Chapter 161 Berita duka (II)

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
" Kakek,,, "

Betapa terkejutnya Gina melihat sang kakek yang terbaring disana dengan bantuan oksigen dimulutnya, air mata Gina seketika menetes dari matanya. Dia berjalan lebih cepat menuju ke ranjang pasien dimana kakeknya terbaring

" Kakek ini aku, Gina! "

Sang kakek pun membuka mata perlahan setelah mendengar suara Gina

" Gi, na "

Suaranya begitu lemah ketika memanggil nama sang cucu

" Apa kakek baik - baik saja? Kenapa tidak menghubungi ku selama ini? "

Gina bertanya dengan deraian air mata yang sudah tak terbendung lagi. Sang kakek mencoba tersenyum dengan mata yang sayu

" Kakek, lihatlah, aku sudah mempunyai sepasang anak kembar "

Gina berusaha tersenyum dan menunjukkan Jingga juga Biru yang sedang di gendong Yudha. Ayahnya pun terlihat berdiri disana dengan wajah yang muram.

Kakek Surya mencoba melepaskan alat bantu pernapasan yang menutupi mulutnya untuk dapat berbicara dengan Gina

" Jangan dilepas kek! "

Gina berusaha meparangnya namin Yudha menggelengkan kepala agar Gina membiarkan sang kakek melepaskannya

" Kakek senang melihat mu bahagia. Sekarang kakek bisa meninggalkan mu dengan tenang. Kakek minta maaf karena kakek tidak bisa melindungi mu dengan baik selama ini" Kakek Surya yang sudah sulit untuk berbicara mencoba memaksakan setiap kata yang keluar dari mulutnya

" Kakek tidak boleh bicara seperti itu. Aku yakin kakek kuat. Kakek Dirga akan mempersiapkan pesta pernikahan kami. Aku berharap kakek juga ayah bisa hadir disana.. Hiks hiks! "

" Sepertinya kakek tidak akan bisa hadir. Tapi doa restu kakek selalu bersama dengan kalian. Yudha,,,"

Kakek Surya beralih menatap Yudha

" Iya kek,, "

" Kakek titipkan Gina padamu. Dia sudah lama menderita, jangan biarkan air mata menetes lagi dari matanya. Buatlah dia bahagia dan tenang dalam menjalani hidupnya. Sudah cukup banyak kesakitan yang dia dapatkan selama tinggal di kediaman Atmaja. Sekarang buatlah tawa yang selalu terpancar diwajahnya "

" Kakek tidak usah khawatir. Aku akan menjaga dan membahagiakan Gina. Tidak akan ada siapapun yang bisa menyakitinya lagi " Yudha berkata sambil memandang Gina dengan lembut dan penuh cinta

" Syukurlah, kakek beruntung memiliki cucu menantu sepertimu disisi Gina! Uhuk uhuk,, "

Tiba - tiba sang kakek terbatuk dan kesulitan bernapas

" Kakek,, kakek,, sadarlah,, hiks hiks hiks "

" Dokter,, doketer,,, Tolong ayah saya! "

Melihat sang ayah yang mulai kesulitan bernapas, Budi langsung berlari memanggil dokter.

" Permisi kami harus memeriksa pasien! "

Dokter dan suster datang untuk memeriksa keadaan kakek Surya

Setelah beberapa lama diperiksa..

" Mohon maaf, pasien sudah tidak bisa ditolong "

" Kakek,,, "

Gina berteriak, tangisannya pecah tak terbendung lagi. Kakinya lemas tak bertenaga, hingga dia merosot dan terduduk dilantai. Yudha langsung menghampiri Gina dan sang ayah mengambil Jingga yang dari tadi berada dipangkuan Gina

" Kakek, kenapa kakek tidak memberitahukan ku sejak awal. Kenapa aku malah bertemu kakek disaat terakhir sebelum kakek meninggalkan ku. Aku inhin menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan kakek... Hiks hiks,,, "

" Sudahlah sayang. Biarkan kakek pergi dengan tenang. Kakek sudah senang melihatmu juga kedua anak kita. Aku yakin kakek sudah tidak memiliki kekhawatiran lagi terhadapmu. Kamu harus kuat, dan ingat pesan kakek. Dia ingin kamu bahagia! "

" Aku,,, akan,, selalu ingat pesan kakek.. Hiks hiks hiks"

" Ayah, biar aku menyiapkan pemakaman untuk kakek "

Yudha menoleh dan meminta izin ayah Budi dan hanya dibakas anggukan saja olehnya

" O iya ayah. Kemana nyonya Arin? "

Yudha menoleh ke sekeliling ruangan dan tidak menemukan nenek Gina

" Entahlah, sudah lama ibu meninggalkan apartemen. Ayah tidak tahu dia pergi kemana.. Ayah sudah berusaha mencarinya, tapi tidak ada hasil "

" Baiklah ayah, nanti aku akan berasaha mencarinya "

" Tidak perlu, biarkan saja. Ibu memilih untuk pergi, aku yakin dia tidak ingin lagi berhubungan dengan kita "

Kedua pria itu memperhatikan Gina yang terus menangis di samping jenazah sang kakek

" Kakek, selama ini kakek selalu berusaha melindungi ku. Aku belum sempat membalas budi pada kakek. Aku berjanji akan terus bahagia, dan tidak membuat kakek khawatir lagi padaku. Aku yakin kakek akan ikut bahagia dengan pernikahan kami.. Selamat jalan kakek. Aku mencintai kakek! "

Gumam Gina disela tangisnya