Chapter 373 episode 372 (S2)

Setelah selesai makan, ada sebagian orang mengobrol dan sebagian lagi menyendiri seperti Menik, dia lebih memilih untuk duduk di beranda villa. Koko mendatangi Menik.

" Nik, kamu kemana saja. Kenapa tiba-tiba kamu mengundurkan diri? Apa yang terjadi?" Koko mengajukan pertanyaan beruntun.

" Aku harus jawab yang mana." Tanya Menik.

" Kamu enggak harus jawab, tapi wajib menceritakan kepadaku."

" Itu sama saja." Ucap Menik.

" Apa kamu dan pak Kevin bertengkar?"

Menik memicingkan matanya, dengan arti tebakkan Koko benar.

" Kamu tau, pak Kevin terlihat stress ketika kamu tidak ada. Memangnya kamu kemana? Dan sekarang kerja di mana?"

Menik membisikkan sesuatu ke telinga temannya.

" Serius?" Koko membuka mulutnya lebar-lebar. Ucapan Menik seperti kejutan buatnya.

" Sstt jangan bilang siapa-siapa. Aku tidak mau siapapun tau." Ucap Menik.

Koko menganggukkan kepalanya. Dari jauh ada Kevin yang memperhatikan Menik dan Koko. Kevin ingin ngobrol panjang lebar sama Menik. Dia ingin menjelaskan semuanya. Dan dia butuh penjelasan tetang keberadaan Menik selama ini. Cuma masih ada Rudi yang selalu saja mengikutinya, dia tau Rudi juga mengejar cinta Menik.

Muncul ide di dalam benak Kevin. Dia menghubungi nomor Koko.

" Ko bisa kebelakang sebentar." Ucap Kevin kemudian menutup ponselnya. Rudi memperhatikannya dari jauh.

" Siapa Ko." Tanya Menik.

" Pak Kevin, dia meminta aku datang ke belakang, mungkin beliau butuh bantuan ku. Sebentar ya Nik, kamu masih hutang penjelasan kepadaku." Ucap Koko.

" Sip." Jawab Menik singkat.

Koko meninggalkan Menik seorang diri di beranda, di belakang Kevin sedang menunggunya. Sedangkan Rudi duduk di ruang keluarga bersama yang lainnya.

" Ada apa pak." Tanya Koko.

" Saya butuh bantuan. Kamu tau Rudi selalu menjadi penghalang buatku untuk dekat sama Menik. Kamu harus menjaga Rudi agar tidak merusak acara kami."

" Memangnya apa yang mau bapak lakukan sama Menik." Tanya Koko.

" Ko, saya butuh privasi dengan Menik. Banyak hal yang harus saya bicarakan dengannya." Ucap Kevin.

" Baik saya akan membantu bapak, tapi apa yang harus saya perbuat dengannya." Tanya Koko.

" Terserah kamu, yang penting dia jangan ngikut terus kayak kutil." Ucap Kevin.

" Siap saya mengerti." Koko mulai beraksi, dia mendekati Rudi.

" Pak Rudi bisa minta tolong." Ucap Koko.

" Apa." Tanya Rudi.

" Ponsel saya hilang, bisa bapak menghubungi nomor saya." Ucap Koko.

Koko sudah menonaktifkan ponselnya. Ponselnya ada di saku celananya.

" Tidak aktif." Ucap Rudi

" Apa tertinggal di kamar ya." Gumam Koko seperti orang kebingungan.

" Kamu mau menghubungi siapa? Pakai saja ponsel saya." Ucap Rudi menyerahkan ponselnya.

" Saya mau menghubungi nenek."

" Kenapa dengan nenek kamu." Tanya Rudi.

" Saya mau mengingatkan kalau sekarang jadwal kucing saya minum obat." Ucap Koko berakting.

" Kucing kamu sakit apa." Tanya Rudi penasaran.

" Sakit mata pak. Saya takut nenek lupa memberikan obat mata untuk kucing saya."

" Memangnya apa yang terjadi kalau lupa memberikan obat." Tanya Rudi lagi.

" Matanya tambah sakit, malah bisa lebih parah sakitnya."

" Seperti." Ucap Rudi singkat.

" Seperti mata keranjang." Ucap Koko.

Rudi tidak menunjukkan ekspresi sama sekali, menurutnya semua hanya candaan saja. Koko sengaja membuat Rudi terlihat sibuk agar Kevin dapat leluasa ngobrol dengan Menik.

Kevin memanfaatkan kesempatan itu dengan mendekati Menik.

" Nik." Ucap Kevin.

Menik yang sedang duduk di beranda langsung menoleh kearah yang punya suara.

" Saya mau bicara." Ucap Kevin lagi.

Menik beranjak dari tempat duduknya, dia menghindari Kevin dengan berjalan ke tepi pantai.

" Nik tunggu." Ucap Kevin mengikuti Menik menuju pantai.

