Chapter 179 episode 179

Setelah membaca surat dari Vita, Zira bisa bernafas lega. Tapi masih ada yang mengganjal di pikirannya yaitu suaminya. Zira keluar dari kamar mandi dan mengganti gaunnya dengan baju tidur.

Zira memperhatikan suaminya yang sudah tertidur. Zira naik ke atas kasur dan memeluk tubuh suaminya. Tapi Ziko langsung membalikkan tubuhnya dan membelakangi istrinya.

Zira merasa perilaku suaminya berubah. Tapi dia tidak mau memikirkan yang aneh-aneh. Dia membaringkan tubuhnya sama seperti Ziko, dengan posisi saling membelakangi.

Kenapa dia seperti ini? Apa karena kehadiran Vita.

Mereka saling berpikir dengan praduga masing-masing. Zira memikirkan tentang perilaku suaminya, sedangkan suaminya memikirkan ucapan Vita. Sampai pagi hari mereka tidur dengan posisi yang sama.

Ziko bangun terlebih dahulu di bandingkan istrinya. Ziko melirik istrinya yang masih tertidur ada rasa kasihan dan enggak tega karena telah berprilaku tidak sewajarnya.

Ziko keluar dari kamar mandi tapi istrinya masih tetap tidur. Dia ingin membangunkan istrinya tapi di urungkan niatnya.

Biarlah dia tidur sepertinya dia kelelahan.

Ziko keluar kamar menuju ruang makan. Ada Zelin yang sudah menunggu di meja makan.

" Kakak ipar mana kak?" Ucap Zelin sambil melihat kearah tangga.

" Masih tidur."

" Ah pasti kalian lembur ya semalaman." Goda Zelin.

" Hust diam! Kamu masih kecil." Ziko menatap adiknya dengan tatapan mengintimidasi. Zelin langsung menutup rapat mulutnya. Dia merasa kakaknya tidak bisa di ajak bercanda sama sekali.

Selesai sarapan Ziko langsung pergi keluar menaiki mobilnya bersama dengan asistennya.

" Nona Zira mana tuan?" Ucap Kevin heran, biasanya pasangan suami istri ini selalu keluar bersamaan tapi hari ini seperti beda.

" Dia lagi tidur." Ucap Ziko ketus. Kevin tidak bertanya lagi mengenai lainnya. Dipikirannya pasti telah terjadi pertengkaran di antara mereka berdua.

Zelin menghabiskan sarapannya dan kembali ke atas untuk mengecek kakak iparnya. Dia mengetuk pintu kamar kakaknya secara berulang tapi tidak ada sahutan sama sekali. Zelin mencoba membuka pintu itu secara perlahan, dan memasukkan sebagian kepalanya ke dalam kamar kakaknya. Dia melihat kakak iparnya masih terbaring di kasur. Zelin langsung masuk mendekati kasur. Dia memperhatikan kakak iparnya yang agak sedikit pucat. Dan meletakkan punggung tangannya di dahi kakaknya.

" Enggak demam kok." Gumam Zelin. Gumaman Zelin membangunkan kakak iparnya.

" Zelin." Ucap Zira sambil menguap. Zira bangun dari posisi berbaringnya. Duduk di pinggir kasur sambil mengikat rambutnya. Dia melihat ke sebelahnya dan memandang sekeliling kamar.

" Mana kak Ziko?" Sambil memandang sekeliling kamar.

" Kak Ziko sudah berangkat kak."

" Kamu ngapain di sini?" Ucapnya heran.

" Tadi aku dengar dari Kak Ziko kalo kakak ipar masih tidur jadi aku cek deh kesini. Dan benar kakak sedang tidur. Kakak sakit ya?" Ucap Zelin langsung.

Zira menggelengkan kepalanya.

" Enggak kok, kakak sedikit kelelahan." Ucapnya cepat sambil beranjak dari kasur. Zira berjalan beberapa langkah dan membalikkan tubuhnya ke arah si bungsu.

" Pasti kamu mau membicarakan masalah kemaren ya?" Ucap Zira langsung.

Zelin menganggukkan kepalanya.

" Hehehe iya kak, tapi sepertinya waktunya enggak cukup Kak. Aku mau berangkat kuliah dulu, nanti kita bicarakan lagi ya." Ucap Zelin sambil melambaikan tangan dan pergi keluar kamar.

Zira membersihkan badannya di kamar mandi. Dia memikirkan sikap suaminya yang tidak seperti biasanya. Zira merasa hari ini badannya agak capek, dia tidak berniat untuk pergi ke butik atau ketempat lainnya. Selesai mandi Zira kembali berbaring di kasur sambil menghubungi Pak Budi.

" Pak bisa antarkan sarapan saya ke kamar?" Ucap Zira di ujung telepon. Zira meletakkan telepon ke tempatnya setelah berbicara kepada kepala Pelayan. Dia malas untuk sarapan di bawah karena suaminya sudah berangkat kerja dan merasa kasihan dengan Pak Budi dan pelayan lainnya yang harus menghidangkan lagi semua di atas meja makan. Lebih baik sarapan di atas dengan menu secukupnya itu dipikirannya.

