Chapter 124 episode 124

" Aku hitung sampai tiga kalo kamu tidak beranjak dari kursi itu akan aku habisi kamu." Ucap Zira mengancam.

Kia masih memutar-mutar kursi Ziko. Dia serasa sedang main putar-putaran. Zira berjalan mendekati meja dan menarik tangan Kia. Kia bertahan dengan pegang pada pinggir meja. Zira merasa emosinya sudah sampai ubun-ubun, Zira menjedutkan kepala Kia di pinggir meja. Kia meringis kesakitan. Ada benjolan biru di dahinya.

" Aku hitung sampai tiga." Ucap Zira cepat.

Kia beranjak dari kursi dan sengaja menyenggol bahu Zira. Zira yang emosinya masih memucak mendapati perlakuan seperti itu tambah naik pitam.

Zira langsung memelintir salah satu tangan Kia dan memegang lehernya. Zira mendorong tubuh Kia sampai ke pojok. Kia tidak bisa bergerak karena tangannya di pelintir ke belakang dan lehernya di cekik Zira.

" Ini hukuman untuk wanita hina seperti dirimu." Ucap Zira cepat sambil melepaskan tangannya dari tubuh Kia.

Kia memegang lehernya dan tangannya yang sakit. Kia masih memandang sinis.

" Dasar kamu perempuan jalanan." Ucap Kia lagi.

Zira marah dan mendorong tubuh kia kembali ke dinding. Zira mengangkat salah satu tangan Kia ke dinding dan mencekik leher kia kembali, salah satu tangan Kia berusaha melepaskan cekikkan yang di berikan Zira. Kia merasa sakit karena cekikan yang sangat keras dari sebelumnya.

" Aku Zira dan aku besar di jalanan tapi asal kamu tau perempuan jalanan sepertiku lebih tinggi derajatnya di banding kamu." Ucap Zira cepat sambil melepaskan kembali tangannya dari tubuh Kia.

Zira melepaskan tangannya dari tubuh Kia karena Zira melihat wajah Kia sudah mulai membiru. Kia terbatuk-batuk pernafasannya terganggu karena ada tekanan di lehernya tadi.

" Keluar!" Teriak Zira.

Kia akhirnya keluar dengan benjolan di dahinya dan bekas merah di lehernya. Kia merasa kalah dengan Zira. Dia menganggap Zira seperti perempuan lain yang berkelahi hanya dengan jambak-jambakan, tapi di luar perhitungannya Zira bisa mengalahkan Kia dengan sekali dorong dan sebuah cengkeraman di leher. Kalo di bandingkan dari tubuh Zira kalah tinggi dari Kia, tapi keberanian Zira membuat nyali Kia menjadi ciut.

Zira menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Zira sedang mengontrol emosi agar kembali stabil. Zira melakukannya secara berulang. Tidak berapa lama ponsel Zira berbunyi. Zira mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Ada nama ubi kayu jumbo di layar kacanya. Zira mengangkat panggilan dari Ziko.

" Ya halo." Ucap Zira pelan.

" Kamu lagi ngapain." Ucap Ziko dengan suara serak. Ziko baru bangun tidur karena perbedaan waktu enam jam. Di tempat Zira jam sepuluh pagi di tempat Ziko jam empat subuh.

" Aku lagi di kantor." Ucap Zira pelan.

" Kamu pagi ini tidak makan nasi basi dan tahu basi kan?" Ucap Ziko dengan mata tertutup.

" Ya enggaklah." Ucap Zira cepat.

" Kenapa kamu mau bunuh diri." Ucap Ziko lemas.

Zira mulai bingung semua orang mengatakan dia mau bunuh diri.

" Sepertinya kamu masih mengantuk suamiku, jadi kamu istirahat saja sejenak." Ucap Zira cepat sambil mematikan ponselnya.

Zira tidak mau bertengkar dengan Ziko, karena energinya sudah terkuras pada saat menaklukkan Kia.

Ponsel Zira berbunyi kembali dan lagi-lagi yang menghubungi suaminya Ziko.

" Kenapa kamu memutuskan panggilanku." Ucap Ziko teriak.

Zira menjauhkan ponsel dari telinganya.

" Kamu kan lagi mengantuk di sana pasti masih terlalu pagi, lebih baik kamu istirahat nanti telepon lagi." Zira berkata dengan lembut.

