Chapter 142 Main pijat-pijatan

Hari ini Saga pulang kerumah jauh

lebih awal dari biasanya. Tanpa ada drama karena sekertaris Han memberi info

akurat pada Daniah. Gadis itu benar-benar langsung menarik tangan Leela untuk

mengantarnya pulang. Walaupun dia sadar kontrak mematikan antara dirinya dan

Saga sudah berakhir, tapi seperti menuruti kemauan Saga dan tidak membuatnya

marah menjadi suatu kebiasaan yang nyaris mendarah daging. Walaupun saat ini

sesekali dia masih suka membantah kalau melalui kata-kata.

Seperti hari ini, selepas mandi dan

menunggu waktunya makan malam mereka menghabiskan waktu di dalam kamar. Duduk

di atas tempat tidur. Masih memakai pakaian lengkap mereka. Lalu Saga memberi

ide sambil menghabiskan waktu. Untuk main pijat-pijatan.

“ Buka bajumu!” Katanya duluan. Dia

memilih untuk memijat duluan. Sudah menarik ujung baju Daniah. Gadis itu

berusaha mempertahankan pakaian yang melekat ditubuhnya.

“ Tidak mau!” tidak kalah berteriak

mengalahkan suara Saga. Kalau dia melepas baju, dia tahu apa selanjutnya yang

akan terjadi.

“ Kau benar-benar berani ya

sekarang.” Saga menundukan kepalanya. Menempel di telinga Daniah. Bahkan nyaris

mengigit telinga itu.

“ Sayang, bukan begitu. Pijat saja

bahuku.” Daniah menepuk bahunya, sementara posisi dia sudah tidur tengkurap

tanpa bisa bergerak sedikitpun. Saga sudah berada di atasnya bertumpu pada

lututnya. Daniah hanya berharap kaki suaminya sekokoh sifat berkuasa dan menang

sendirinya. Hingga dia tidak perlu gelisah dan takut tergencet sedikitpun.

Kenapa juga si pakai acara

memijatku segala, biasanya kamu kan yang minta pijat.

Tidak  menghiraukan ocehan Daniah Saga menarik baju

Daniah paksa. Setelah berhasil melepaskannya dia melemparkan baju itu jauh dari

tempat tidur. “ Dasar pembangkang!”

“ Maaf, maaf!” berteriak karena

cubitan tangan Saga dipinggangnya.  Saat

Saga melepas satu-satunya pelindung tubuhnya dia pasrah. Telinganya merinding

geli saat bibir laki-laki itu menelusuri punggungnya.

Pijat, pijat saja, kenapa musti

cium-cium segala. Memang ini panti pijat plus-plus apa!

Walaupun akhirnya Daniah terdiam

dan menikmati setiap sentuhan tangan Saga di punggungnya.

Cih, kenapa dia bisa melakukan

semua hal begini si. Bahkan pijatannya sangat nyaman. Gerutuan Daniah berakhir

menjadi pujian. Beberapa kali dia mengerjapkan mata karena merasa sangat

nyaman.  Sungguh menikmati, karena tangan

Saga benar-benar fokus memijat tanpa menjahilinya.

Saga fokus dengan gerakan

tangannya, mulutnya tidak bicara sepatah katapun. Dia menyusuri setiap bagian

punggung istrinya. Kecupan lembut dia berikan dibebera titik saat memijat.

“ Balikan badanmu!” setelah cukup

lama dia memijat pungguh Daniah.

Apa! Daniah belum bergerak. Dan dia

tidak mau bergerak dari tempatnya. Hanya Mengangkat kepala, mencari dimana

bajunya. Tidak terlihat. Saat dia memutar pandangannya dia melihat pakaianya

teronggok di lantai di dekat meja rias.

Habislah aku kalau aku berbalik.

“ Balikan badanmu. Bagian punggung

sudah selesai sekarang bagian depan.” Saga mengulang kata-katanya. Tapi dia

tidak merubah posisi masih bertumpu pada lututnya diatas punggung Daniah. Dia

mengangkat tubuhnya lebih tinggi, supaya Daniah bisa memutar tubuhnya.

“ Tidak mau!”

“ Apa! kau benar-benar belajar

dengan giat membantahku ya.” Gusar, menurunkan bagian lututnya supaya tubuhnya

menempel dipunggung polos Daniah.

“ Haha, sayang bukan begitu.”