Zelin sudah sampai di kampus dan memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil Tia. Tia sudah menanti menunggunya.

" Kenapa kemaren kamu meninggalkanku." Gerutu Tia.

Kemareb setelah Zelin berbicara panjang lebar dengan Koko. Mereka keluar keluar dari cafe dan langsung pulang.

" Kamu kan lihat kalo pria itu mengantarkan aku sampai ke parkiran, apalagi dia masih menunggu mobil ku bergerak baru dia mau pulang. Kalo aku menunggumu bisa berabe rencana kita." Ucap Zelin cepat.

Tia mengangguk-angguk kan kepalanya.

" Iya deh aku paham, tapi aku melihat ada yang beda dari cowok itu." Tia sedang mencoba mengingat kejadian pada saat di cafe.

" Apanya yang beda?" Zelin menatap penasaran.

" Postur tubuh Ok, wajah apalagi, tapi kalo di dengar dia berbicara kok seperti wanita ya?" Ucap Tia cepat. Zelin langsung memukul temanya. Tia langsung meringis kesakitan lebay.

" Kamu kalo bicara jangan asal." Ucap Zelin sambil berjalan meninggalkan area parkiran. Tia berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Zelin. Mereka berjalan beriringan.

" Terus ya, aku lihat jari jemari seperti wanita. Apa kamu tidak memperhatikannya juga?" Sambil menoleh sekilas dan berjalan lagi.

Zelin memang melihat jari jemari Koko yang seperti wanita. Tapi dia mencoba mengelak perkataan temannya.

" Memang jari jemarinya seperti wanita tapi mungkin karena kesehariannya yang tidak pernah mengangkat beban berat makanya seperti itu jarinya." Hipotesanya sendiri agar Tia tidak membuat praduga yang aneh-aneh.

Setengah jam lagi pelajaran baru akan di mulai. Mereka duduk di depan kelas untuk melanjutkan obrolannya.

" Kamu tau enggak kalo Koko bekerja di perusahaan Raharsya group." Tia merasa aneh dengan ucapan temannya

" Aku curiga jangan-jangan itu hanya rancangan dia saja agar kamu terkagum-kagum dengannya."

Tia berbicara seperti itu, karena banyak orang yang selalu membanggakan ketika bekerja di perusahaan besar itu. Perusahaan yang sangat besar, gajinya bisa berkali-kali lipat dari perusahaan saingannya. Banyak para mahasiswa dan mahasiswi yang sudah selesai kuliah berlomba-lomba untuk dapat bekerja di sana. Salah satunya Tia, cita-citanya ketika selesai Kuliah dia ingin bekerja di perusahaan itu.

" Bagaimana kalo kamu bertanya kepada kak Ziko mengenai nama-nama karyawannya yang bernama Koko. Jadi dari situ kita bisa lihat apakah dia berbohong atau tidak tapi kalo dia berbohong lebih baik kamu akhiri niat kamu untuk berdekatan dengannya." Ucap Tia cepat. Zelin langsung menoyor kepala temannya. Tia mengelus kepalanya sambil menjulurkan lidahnya.

" Kamu ngomong enggak pakai pikir. Mana mungkin kakak ku tau semua nama karyawannya. Dan lagian kalo aku bertanya kepadanya pasti dia curiga, bisa-bisa batal semua rencaku." Gerutu Zelin bingung.

" Terus bagaimana, apa ada ide lainnya?" Ucap Tia juga bingung. Zelin menggelengkan kepalanya sambil memikirkan sesuatu.

" Hemmm apa aku tanya aja ke asisten Kevin pasti dia tau." Gumam Zelin.

" Siapa asisten Kevin?" Ucap Tia penasaran. Tapi Zelin mengacuhkan pertanyaan temannya.

" Kalo aku bertanya dengan asisten Kevin pasti nanti dia akan menyelidiki terus nanti akan memberitahukan semuanya kepada kak Ziko. Aaah aku harus bagaimana dong." Gerutu Zelin sambil menghentakkan kakinya ke lantai. Mahasiswa yang berada di dekat situ langsung melihat ke arah mereka berdua, karena telah terjadi kebisingan yang di buat Zelin.

" Hussst diam, apa kamu mau memecahkan keramik ini dengan sepatu mahalmu." Ucap Tia sambil memukul lengan temannya.

" Terus aku bagaimana dong." Gerutu Zelin sambil menyandarkan kepalanya di bahu Tia.

" Hemmm begini saja, bagaimana kalo kita menunggu di dekat gedung Raharsya group. Dengan seperti itu kita bisa melihat semua karyawan yang masuk dan keluar." Ucap Tia semangat.

Zelin mengangguk setuju. Ide temannya sungguh brilian. Zelin berharap pengintaian mereka berhasil.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."