Chapter 196 episode 196

Ziko tidak berniat untuk menghabiskan makanannya. Dia lebih memilih untuk berbaring di sofa. Dari luar Pak Budi datang dengan membawa sebuah amplop. Dan menyerahkannya kepada Ziko.

" Apa ini Pak?" Ucap Ziko sambil membuka amplop tersebut.

Ziko membelalakkan matanya melihat sebuah surat dari pengadilan negeri agama. Dia tidak berfikir kalo Zira bisa melakukan selangkah lebih cepat dari dirinya.

Ziko meletakkan amplop itu ke atas meja makan. Nyonya Amel yang duluan mengambil amplop tersebut dan membacanya. Nyonya Amel membelalakkan matanya sama persis dengan yang di lakukan anaknya. Tuan besar mengambil amplop itu. Sambil menghembuskan nafasnya dengan keras.

" Zira sudah bertindak sangat cepat. Kita tidak mungkin bisa membatalkan perceraian ini." Ucap tuan besar pelan.

" Kenapa harus di batalkan, aku lebih senang kalo dia sudah melakukannya terlebih dahulu. Jadi aku langsung bisa menceraikannya." Ucap Ziko santai.

Nyonya Amel sudah mulai emosi dari kemaren dia berusaha untuk menahan amarahnya.

" Mana perjuanganmu? Coba katakan ke mama kalo kamu membencinya." Ucap Nyonya Amel teriak.

Ziko terdiam dia tidak merasa membenci Zira. Menurutnya tidak ada karakter Zira yang membuat dirinya membencinya.

" Cepat katakan?" Ucap Nyonya Amel mendesak.

Ziko tidak menjawab, dia malah hendak pergi ke kamarnya. Tapi tangannya sudah di tahan mamanya.

" Katakan kepada kami kalo kamu tidak mencintai Zira. Cepat!" Teriak.

" Untuk apa aku mengatakan itu." Ucap Ziko gugup.

" Untuk dirimu sendiri, kalo kamu memang tidak ada perasaan kepadanya pasti tidak ada penyesalan pada saat kamu bercerai nanti, tapi kalo perasaan itu ada dan kamu menutupinya, mama yakin kamu akan menyesal selamanya." Ucap Nyonya Amel menghempaskan tangan anaknya.

Ziko pergi ke kamarnya. Di dalam kamarnya dia merenungkan semuanya.

Genderang perang sudah di tabuh. Dan aku akan meladeninya.

Ziko menghubungi pengacaranya dan mengatakan semua masalahnya. Pihak pengacara Ziko siap melayani pihak Zira. Ziko bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Dia ingin memeriksakan kondisinya yang beberapa hari ini mengalami mual dan pusing. Dibawah Nyonya Amel sudah bersiap-siap.

" Ayo, ma kita pergi." Ucap Ziko.

" Kamu pergi sendiri mama masih ada urusan yang lainnya." Ucap Nyonya Amel ketus. Ziko pergi sendiri kerumah sakit dengan menggunakan mobilnya sendiri.

" Mama mau kemana?" Ucap Zelin penasaran. Nyonya Amel tidak menjawab, dia malah mengajukan pertanyaan kepada suaminya.

" Pa bagaimana dari pihak redaksi itu? Sudah ada belum tentang inisialnya." Ucap Nyonya Amel.

Tuan Besar melupakan sesuatu bahwa dia harus menghubungi pihak redaksi.

" Oh iya papa lupa, seharusnya sudah ada informasi dari mereka sekarang. Papa menghubungi mereka sekarang." Ucap Tuan besar sambil mengambil ponselnya. Dalam sekejap panggilan terhubung. Pihak redaksi menerima panggilan tersebut dan menyerahkan bagian yang terkait seperti bagian peliputan berita dan bagian percetakan.

Tuan besar masih mendengarkan penjelasan semuanya dari pihak redaksi. Dengan penuh kecewa tuan besar menutup panggilannya.

" Bagaimana Pa?" Ucap Nyonya Amel penasaran.

" Mereka tidak mau memberitahukan inisial itu karena itu merupakan privasi dari yang bersangkutan dengan kata lain Tuan Mahesa. Mereka tidak berani memberitahukan karena ada undang-undangnya yang mengatur tentang itu." Ucap Tuan besar menjelaskan.

" Coba Papa cek, di mana rumah Bapak Mahesa. Mama mau menemuinya di sana."

" Sepertinya kita harus menanyakan hal ini pada bagian pertanahan. Karena mereka pasti tau mengenai ini." Ucap Tuan besar Cepat.

Tuan besar dan Nyonya Amel bergegas keluar mansion, mereka pergi ke bagian pertanahan yang ada di kota itu. Tinggal Zelin yang masih ada di ruang itu. Dia mengirim chat kepada Koko.

Hai koko, lagi sibuk ya?

Bisa bertemu enggak nanti sore. Dicafe Santuy.

