Chapter 194 episode 194

Ziko memakan mangga muda itu dengan lahap. Pak Budi yang melihat hanya bisa menyengir, membayangkan asemnya mangga itu.

Keluarga Raharsya group sudah selesai makan malam. Mereka mengobrol di ruang keluarga. Suara ponsel tuan besar berbunyi. Tuan besar mengambil ponselnya dan melihat layar ponselnya.

" Halo selamat malam." Ucap Tuan Besar.

Tuan Besar mengobrol melalui ponselnya. Hanya ada sebutan kata baik, iya, benar. Dan kata yang terakhir di ucapkan Tuan besar adalah Terimakasih sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

" Siapa Pa?" Ucap istrinya.

" Bapak Kepala kepolisian yang barusan menghubungi papa. Mengenai nomor polisi itu. Kata beliau nomor itu di pesan oleh Bapak Mahesa. Dan hampir semua nomornya polisinya ada kata Mahesa." Ucap Tuan besar sambil memikirkan siapa Mahesa itu.

" Namanya seperti tidak asing di telinga kita ya Pa? Tapi kapan dan di mana ya?" Ucap istrinya tuan besar mencoba mengingat sesuatu.

" Siapa Mahesa itu ma?" Ucap Zelin juga ikut nimbrung dalam obrolan orang tuanya.

" Hust diam." Ucap Nyonya Amel cepat.

Zelin langsung manyun karena baru mendapatkan teguran dari sang mama.

" Mahesa, Mahesa." Ucap tuan besar mengulang kata tersebut sambil mengingat sesuatu.

" Pa, apa mungkin Bapak Mahesa yang istrinya bernama Aiza?" Ucap Nyonya Amel menerka-nerka.

Tuan besar mencoba mencari informasi terbaru mengenai berita kalangan bisnis yang bernama Mahesa. Untuk informasi berita seputar bisnis yang terbaru tidak ada menyebutkan nama Mahesa. Tuan besar mencari informasi lagi untuk 10 tahun yang lalu.

" Ma coba lihat di sini." Ucap Tuan besar menunjukkan ponselnya.

Pemberitaan itu tertulis mengenai perjalanan bisnis Tuan Mahesa. Semua bisnisnya ditulis dengan apik. Sampai penyerahan kekayaan beliau kepada cucunya yang berinisial ZKA. Sepasang suami istri itu saling pandang. Mereka mencoba mencocokan nama Zira dengan inisial itu.

" ZKA sama dengan Zira Kanaya Amrin." Ucap Nyonya Amel merinding sambil menyebutkan nama itu.

Sepasang suami istri itu tidak bisa membayangkan kalo memang benar inisial itu adalah nama Zira.

" Ma, memangnya kenapa dengan inisial itu?" Ucap Zelin penasaran.

" Kamu tau kalo memang inisial ZKA adalah nama Zira, berarti kakak ipar kamu orang terkaya di sini." Ucap Nyonya Amel merinding.

Zelin pun ikut terbengong mendengarkan ucapan orang tuanya. Dia tambah kagum jika Zira memang yang berinisial itu.

" Apa yang selanjutnya kita lakukan." Ucap Nyonya Amel penasaran.

" Sebaiknya kita mencari informasi inisial ini kepada surat kabar ini." Ucap tuan besar.

" Kenapa pa? Kalo menurut mama, inisial itu benar untuk naman Zira." Ucap Nyonya Amel yakin.

" Bisa jadi ma? Tapi apa mama ingat tentang pemberitaan anaknya beliau yang hilang. Kita tidak tau apakah anaknya hilang atau meninggal. Karena seperti kebetulan saja kalo tiba-tiba ada seseorang anak yang mengaku sebagai cucunya." Ucap Tuan besar. Dia berpikir memakai akalnya mengkaitkan sesuatu dengan yang lainnya. Tuan besar beranjak dari sofa dan pergi ke ruang lainnya.

" Papa mau kemana?" Ucap Nyonya Amel.

" Papa mau menghubungi pihak redaksi surat kabar itu." Ucap Tuan besar.

Zelin yang duduk berjauhan sekarang memindah duduknya bersebelahan dengan mamanya.

" Ma, kalo ternyata inisial itu bukan nama Kak Zira bagaimana?" Ucap Zelin penasaran.

" Kalo itu bukan nama Zira, kita bisa membatalkan perceraian itu, tapi kalo memang itu benar, akan sulit bagi kita untuk membatalkan perceraian itu. Karena kakak kamu telah melakukan penghinaan terhadap cucunya."

Nyonya Amel bisa membayangkan apa yang terjadi kedepannya. Dia tidak terlalu percaya diri jika Zira cucu dari Bapak Mahesa.

" Ma, kalo memang benar coba lakukan pendekatan kepada Kak Zira. Mana tau kak Zira luluh." Ucap Zelin menenangkan mamanya.

Nyonya Amel jadi tidak bisa bertenang diri. Dia tidak bisa memikirkan cara melakukan pendekatan kepada Zira.

