Chapter 3 Pertemuan Pertama

Dania duduk sambil merapikan rambut

dan pakaiannya. Ia mengerutkan pipinya berulang-ulang, melatihnya untuk

tersenyum. Apapun yang terjadi yang ia lakukan adalah cukup tersenyum.

Tersenyum , sambil melangkah ke lubang neraka yang dasarnya tidak ia ketahui.

Pintu terbuka, sekertaris yang tadi menjemputnya muncul. Disusul dengan sosok

laki-laki.

Perawakan laki-laki itu sungguh sempurna. Daniah berdiri dari duduk, jemarinya. Laki-laki itu memiliki aura yang kuat. Ini kali pertamanya bertemu dengan calon laki-laki yang akan

menjadi suaminya. Ntah karena apa, dia sudah merasa sekujur tubuhnya gemetar.

Bahkan langkah kaki laki-laki itu memasuki ruangan sudah mengintimidasinya.

“ Silahkan Tuan.”

Sekertaris itu menarik kursi, dan

laki-laki itu duduk dengan sikap yang sangat angkuh. Sekertaris  Han meletakan

amplop besar berwarna coklat di atas meja. Daniah menatap benda itu.

Apa itu surat perjanjian pra nikah.

Dia bergumam sendiri. Dia sudah menyiapkan hatinya untuk kemungkinan terburuk

yang bisa terjadi pada pernikahannya. Ini hanya pernikahan untung dan rugi.

Ayahnya telah menjualnya untuk melunasi semua hutang perusahaan. Dia tahu bahwa

dia tidak punya harga diri lagi di hadapan calon suaminya.

“ Bacalah, itu peraturan yang harus

kamu taati saat menjadi istri ku.” Dia melemparkan map besar itu di hadapan

Daniah dengan tangan kirinya.

Perlahan Daniah meraih amplop.

Sejujurnya walaupun dia terlihat tenang namun dadanya berdetak lebih kencang.

Ia menghembuskan nafas pelan agar fikirannya tetap bisa fokus.

Apa ini!

Pihak pertama : Saga Rahardian Wijaya

Pihak Kedua : Daniah Andini

Peraturan yang berlaku selama

pernikahan adalah pihak pertama adalah aturan yang harus dipatuhi oleh pihak

kedua.

Daniah mencoba mencerna tulisan yang ada di depannya. satu kalimat panjang itu sudah mewakili semuanya. bahwa ia bukan apa-apa, ia hanya harus patuh tanpa bicara.

Apa maksudnya ini, apa ini artinya dia lah aturan hidup yang harus aku patuhi

selama pernikahan berlangsung. Kata-katanya adalah titah. Begitu? Apa dia pikir

dia itu kaisar.

Seluruh bulu kudu Daniah merinding.

Karena menyadari laki-laki di hadapannya memang bisa melakukan apa pun yang ia

mau.

“ Maaf, boleh saya bertanya maksud dari aturan ini?”

Saga menatap wanita yang akan

menjadi istrinya ini tajam. “ Artinya patuhi semua apa yang aku katakan.”

Setelah mengucapkan kalimat pendek itu, bibirnya menyeringai.

“ Apa bisa Tuan menjabarkan apa saja itu, agar saya tidak melakukan kesalahaan kedepannya.” Daniah menjawab dengan tersenyum, dia menahan hatinya yang bergejolak dengan berwajah ceria. Sekilas

Daniah bisa melihat Saga terkejut dengan kata-katanya. Bibirnya terlihat

tersenyum samar dengan sinis.

“ Keluarkan hp mu!” Daniah menuruti kata-kata Saga. “ Catatlah. Peraturan pertama

jangan pernah mencampuri urusan pribadi ku. Apa pun itu, termasuk hubungan ku

dengan wanita lain.”

“ Baik.”

Saga menatap lurus wanita di

depannya yang masih mencacat dengan cepat di hpnya. Gadis ini tidak terlihat

terkejut dengan aturan pertama yang ditulisnya.

“ Yang kedua, lakukan kewajibanmu dan peran mu sebagai istri ku tanpa banyak bicara.”

“ Baik.” Daniah menatap Saga. “ Apa hanya ini Tuan?”

Gadis ini benar-benar sedang menantang ku sepertinya. Saga menatap tidak suka.

“ Maaf, apa saya boleh menanyakan sesuatu?”

“ Katakan.” Saga menjawab acuh.

“ Apa saya bisa tetap melakukan pekerjaan saya seperti biasanya?”

“ Aku tidak perduli dengan pekerjaan mu, lakukan sesuka mu. Yang harus kamu lakukan adalah menjaga sikap mu di luar sana, jangan sampai beredar gosip yang bisa menghancurkan nama baik ku.

Ingatlah, aku bisa membantu keluarga mu bertahan hidup, tapi aku juga bisa

membuatnya hancur berkeping seperti remahan debu.”

Daniah menelan ludahnya. Benar,

seperti inilah watak asli laki-laki di depannya. Ternyata rumor berhati dingin

itu sungguh benar adanya.

“ Baik Tuan saya akan patuh menjadi

istri anda dan menjalankan semua aturan yang anda buat. Terimakasih atas semua

kebaikan yang Tuan berikan kepada keluarga saya, saya akan membayarnya dengan

jiwa dan raga saya.”

Ya Tuhan apa yang sudah ku katakan, aku pasti sudah gila. Bagaimana kata-kata

keputusasaan ku bisa keluar dengan indah begitu.

“ Sepertinya kau sudah tau harus melakukan apa.”

Daniah tersenyum.

“ Terimakasih atas pujiannya Tuan.”

Siapa yang memujimu. Saga memaki dengan sorot matanya. Aku sedang menghina harga dirimu. Haha, aku tahu, kamu bahkan tidak punya harga diri.

Makanan dan minuman masuk saat

pembicaraan mereka telah selesai. Sekertaris Han, masuk lalu membisikan sesuatu

di telinga Saga. Setelahnya Saga terlihat sudah tidak akan meneruskan makannya.

Karena melihat Saga bangun dari

duduk, Daniah ikut reflek bangun dari kursinya. “ Anda akan pergi Tuan? tidak

makan dulu. Sudah banyak sekali makanan di meja.”

Saga menghentikan langkah kakinya.

“ Kau bisa menghabiskan semuanya?”

“ Tidak tuan ini banyak sekali.” Daniah mengedarkan pandangannya pada makanan di atas meja.

“ Kalau begitu kenapa tidak kau bawa pulang dan ajak keluarga mu makan. “ ia tersenyum, tapi senyum itu berarti merendahkan. Dia menarik bibirnya dengan sinis.

“ Baiklah, terimakasih atas makanannya Tuan Saga, semoga hari anda berjalan dengan baik.”

Daniah menundukan kepalanya sampai

laki-laki dan sekertarisnya tadi menghilang di balik pintu yang tertutup.

Setelahnya ia langsung terkulai lemah. Terduduk di lantai.

Aku sangat  hina dimata calon suami ku.

Daniah pulang dengan membawa semua

makanan yang tadi dipesan. Bukankah Tuan saga memerintahkannya untuk membawa

semua makanan itu pulang. Tubuhnya masih gemetar, ada air mata menetes

di pelupuk saat ia memasuki taksi. Taksi kemudian bergerak pergi memecah jalanan

kota.

BERSAMBUNG