Ziko mendengar suara Zira yang lembut, selama ini dia selalu mendengar mulut Zira yang bawel dan cepat, tapi pagi ini dia mendengar Zira berubah.

" Apa karena dia makan nasi basi dan tahu basi makanya tutur katanya bisa baik begitu, kenapa tidak makan nasi basi setiap hari saja agar dia bisa bertutur kata dengan lembut samaku."

" Kamu baik-baik saja?" Ucap Ziko heran.

Zira yang mendengar pertanyaan seperti itu langsung bingung.

" Bagaimana dia tau kalo aku tidak dalam keadaan baik-baik saja, apa dia tau kalo hari ini aku baru menghajar sekertarisnya atau jangan-jangan ada kamera cctv di ruangan ini."

Zira melihat sekeliling ruangan Ziko. Sambil tetap memegang ponselnya.

" Jawab aku apa yang kamu lakukan tadi." Ucap Ziko cepat.

" Aih mati aku harus jawab apa."

Zira gugup mau memulai dari mana. Dia tidak mau mengatakan kejadian yang terjadi di ruangan Ziko. Zira berpikir kalo Ziko tau pasti Ziko akan memecat Kia, tapi Zira tidak menginginkan hal itu, Zira ingin Kia yang mengundurkan diri sendiri bukan karena di pecat. Zira masih ingin bermain-main dengan Kia.

" Aku hari ini sarapan yang enak." Ucap Zira cepat.

" Bukan itu, apa yang kamu perbuat dan siapa itu julukan yang kamu beri untuk sekertarisku." Ucap Ziko.

" Owh si Kuntilanak." Ucap Zira.

" Apa yang dia lakukan dan apa yang kamu lakukan." Ucap Ziko cepat.

Zira mengalihkan pembicaraan Ziko.

" Suamiku bagaimana keadaan di sana, apakah cuacanya baik?" Ucap Zira cepat.

Ziko sebenarnya ingin membantah ucapan Zira tapi karena Zira bertanya dengan lemah lembut akhirnya Ziko luluh.

" Cuacanya di sini berangin, seandainya saja kamu di sini pasti kamu akan menjadi penghangat buat diriku." Ucap Ziko pelan.

Ziko membayangkan Zira berada disisinya. Ada rasa kerinduan dalam dirinya ketika berjauhan dengan Zira. Mereka berdua melakukan obrolan normal antar suami dan istri tidak ada adu argumen ataupun perang urat leher.

Panggilan berakhir karena Ziko harus bersiap-siap untuk berangkat kerja. Zira keluar dari ruang Ziko sambil membawa tasnya. Dia melirik ke arah Kia. Kia tidak memandang Zira dia memalingkan wajahnya menghadap yang lain. Zira tidak ambil pusing dengan tingkah laku Kia, dipikiran Zira jangan pernah usik kehidupan pribadinya maka semuanya akan aman sentosa tapi jika kehidupan pribadinya di usik maka Zira bisa berubah kepribadian menjadi lebih sangar seperti preman pasar.

Zira menaiki mobil. Pak supir membawa Zira ke sebuah mini market. Zira hendak memasak hari ini. Setelah mendapatkan keperluan yang di perlukannya Zira minta Pak supir untuk mengantarnya ke apartemen. Pak supir tidak bertanya perihal apapun karena menurutnya selama masih dalam jangkauan pengawasannya maka semuanya akan aman.

Zira memasak yang berbeda, setelah dingin dia membungkus makanan itu ke dalam pelastik. Zira kembali kekamar menyiapkan beberapa pakaian yang akan di bawanya. Setelah semuanya beres Zira pergi keluar apartemen dengan membawa sebuah koper.

Pak Supir langsung mengambil koper yang di bawa Zira dan meletakkannya di bagasi mobil.

" Pak antarkan saya ke bandara." Ucap Zira cepat.

Pak supir tidak menjawab dia membalikkan badannya ke arah Zira.

" Nona saya mohon jangan lari, kalo nona lari saya akan di pecat saya punya anak dan istri yang harus saya biayain. " Ucap Pak supir memohon.

Zira yang mendengar ucapan Pak supir agak kaget melihat reaksi yang di berikan Pak supir kepada dirinya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."