" Ma, bukannya mama bilang kak Zira itu hidup sendirian di sini? Tapi kenapa sekarang bisa jadi orang terkaya di kota ini." Zelin penasaran.

" Sebelum mama menjodohkan kakak kamu dengan Zira. Mama sudah mencari informasi tentangnya. Tapi kalo memang benar, berarti Zira bisa menutupi identitasnya dengan sangat baik."

" Apa kehebatan Keluarga Mahesa?" Ucap Zelin lagi.

" Mama tidak bisa menyebutkan secara detail. Tapi yang terpenting dia orang kaya di jamannya, dan kalo menurut mama dan papa keluarga Mahesa itu tetap orang nomor satu di sini. Tapi mereka bisa menutupi kekayaannya dengan apik sampai tidak terhembus media." Ucap Nyonya Amel menjelaskan.

" Kenapa bisa sampai terhembus media ma?"

" Mungkin di tutupi kekayaannya karena telah hadir cucunya yaitu Zira. Mungkin beliau tidak mau cucunya jadi incaran para awak media."

Tuan besar kembali ke ruang keluarga. Nyonya Amel dan Zelin masih menanti kabar dari papanya.

" Bagaimana pa?" Ucap Nyonya Amel penasaran.

" Mereka butuh waktu karena pemberitaan itu sudah lama, jadi mereka harus mengecek terlebih dahulu." Ucap Tuan besar.

Keluarga Raharsya mengobrol tentang kemungkinan yang ada. Mereka harus mencari cara agar bisa bertemu dengan Zira.

Zira sudah menghabiskan mangganya dengan lahap. Mangga yang sangat asam. Kevin merasa ngilu melihat Zira dapat menghabiskan mangga itu dengan garam.

Tiba-tiba Zira merasa ulu hatinya sakit. Dia tidak bisa bergerak, wajahnya pucat pasi.

" Nona anda kenapa?" Ucap Kevin khawatir.

Zira memegang perutnya menahan sakit.

" Nona apa anda mau melahirkan?" Kevin bingung karena Zira tidak menjawab ucapkannya.

Kevin mencoba mengingat sesuatu tentang pesan Novi kepadanya. Makanan yang tidak boleh di makan Ibu hamil. Novi tidak menyebutkan buah mangga di situ. Jadi menurutnya buah mangga aman. Tapi dia masih belum tau apa yang menyebabkan Zira sakit seperti itu.

" Pelayan." Ucap Kevin berteriak.

Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Zira. Wanita tersebut adalah wanita yang pernah di cetuskan Kevin sebagai pemilik rumah itu.

" Kenapa dengan Mbak Zira." Ucap wanita itu khawatir.

Kevin menceritakan tentang kemauan Zira memakan buah mangga muda.

" Cepat kita bawa ke rumah sakit. Sepertinya asam lambungnya naik." Ucap Wanita itu cepat.

" Bagaimana saya membawanya?" Ucap Kevin bingung.

" Kamu gendong tuan?" Ucap Wanita itu sedikit kesal. Kevin ragu untuk menggendong Zira. Secara dia tidak berani menyentuhnya apalagi menggendongnya. Wanita itu terus mendesak Kevin. Dan akhirnya Kevin memberanikan diri untuk menggendong Zira. Kevin mengangkat tubuh Zira dengan kedua tangannya dan di letakkan di depan dadanya. Dengan seperti itu mereka cukup dekat. Kevin berjalan sambil memperhatikan wajah Zira yang pucat. Ada rasa ketertarikan ketika dia menggendong tubuh Zira seperti itu. Wanita tadi membukakan pintu mobil dan memerintahkan Kevin untuk memasukkan tubuh Zira kedalamnya.

Supir sudah siap di belakang setir. Setelah meletakkan tubuh Zira, Kevin menutup pintu dan ingin duduk di sebelah supir.Tapi wanita paruh baya tadi sudah duduk di sebelah supir.

" Tuan anda mau kemana?" Ucap wanita itu cepat dari balik kaca mobil.

" Saya mau duduk di depan." Ucap Kevin pelan.

" Tuan jangan bercanda seperti ini, mana mungkin saya memangku anda untuk duduk di sini. Sudah tau keadaan lagi genting malah buat guyonan yang enggak lucu." Ucap Wanita itu ketus.

Kevin tidak bermaksud membuat candaan, dia hanya ingin duduk di depan. Tapi wanita itu salah mengartikan ucapannya.

" Cepat masuk tuan." Ucap wanita itu lagi ketus. Akhirnya Kevin masuk lagi. dan duduk di sebelah Zira yang masih terbaring sambil menekuk lututnya.

Wanita itu melihat ke belakang melihat kondisi majikannya.

" Aduh tuan, apa anda tidak ada perasaan sama sekali. Coba anda lihat kondisi nona Zira. Letakkan kepala nona Zira di atas paha anda, agar mbak Zira bisa bernafas secara teratur." Gerutu wanita itu.

Dan lagi-lagi Kevin meletakkan kepala Zira di atas pahanya. Walaupun ragu dia tetap melakukannya. Ada bulir keringat yang keluar dari dahi Zira, tanpa sadar Kevin mengelapnya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."