Chapter 642 - Putri Arwah Kosong

Itu adalah arwah wanita. Dia mengenakan baju sifon, yang memperlihatkan sepasang kakinya yang cantik. Dia memiliki telinga yang tajam dan sepasang sayap di punggungnya, berbentuk seperti kupu-kupu. Matanya ungu, seperti kecubung kecil. Arwah itu indah seperti peri.

Ketika Wang Yuhang menoleh untuk melihat arwah seperti peri, dia tersenyum masam dan berkata, "Baru kali ini aku menyesal tidak mengambil kesempatan yang diberikan, untuk menangani tempat ini sendirian. Kalau aku dapat mengalahkannya, arwah yang menakjubkan ini mungkin akan menjadi milikku."

"Jika Paman Kecil tertarik pada kompetisi kecil, bagaimana kalau kita pergi sekarang dan melihat siapa yang lebih dahulu mendapatkan kepemilikan arwah." Han Sen tersenyum.

"Tidak, keluarga Wang tidak pernah menarik kembali kata-katanya. Ini adalah milikmu, Han Kecil." Wang Yuhang melambaikan tangannya saat dia berbicara.

Han Sen tidak menunggu. Dia segera langsung berlari ke pusat aula arwah. Arwah menyaksikan Han Sen menghampirinya, dan tanpa ragu, bergegas untuk menemuinya.

Semua makhluk telah mundur, jadi hanya tertinggal arwah itu, yang akan bertarung sampai akhir.

Han Sen tidak ingin bertarung langsung dengannya, jadi dia memanggil Putri Yin dan Putri Yang. Dia membiarkan mereka berurusan dengan arwah, sementara dia akan melanjutkan berlari menuju patung arwah.

"Ya Tuhan! Arwah cantik kembar?!" Ketika Wang Yuhang melihat Putri Yin dan Putri Yang, matanya melotot hampir keluar, dan mulutnya ternganga.

Arwah peri ingin mengejar Han Sen tetapi dihalangi oleh Arwah Kembar. Han Sen segera tiba di patung arwah dan mengambil batu arwah dari keningnya.

"Aku, Arwah Kosong, bersedia untuk tunduk dan menawarkan kesetiaan mutlak kepada seorang guru baru. Aku akan menjadi pelayan yang setia dari sekarang sampai selamanya." Arwah seperti peri menyerah, berlutut di depan Han Sen, dan mengucapkan sumpahnya.

Wang Yuhang membeku saat menyaksikannya. Dia hanya berdiri terpaku di sana, menyaksikan Han Sen dengan mudah menempatkan batu arwah ke kening Putri Arwah Kosong. Sekilas cahaya yang menyilaukan yang muncul dari batu, Putri Arwah Kosong menghilang dari pandangan.

"Han Kecil... tidak, aku harus memanggil, saudara Han... kau luar biasa. Bagaimana kau melakukannya? Aku berharap kau dapat ajarkan satu atau dua jurus padaku. Aku telah berusaha untuk mendapatkan arwah seksi, sekelas putri untuk diriku namun tidak pernah berhasil." Wang Yuhang mendekat, meletakkan tangannya di pundak Han Sen. Wajahnya berseri-seri, dan penampilan dewasa dari seorang senior langsung menghilang.

"Ini semua karena keberuntungan," kata Han Sen.

"Keberuntungan tidak bisa ditebak. Aku setiap hari berdoa untuk mendapatkan keberuntungan, terutama sebelum menyerang tempat penampungan kerajaan. Aku bahkan akan mandi sebelumnya. Tetapi setiap arwah yang aku temui selama ini lebih memilih untuk menghancurkan diri sendiri ketika diberikan batu arwah. " Wajah Wang Yuhang tampak putus asa.

"Paman kecil, aku menyesal tidak bisa membantumu dengan urusan itu." Han Sen memperlihatkan wajah yang sepertinya ingin membantu, tetapi karena keadaan, tidak bisa.

"Benarkah? Kalau begitu mungkin kau dapat mengajariku cara yang lebih baik untuk menaklukkan arwah? Atau mungkin, jika kau mau menjual salah satu arwahmu, aku pasti bersedia membelinya." Mulut Wang Yuhang hampir berbusa ketika memberikan saran. Matanya terus tertuju pada Putri Yin dan Putri Yang. Dia tampak terobsesi untuk memiliki salah satunya, dan dia melanjutkan berbicara, "Kau boleh menjual arwah sebanyak kau mau; uang bukan masalah bagiku."

"Paman Kecil, bagaimana kalau begini? Lain kali jika kau menemukan arwah yang kau inginkan, panggil aku. Aku akan membantumu mendapatkan batu arwah. Dengan keberuntunganku, ada peluang 90% aku akan bisa mendapatkannya untukmu." Han Sen kemudian dengan cepat mengembalikan Putri Yin dan Putri Yang.

Han Sen telah menghabiskan banyak waktu untuk berusaha mengalahkan dan mendapatkan Arwah Kembar, jadi dia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk menjualnya. Selain itu, dia sering memanggil mereka berdua untuk memijat pundaknya dan membuatnya merasa baik. Ditambah lagi, dengan Istana Kristal yang begitu besar, layanan Yin dan Yang sangat membantu Putri Salju agar dapat beroperasi. Han Sen merasa masih kekurangan orang, jadi dia tidak ingin menjualnya walaupun dia bisa saja menjualnya.