Tidak berapa lama Zelin dapat balasan chat dari Koko.

Ok

Balasan yang singkat padat dan jelas. Tapi tetep membuat hati Zelin berbunga-bunga. Karena dia ingin menanyakan sesuatu kepada Koko.

Kevin mengendarai mobilnya untuk pergi ke rumah sakit. Dia membawakan sekeranjang buah-buahan segar untuk Zira. Kevin langsung menuju lift khusus tamu. Dia masih menunggu di depan pintu lift sambil menekan tombol yang ada di luar lift. Dokter Diki melihat seseorang yang sangat di kenalnya. Dokter Diki menghampiri Kevin dengan menepuk bahu pria itu.

" Hai Kevin." Ucap Dokter Diki sambil menepuk bahu.

" Hai." Ucap Kevin gugup.

" Mau ke lantai berapa?" Ucap Dokter Diki sambil melihat pintu lift yang sudah terbuka. Kevin langsung masuk ke dalam lift di ikuti oleh dokter Diki. Begitu sudah sampai di lantai 5 Kevin ingin keluar. Tapi bahunya di tahan Dokter Diki.

" Aku ingin bicara denganmu, penting. Kita bicara di ruanganku." Ucap Dokter Diki cepat sambil menekan tombol lantai ruanganya.

Dengan berat hati Kevin mengikuti ajakan dokter Diki.

" Silahkan duduk." Ucap Dokter Diki mempersilakan tamunya untuk duduk.

" Anda mau bicara apa dokter?" Ucap Kevin cepat.

" Ini tentang Ziko dan Zira." Ucap Dokter Diki. Dokter Diki tidak mengetahui kalo Kevin telah keluar dari Raharsya group, karena Ziko memang tidak menceritakannya. Ziko hanya menceritakan masalah rumah tangganya.

Kevin mendengarkan semua yang di ucapkan dokter Diki. Tentang Ziko yang frustasi sampai melukai tangannya dan tentang Ziko tidak makan dua hari juga di ucapkannya.

Tuan muda, ternyata anda tersiksa dengan perpisahan ini. Kenapa anda masih begitu egois tidak mau mengakui perasaan anda sebenarnya.

" Bagaimana tanggapan kamu?" Ucap Dokter Diki bertanya.

" Eh hemmm, saya tidak berani ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka." Ucap Kevin gugup. Dokter Diki baru tersadar kalo di tangan Kevin ada sekeranjang buah.

" Kamu mau menjenguk siapa? Apa kamu mau menjenguk Naura?" Ucap Dokter Diki menerka-nerka. Kevin gugup dia harus berkata jujur atau berbohong. Seandainya dia berkata jujur kalo Zira sedang sakit pasti dokter Diki akan memberitahukan semuanya kepada Ziko. Dan sebagai imbas kemarahan dari Zira adalah dirinya. Kevin belum menjawab tiba-tiba pintu ruangan Dokter Diki terbuka, ada Ziko di depan pintu sambil memegang handle pintu.

Kevin dan Ziko saling berpandangan. Ziko membuang mukanya ketika beradu tatap dengan mantan asistennya.

" Selamat siang tuan muda." Ucap Kevin hormat keluar ruangan sambil membawa keranjang buah. Ziko memperhatikan Kevin dari jauh.

" Duduk ko." Ucap Dokter Diki mempersilakan temannya untuk duduk.

Ziko duduk seperti yang di perintahkan temannya.

" Untuk apa dia ke sini?" Ucap Ziko penasaran.

" Bukannya kamu yang menyuruhnya ke sini?" Ucap Dokter Diki heran.

" Untuk apa aku menyuruh seorang mantan." Ucap Ziko ketus.

" Mantan? Maksudmu apa?" Ucap Dokter Diki tambah penasaran.

" Dia sudah keluar dari Raharsya group tepatnya ketika aku memutuskan bercerai dengan Zira." Ucap Ziko ketus. Dokter Diki terkejut, menurutnya mereka berdua susah di pisahkan karena sudah terlalu dekat dan saling percaya tapi hanya karena seorang wanita mereka bisa berpisah.

" Apa yang menyebabkan dia keluar dari Raharsya group." Ucap Dokter Diki penasaran.

Ziko menceritakan semuanya ketika Kevin marah kepadanya, tidak terima karena dirinya telah menghina Zira. Sampai perkelahian itu juga di bahasanya. Dokter Diki mengambil kesimpulan bahwa yang di lakukan Kevin adalah benar. Menurutnya Kevin bukan menentang Ziko, tapi Kevin hanya menyuarakan kebenaran.

" Ngomong-ngomong untuk apa kamu kesini? Bukannya jadwal pemeriksaan kesuburan belum aku tentukan." Ucap Dokter Diki cepat.

" Aku ingin periksa yang lain." Ucap Ziko menjelaskan semua masalah yang di alaminya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."