Daniah mulai takut tertindih. “ Bagian depan tidak usah dipijat. Sudah cukup

sekarang. Nyaman sekali. Ahhh, senangnya. Terimakasih sayang.” Daniah menyentuh

bahunya dengan tangan kanan dan memberikan sedikit pijatan di sana. Menunjukan

kalau dia merasa sangat puas dengan sentuhan tangan Saga. “ Tanganmu hebat

sekali, aku bahkan berfikir kalau aku di pijat tukang pijat profesional. Sayang

apa kamu juga pernah ikut kelas memijat.” Benar-benar berusaha mengalihkan

pembicaraan.

“ Balikan badanmu!”

Sial, dia tidak mengubris

kata-kataku.

“ Tidak mau, aku tahu apa yang kau

pikirkan.” Berusaha tetap di posisinya tengkurap.

“ Hei gadis mesum memang apa yang

kau pikirkan!” tertawa sekali lagi, sambil tangannya mulai aktif menjahili bagian

sensitif.

Nahkan lagi-lagi kenapa aku yang

kena si. Yang mesum itu kamu tuan Saga. Tapi kenapa aku yang selalu kena.

“ Aku hitung sampai tiga belum

berbalik, habis kau!” mulai mengancam karena bosan menunggu. Daniah masih

bersikeras mempertahankan posisinya.

“ Ia, aku berbalik.” Berteriak. “

Tapi sayang, kamu bisa turun dulukan?”

“ Tidak mau.” Menjawab secepat

kilatan lampu kamera.

Apa!

“ Satu...” mulai menghitung karena

kesal.

Secepat kilat Daniah memutar

tubuhnya. Tangannya berusaha menjangkau selimut atau apapun yang bisa

diraihnya. Tapi tidak ada apapun yang bisa di sentuhnya. Hanya bantal yang ada

di sampingnya. Tidak mungkin dia meraih benda besar itu.

“ Apa yang kau cari?” Tangan Saga

meraih tangan Daniah, yang mencari upaya terakhir untuk menutupi bagian depan

tubuhnya. “ Aku kan bilang hanya akan memijatmu. Tidak yang lain. Dasar mesum.”

Telunjuknya menunjuk kening Daniah.

“ Janji!”

“ Tidak mau!” seringai muncul di

garis bibir Saga. Selama beberapa detik dia benar-benar melakukan gerakan

memijat seperti yang dia lakukan tadi. Tapi selang hanya beberapa detik saja

dia sudah tergelak dan menjatuhkan diri di samping Daniah.

“ Sayang.” Mulai waspada.

“ Siapa suruh kamu gak pakai baju.”

Tertawa puas.

“ Apa! memang siapa yang melepas

dan melempar bajuku ntah kemana.”

Dia tidak mengubris, sudah

menyentuh bagian kesukaannya. Dan melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Aaaaaaa, benarkan aku tahu yang kau

pikirkan. Bukan otakku yang mesumkan. Ayo klarifikasi kata-katamu tadi.

Daniah berhasil membujuk Saga untuk

duduk. Setelah dia puas melakukan apa yang dia inginkan. Gadis itu sudah

mengambil pakaian dan memakainya. “ Sekarang gantian ya. Aku yang akan

memijatmu.” Tersenyum manis.

Cih, bagaimana kalau pak Mun

tiba-tiba datang mengetuk pintu tadi.

Selang beberapa saat setelah Daniah

mulai memijat,  dia bahkan baru menyudahi

pikirannya pintu benar-benar di ketuk. Pak Mun masuk tanpa mendengar suara

balasan.

Lihatkan! Dasar tuan Saga.

Daniah meneruskan pijatannya

sementara pak Mun mendekat.

“ Kenapa?” Saga bertanya.

“ Ada tamu yang di undang nyonya

untuk makan malam tuan.” Tanpa diberitahu siapa orangnya Saga sudah bisa

menebak siapa tamu yang dimaksud pak Mun.

Sudah kuduga, dia tidak mungkin

tidak datang.

“ Siapkan saja semuanya.”

“ Apa anda mau turun untuk menyapa

tuan. Nyonya juga sedang menunggu di bawah.”

“ Aku akan menyapanya saat makan

malam nanti.”

“ Baik, kalau begitu saya permisi.”

Pak Mun mengangukan kepala pada Daniah sebelum berlalu. Gadis itu yang

penasaran dan ingin bertanya berhasil menutup mulutnya. Menunggu sampai pak Mun

berlalu ke luar kamar.

“ Siapa sayang?” menatap Saga,

sementara tangannya berhenti beraktifitas.

“ Apa! teruskan tanganmu.” Saga

mengerakan kakinya. Tidak ada keingginan untuk menjawab pertanyaan Daniah.