"Aku setuju. Kalau begitu, kebahagiaanku di masa depan terletak di pundakmu." Wang Yuhang menjilat bibirnya, dan tampak berusaha menyembunyikan kekecewaannya karena tidak bisa membeli Arwah Kembar.

Tapi Wang Yuhang merasa terhibur dengan kesediaan Han Sen untuk membantunya dengan batu arwah, saat dia menemukan arwah yang dia inginkan di kemudian hari. Setelah menyaksikan Putri Yin dan Yang beraksi, dan menyaksikan Han Sen mengklaim kesetiaan dari Putri Kosong, Wang Yuhang menganggapnya sebagai dewi keberuntungan. Dia berulang kali meraih tangan Han Sen dan berharap mendapat keberuntungan yang lebih besar, tidak melepaskannya.

"Ehem, Paman Kecil, sudah jaman apa sekarang? Jangan terlalu percaya pada takhayul." Han Sen merasa aneh tangannya terus menerus dipegang dan dipuja oleh pria sebesar itu.

"Han Kecil, kau masih muda, namun kau selalu mendapatkan keberuntungan. Kau tidak tahu penderitaan seseorang yang harus menjalani hidup mereka dalam ketidakberuntungan. Terus terang aku selalu dirundung kemalangan. Nasib buruk ini telah menghantui hidupku, sejak jaman sekolah, ketika bangku kami dipisah-pisahkan dalam ruang kelas. Ada dua puluh lima anak laki-laki dan dua puluh tiga anak perempuan di kelasku. Seharusnya, setiap anak laki-laki akan berbagi meja dengan satu anak perempuan. Tetapi dua laki-laki tambahan harus duduk bersama, dan kebetulan, akulah salah satu anak laki-laki itu. Aku tidak pernah duduk di samping seorang gadis sama sekali sampai saat tumbuh dewasa."

Setelah Wang Yuhang menceritakan kisah tragisnya di sekolah, air mata mengalir deras di matanya. Tapi Han Sen tidak bisa mengatakan apa-apa sebelum dia terus berbicara. "Dan ketika kami bermain game, aku selalu dikelompokkan dengan seorang anak laki-laki. Dan teman semejaku juga sering absen, jadi aku seringkali dikelompokkan bersama guruku. Kau tidak memahami kesedihanku, Saudaraku! Kau tidak tahu akan paham! "

"Dan setelah meninggalkan bangku sekolah, tumbuh dewasa, aku tidak pernah menang lotre. Aku tidak pernah menang dalam permainan kartu. Ketika aku pergi berburu monster kecil, aku selalu saja bertemu dengan monster jahat yang lapar dan haus darah. Ketika aku membunuh makhluk, aku tidak pernah mendapatkan jiwa binatang. Ketika aku mendapatkan batu arwah, tidak pernah mendapatkan kesetiaan arwah. Dulu aku menerima nasib saja... sampai hari ini. Setelah bertemu denganmu, aku tahu bahwa aku telah menemukan penyelamatku." Wang Yuhang menyeka ingus dan air mata, saat dia membelai tangan Han Sen dengan kasar. Seolah-olah dia sudah lajang selama tiga puluh tahun dan sekarang bertemu dengan seorang wanita yang bersedia menemaninya.

"Eh ... Paman Kecil? Aku baru ingat aku punya beberapa ... eh, urusan yang harus ditangani... jauh dari sini. Bagaimana kalau kita melanjutkan diskusi ini lain kali?" Han Sen merasa canggung.

Wang Yuhang adalah orang yang super-duper sial. Han Sen berpikir dia harus menjaga jarak sejauh mungkin darinya, jangan sampai keberuntungannya diracuni oleh kedekatannya.

Tapi Wang Yuhang tetap mencengkeram erat tangannya, seolah-olah dia telah menemukan belahan jiwa. Dia tampak bersemangat untuk bercerita pada Han Sen tentang seluruh kisah hidupnya.

Han Sen berusaha untuk menarik tangannya kembali beberapa kali, tetapi Wang Yuhang tidak bergerak.

Aummm!

Tiba-tiba, suara auman keras mengguncang tanah. Han Sen merasa suara mendengung di kepalanya, dan dia hampir jatuh.

"Oh tidak!" Wajah Han Sen berubah. Bukan dia saja yang merasakan bahaya, tetapi rubah perak juga. Rubah itu mendesis dan menggeram saat melihat ke sekeliling dengan rasa kuatir.

Han Sen cepat-cepat keluar dari aula arwah. Wang Yuhang terbangun dari kesedihannya dan mengikuti Han Sen dari dekat.

Mereka berdua memandang ke langit. Apa yang mereka lihat membuat mereka ketakutan.

Setelah Han Sen mengumpulkan arwah, makhluk-makhluk di pulau itu semua pergi. Tapi ada satu makhluk yang tetap berada di langit yang gelap. Makhluk itu menembus awan, langsung menuju ke Pulau Misteri.

Langit terbakar merah menyala dan suasana begitu menakutkan. Sedetik kemudian, bayangan menyeramkan mendarat di tempat penampungan logam, mengguncang seluruh pulau. Dua puluh meter dari mereka, monster dengan mata api menatap mereka.