Ada seseorang yang memperhatikan yaitu Jasmin, dia merasa penasaran dengan Kevin dan Menik. Ada hubungan apa dengan keduanya. Dan dia mulai mencari informasi.

Menik masih tetap berjalan menyusuri pantai. Keadaan gelap tidak diperdulikannya. Angin yang cukup kencang tidak membuat nyalinya menciut. Ombak menari-nari kesana kemari, menghasilkan sebuah suara yang terdengar seperti alunan musik yang indah.

" Nik tunggu, saya mau bicara." Ucap Kevin sambil memegang pergelangan tangan Menik.

" Lepaskan." Ucap Menik sambil berusaha melepaskan tangan Kevin.

" Nik, saya mau perasaan kamu kepada saya tetap sama. Jangan hilangkan itu dari lubuk hati kamu yang paling dalam. Saya mohon."

" Untuk apa? Kita tidak pernah mempunyai ikatan, dan ikatan kita hanya sebagai bawahan dan atasan. Memang kita pernah mengakui perasaan masing-masing dan menurut saya itu kesalahan." Ucap Menik ketus.

" Nik jangan seperti itu, saya tidak pernah menganggap itu sebuah kesalahan. Apa kamu tidak ingin memberi kesempatan untuk kita." Ucap Kevin lagi.

" Kesempatan? Bapak pikir perasaan saya seperti bahan percobaan." Ucap Menik kesal.

" Nik, saya akui semua karena salah saya. Seandainya saya berani berkata jujur pasti kamu tidak akan marah seperti ini." Ucap Kevin.

" Kita tidak usah berkata andai-andai lagi. Katakan yang sekarang bukan yang lalu-lalu." Ucap Menik tegas.

Kevin menghela nafasnya dengan kasar.

" Baik, saya akan mengatakan tentang kita sekarang." Kevin berlutut di depan Menik sambil membuka kotak yang di dalamnya ada cincin berlian.

" Maukah kamu menikah dengan saya?"

Menik tidak menjawab seketika dia menjadi bisu.

" Maukah kamu menjadi ibu buat anak-anak kita." Ucap Kevin lagi.

Kevin melanjutkan semua kalimatnya.

" Mungkin kamu belum bisa memaafkan perbuatan saya. Tapi dari hati yang paling dalam. Saya ingin membuat bahtera rumah tangga dengan kamu." Ucap Kevin sungguh-sungguh.

Seketika bulir air mata menetes dari kelopak matanya. Dia tidak tau harus berbuat apa, apakah senang dengan lamaran itu atau sebaliknya.

Kevin masih dengan posisinya berlutut. Dia masih menunggu jawaban dari Menik.

Menik tidak menjawab dia berlari menuju villa meninggalkan Kevin yang masih berlutut. Kevin berusaha mengejar. Ketika sampai di villa, Rudi dan Koko melihat kedatangan Menik yang terlihat terburu-buru.

Kenapa cepat sekali, apa yang sedang terjadi dengan mereka berdua.

Koko merasa heran dengan kedatangan Menik yang tergesa-gesa. Dan Rudi juga melihat raut wajah Menik yang sembab. Dia mengikuti Menik sampai kamar. Pintu kamar itu sudah di tutup. Rudi mengetuk pintu dengan cukup keras.

" Menik, kamu kenapa?" Ucap Rudi dari balik pintu.

" Pergilah aku mau beristirahat." Jawab Menik.

" Menik, aku tau kalau kamu sedang ada masalah. Kamu bisa bercerita denganku." Ucap Rudi.

" Aku ingin sendiri." Ucap Menik lagi.

Hampir lima belas menit Rudi merayu Menik untuk berbicara kepadanya. Dia mencoba menerka-nerka apa yang menyebabkan Menik bersedih.

Rudi berjalan menuju setiap ruangan. Didalam ruangan itu dia seperti mengabsen setiap orang. Hampir semua orang ada di situ hanya Kevin yang tidak ada. Rudi mencari keberadaan Kevin di setiap ruangan, tapi tidak menemukannya. Dia mencoba mencari di luar villa dan mencoba menyusuri pantai.

Dia menemukan Kevin sedang duduk di pinggir pantai.

" Kevin, apa yang kamu lakukan disini." Tanya Rudi.

Kevin melihat sekilas kearah rivalnya. Dia tidak menjawab hanya memandang ke laut. Penolakan Menik membuatnya sedih dan kecewa.

" Apa kamu yang telah membuat Menik menangis." Tanya Rudi.

" Iya aku yang telah membuat Menik menangis." Ucap Kevin pelan.

Rudi mencengkram leher Kevin. Kevin tidak membalas ataupun meronta.

" Apa yang kamu lakukan sampai Menik bisa menangis." Tanya Rudi.

" Aku melakukan hal yang sama denganmu." Kevin menepis tangan Rudi dari lehernya. Dan berjalan kembali ke villa. Sedangkan Rudi bingung dengan perkataan Kevin.

" Like, komen dan boom vote ya terima kasih."

Ig. anita_rachman83