Tangannya terulur menyentuh rambut Daniah. Menciumnya beberapa kali. “  Kapan kau mau naik level jadi pijat

plus-plus” lihat, senyum nakalnya tapi tersimpan keseriusan seperti biasanya di

sana.

“ Apa!” terkejut. Apalagi saat mata

mereka bersitatap Daniah bisa melihat keseriusan di mata Saga. Bahwa dia ingin

servis lebih dari sekedar pijatan biasanya.

Gila ya!

“ Haha Sayang.” Tidak tahu harus

berkata apa. tidak tahu juga pijat plus-plus yang sebenarnya itu seperti apa.

“ Satu gerakan saja.” Saga

mengangkat satu jarinya. Menepuk kedua lututnya. “ Naik!”

“ Apa! gerakan apa?” pura-pura

bodoh saja pikir Daniah. Dia masih terlalu malu untuk melakukan hal agresif

apapun di hadapan Saga saat lampu kamar masih menyala.

“ Mau ku ajari.” Tertawa tanpa

malu.

“ Tidak! Tidak mau.” Spontan  menjawab dan spontan mendekat, Daniah hanya

memberikan kecupan di bibir Saga. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Lalu dia secepatnya bergerak keposisinya semula.

“ Kurang!” mengetuk-ngetuk bibirnya

yang habis mendapat kecupan dari istrinya.

“ Sayang!” memohon. Hanya wajahnya

yang menunjukan kalau dia benar-benar malu. Tapi Saga selalu menyukai ekspresi

malu-malu dan wajah merah padam Daniah. Hingga dia jauh lebih giat menjahili

istrinya kalau sudah seperti itu.

“ Sini kuajari bagaimana pijat

plus-plus.” Menarik tangan Daniah sampai tubuh gadis itu terjatuh di dadanya.

Aaaaaaaaa.

Ketukan pintu dan suara panggilan

ibu langsung membuat Daniah terperanjak kaget. Dia bangun dari pelukan Saga.

Merapikan rambutnya. Sementara Saga tidak perduli dan berusaha menarik tubuhnya

untuk kembali terbaring.

“ Saga, ibu masuk ya.”

Posisi orang-orang di atas tempat

tidur sudah normal kembali. Saga sudah duduk bersandar, sementara kakinya ada

di pangkuan Daniah. Gadis itu merapikan rambutnya lagi dengan cepat kebelakang

telinga. Memastikan sekali lagi kalau penampilannya normal. Dia menarik kancing

bajunya saat melihat pakaiannya terbuka sedikit.

“ Kenapa bu?” Saga bertanya ketika

ibu sudah mendekat ke tempat tidur.

“ Daniah sedang memijatmu ya.”

Tanya ibu sebelum menjawab Saga. Dia menatap tajam menantunya.

Melihatku memijat tuan Saga

pandangan ibu sudah setajam silet. Bagaimana kalau tadi dia datang saat aku

sedang di pijat, apa matanya akan jadi gergaji mesin yang mengoyakku.

“ Bisakah kamu turun sebentar,

pamanmu datang berkunjung. Sudah lamakan kalian tidak bertemu.” Akhirnya

berusaha tidak memperdulikan apa yang dilihatnya.

“ Aku akan menyapanya nanti.” Saga

membalas cepat.

“ Sayang.” Daniah menurunkan kaki

Saga. “ Kenapa kita tidak turun sekarang.” Mendengar tamu yang datang adalah

paman, Daniah berinisiatif untuk mengajak suaminya turun.

“ Kau belum selesai memijatku!”

protes. Sambil menunjuk kaki dengan ekor matanya. “Dari tadi tanganmu bahkan

belum bergerak dari kaki.”

“ Kita lanjutkan nanti lagi sebelum

tidur ya.” Jawaban Daniah membuat ibu meliriknya lagi, masih dengan pandangan

setajam pisau dapur.

“ Saga apa kamu mau ibu mengundang

tukang pijat profesional. Salon langanan ibu.” Ibu benar-benar berusaha sekuat

tenaga, mencari celah sekecil apapun harapan ada di sana.

“ Tidak perlu bu, Daniah bahkan

sudah sekolah memijat. Aku harus memakai apa yang sudah aku investasikan.”

Apa! dasar!

Saga berjalan di samping Daniah

sambil melingkarkan tangannya di bahu Daniah. Memainkan telinga gadis itu.

Tidak perduli ibu yang juga menoleh dan memperhatikan apa yang dia lakukan.

BERSAMBUNG