Saga, melihat wajah letih tuan mudanya.

" Ada kejadian apa di rumah? ibu dan Amera tidak menggangu Niahkan?" Meminta laporan situasi di rumah.

" Tidak tuan, nona bersama Aran dan Maya sepanjang hari ini, jadi ibu ataupun nona Amera tidak bisa mendekat. walaupun saya lihat nona Amera beberapa kali ingin bicara dengan nona Daniah." Sejauh ini situasi masih aman terkendali. Pak Mun yang menempel sepanjang nona berada di lantai bawah membuat nyali Amera juga menciut.

" Baiklah, apa tadi ada tamu?"

" Adik nona Daniah tidak jadi datang hari ini, karena harus lembur bekerja." Ntah kenapa wajah kecewa istrinya terbayang langsung.

" Baiklah, istirahatlah." Menepuk bahu pak Mun lembut. "Terimakasih sudah menjaga istriku."

" Anda juga selamat istirahat tuan muda."

Bahkan hari ini tuan muda pulang selarut ini, Pak Mun masih berdiri di tempatnya sampai Saga menghilang menuju kamarnya.

Saga mendapati istrinya sudah terlelap di bawah selimut. Dia berjalan menuju ruang ganti baju. Cukup lama dia menghabiskan waktu. Menarik nafas dalam saat melihat istrinya yang terlelap. Lelah hari ini seperti menguap melihat wajah tenang istrinya. Diapun naik ke atas tempat tidur.

" Niah." Tangan sudah menyentuh bagian kesukaannya. Bibir mulai menciumi leher. Daniah mengeliat, antara sadar dan tidak.

" Hemm, sayang." Tapi sepertinya dia menggigau, karena mengatakannya dengan mata setengah terpejam. Dan benar saja setelahnya dia kembali terlelap. Tanpa benar-benar menyadari kalau suaminya sudah ada di sampingnya.

Saga menarik ujung selimut, menarik tali baju tidur yang di pakai istrinya.

" Niah." ciuman lembut di bahu dan dada yang terbuka.

" Hemm." Mengeliat.

" Niah, kau mau melahirkan anak-anakku."

" Hemm."

" Berapa? satu atau dua." Mengeliat lagi, sedikit terusik karena aktivitas tangan dan bibir Saga menyusuri tubuhnya. Tapi matanya benar-benar terpejam. "Kau mau berapa?" tanya Saga lagi.

" Hemm, sepuluh." Tidak tahu apa yang diimpikan gadis itu tapi angka sepuluh benar-benar keluar dari mulutnya.

" Haha, kamu yang minta ya."

Setelah puas Saga menghentikan aktivitasnya, lembut dia bersandar di bahu istrinya, melingkarkan tangan. Mencium aroma tubuh Daniah sampai dia terlelap dalam selimut mimpi.

Bersambung